Kenali Tanda-tanda Keuangan Keluarga Stabil & Tantangan Pengelolaannya
29 June 2023 |
19:30 WIB
Genhype, keuangan adalah salah satu hal yang penting di dalam berumah tangga. Namun, jangan salah sangka, keuangan keluarga yang stabil bukan dilihat dari besarnya penghasilan. Justru, faktor pengelolaan keuanganlah yang menjadi hal terpenting.
Perencana keuangan dari OneShildt Financial Independence Ully Safitri mengatakan bahwa ada beberapa ciri yang menentukan sebuah keluarga telah mandiri secara ekonomi. Indikatornya beragam dan saling berkaitan satu sama lain.
Keluarga dapat dikatakan mandiri secara ekonomi bila pendapatan rumah tangganya stabil, pengeluarannya tidak melebihi pendapatan, memiliki rumah tinggal yang layak, bisa memenuhi gizi keluarga, pendidikan anak terjamin, dan cicilan atau kredit dibayar tepat waktu.
Pada level selanjutnya, keluarga yang memiliki ekonomi mandiri akan mulai memikirkan proteksi diri, seperti asuransi, lalu dana darurat, menabung dan berinvestasi. Hal ini karena keluarga sudah bisa memikirkan pengelolaan keuangan untuk jangka panjang.
Namun, diakui atau tidak, saat ini literasi keluarga terhadap keuangan memang masih jadi permasalahan. Dalam Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2022, terlihat bahwa indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia masih di bawah 50 persen. Meski angkanya terus mengalami kenaikan, capaian tersebut masih harus terus dikejar.
Terlebih, jika melihat indeks inklusi keuangan Indonesia yang angkanya justru sudah menyentuh 85,10 persen. Seharusnya, kata Ully, angka literasi keuangan Indonesia bisa menyamai indeks inklusi keuangan atau setidaknya mendekati. Dengan angka ini, pengelolaan keuangan masyarakat, termasuk untuk tabungan atau investasi menjadi lebih baik.
Baca juga: 3 Kiat Pintar Kelola Keuangan Keluarga ala Ririn
Edukasi menjadi kunci di persoalan ini. Makin banyak orang yang tahu tentang pengelolaan keuangan, porsi pendapatan dan pengeluaran mereka akan jadi lebih stabil. Akan tetapi, salah satu yang kerap jadi tantangan di dalam pengelolaan keluarga adalah mengatur prioritas.
Menurut Ully, lebih besarnya pengeluaran dibanding pendapatan terjadi karena prioritas yang keliru di dalam sebuah keluarga. Maka, pilihannya adalah fokus untuk mendapatkan pendapatan tambahan lain atau bisa juga dengan merevisi prioritas penggunaan uangnya.
Secara umum, pengeluaran keuangan keluarga sebaiknya dialokasikan ke kebutuhan paling mendasar terlebih dahulu, seperti sandang, papan, dan pangan. Adapun pengeluaran yang nice to have seperti makan di restoran atau jalan-jalan ke luar negeri bisa ditunda.
“Kemudian, kelola juga biaya-biaya yang kerap membebani keuangan keluarga, seperti biaya rumah baik sewa maupun cicilan dan pendidikan. Oleh karena itu, mengatur prioritas jadi hal yang sangat penting,” jelas Ully.
Di sisi lain, dana darurat juga mestinya menjadi prioritas keluarga. Sebab, fungsinya sangat penting untuk menopang kehidupan, terutama ketika terjadi hal-hal yang tidak direncanakan.
Setiap tahunnya, jumlah keluarga Indonesia terus bertambah. Dalam pemutakhiran PK-21 2022 BKKBN, tercatat jumlah keluarga Indonesia mencapai 70.759.056 juta pada 2022. Jumlah ini lebih tinggi dibanding 2021 yang angkanya baru mencapai 68.487.139.
Sementara itu, Kemendagri mencatat jumlah kepala keluarga terbanyak di Indonesia ada di Jawa Barat dengan 16,08 juta. Di urutan kedua, ada Jawa Timur dengan jumlah 13,94 juta dan di posisi ketiga ada Jawa Tengah dengan 12,49 juta.
Para kepala keluarga ini memiliki sumber pendapatan yang berbeda-beda. Namun, mayoritas dari mereka mengandalkan gaji dari bekerja dibanding menjadi pengusaha.
Dalam laporan BPS bertajuk Neraca Rumah Tangga Indonesia, terlihat sebanyak 55,62 persen kepala rumah tangga mendapatkan pendapatan dari kompensasi tenaga kerja. Kemudian, sebanyak 32,69 persen lainnya memperoleh sumber penghasilan dari surplus usaha dan pendapatan campuran bruto.
Lalu, berturut-turut sumber pendapatan kepala keluarga lainnya adalah pendapatan kepemilikan yang diterima 6,31 persen, transfer berjalan yang diterima 5,17 persen, dan penyesuaian atas perubahan pada hak pensiun 0,22 persen.
Baca juga: Sering Enggak Disadari, Ini 7 Kesalahan Mengatur Keuangan Keluarga
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Perencana keuangan dari OneShildt Financial Independence Ully Safitri mengatakan bahwa ada beberapa ciri yang menentukan sebuah keluarga telah mandiri secara ekonomi. Indikatornya beragam dan saling berkaitan satu sama lain.
Keluarga dapat dikatakan mandiri secara ekonomi bila pendapatan rumah tangganya stabil, pengeluarannya tidak melebihi pendapatan, memiliki rumah tinggal yang layak, bisa memenuhi gizi keluarga, pendidikan anak terjamin, dan cicilan atau kredit dibayar tepat waktu.
Pada level selanjutnya, keluarga yang memiliki ekonomi mandiri akan mulai memikirkan proteksi diri, seperti asuransi, lalu dana darurat, menabung dan berinvestasi. Hal ini karena keluarga sudah bisa memikirkan pengelolaan keuangan untuk jangka panjang.
Namun, diakui atau tidak, saat ini literasi keluarga terhadap keuangan memang masih jadi permasalahan. Dalam Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2022, terlihat bahwa indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia masih di bawah 50 persen. Meski angkanya terus mengalami kenaikan, capaian tersebut masih harus terus dikejar.
Terlebih, jika melihat indeks inklusi keuangan Indonesia yang angkanya justru sudah menyentuh 85,10 persen. Seharusnya, kata Ully, angka literasi keuangan Indonesia bisa menyamai indeks inklusi keuangan atau setidaknya mendekati. Dengan angka ini, pengelolaan keuangan masyarakat, termasuk untuk tabungan atau investasi menjadi lebih baik.
Baca juga: 3 Kiat Pintar Kelola Keuangan Keluarga ala Ririn
Edukasi menjadi kunci di persoalan ini. Makin banyak orang yang tahu tentang pengelolaan keuangan, porsi pendapatan dan pengeluaran mereka akan jadi lebih stabil. Akan tetapi, salah satu yang kerap jadi tantangan di dalam pengelolaan keluarga adalah mengatur prioritas.
Menurut Ully, lebih besarnya pengeluaran dibanding pendapatan terjadi karena prioritas yang keliru di dalam sebuah keluarga. Maka, pilihannya adalah fokus untuk mendapatkan pendapatan tambahan lain atau bisa juga dengan merevisi prioritas penggunaan uangnya.
Secara umum, pengeluaran keuangan keluarga sebaiknya dialokasikan ke kebutuhan paling mendasar terlebih dahulu, seperti sandang, papan, dan pangan. Adapun pengeluaran yang nice to have seperti makan di restoran atau jalan-jalan ke luar negeri bisa ditunda.
“Kemudian, kelola juga biaya-biaya yang kerap membebani keuangan keluarga, seperti biaya rumah baik sewa maupun cicilan dan pendidikan. Oleh karena itu, mengatur prioritas jadi hal yang sangat penting,” jelas Ully.
Di sisi lain, dana darurat juga mestinya menjadi prioritas keluarga. Sebab, fungsinya sangat penting untuk menopang kehidupan, terutama ketika terjadi hal-hal yang tidak direncanakan.
Sumber pendapatan keluarga Indonesia
Ilustrasi keluarga (Sumber gambar: Freepik)
Setiap tahunnya, jumlah keluarga Indonesia terus bertambah. Dalam pemutakhiran PK-21 2022 BKKBN, tercatat jumlah keluarga Indonesia mencapai 70.759.056 juta pada 2022. Jumlah ini lebih tinggi dibanding 2021 yang angkanya baru mencapai 68.487.139.
Sementara itu, Kemendagri mencatat jumlah kepala keluarga terbanyak di Indonesia ada di Jawa Barat dengan 16,08 juta. Di urutan kedua, ada Jawa Timur dengan jumlah 13,94 juta dan di posisi ketiga ada Jawa Tengah dengan 12,49 juta.
Para kepala keluarga ini memiliki sumber pendapatan yang berbeda-beda. Namun, mayoritas dari mereka mengandalkan gaji dari bekerja dibanding menjadi pengusaha.
Dalam laporan BPS bertajuk Neraca Rumah Tangga Indonesia, terlihat sebanyak 55,62 persen kepala rumah tangga mendapatkan pendapatan dari kompensasi tenaga kerja. Kemudian, sebanyak 32,69 persen lainnya memperoleh sumber penghasilan dari surplus usaha dan pendapatan campuran bruto.
Lalu, berturut-turut sumber pendapatan kepala keluarga lainnya adalah pendapatan kepemilikan yang diterima 6,31 persen, transfer berjalan yang diterima 5,17 persen, dan penyesuaian atas perubahan pada hak pensiun 0,22 persen.
Baca juga: Sering Enggak Disadari, Ini 7 Kesalahan Mengatur Keuangan Keluarga
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.