Perkembangan AI Makin Masif, Simak Kecanggihan Asisten Virtual Cerdas Rasa Lokal Ini
26 June 2023 |
13:23 WIB
1
Like
Like
Like
Prasimax, perusahaan lokal di bidang Internet of Things (IOT) sedang mengembangkan perangkat asisten virtual cerdas yang bisa membantu tugas-tugas manusia melalui perintah suara. Alat ini akan memiliki fungsi yang mirip seperti Siri atau Google Home, tetapi dengan cita rasa lokal
Prototype alat tersebut sempat dipamerkan dalam acara Snapdragon Academy 2023: The Future of AI is Hybrid dan mendapat sambutan hangat. perangkat tersebut berhasil menjawab beberapa pertanyaan dari audiens.
Dalam demo singkat saat itu, perangkat ini merespons dengan baik ketika ada panggilan wake word dengan memancarkan lampu berwarna biru. Wake word adalah semacam sapaan panggilan agar device bisa hidup dan menjalankan fungsinya.
Baca juga: Qualcomm Kenalkan Teknologi Hybrid AI, Bisa Berjalan Tanpa Internet
Perangkat tersebut kemudian dites pertanyaan soal film-film apa saja yang ditayangkan hari ini di bioskop. Dengan sigap, alat tersebut langsung menjawab dengan detail soal film-film yang tayang pada bioskop tersebut lengkap dengan jam tayangnya. Berikut petikan obrolannya
“Hay Indy (wake word Prasimax)” Alat lalu merespons dengan menghidupkan lampu berwarna biru.
“Apa film bagus yang tayang di bioskop Plaza Senayan hari ini?”
“Di Plaza Senayan pada 21 Juni 2023, film yang selanjutnya tayang adalah Elemental: Forces of Nature pukul 14.20 WIB, lalu film selanjutnya adalah…”
Saat dites untuk menanyakan waktu dan lokasi pengguna, perangkat tersebut juga mampu menjawabnya dengan baik. Namun, meski sudah menampakkan kecanggihannya, alat ini masih membutuhkan waktu untuk terus menyempurnakan diri. Misalnya, perangkat tersebut beberapa kali belum merespons dengan cepat saat wake word diucapkan.
Founder and CEO Prasimax Didi Setiadi mengatakan bahwa perangkat yang sedang dipamerkannya memang masih dalam tahap awal. Dengan demikian, AI yang ada di alat ini sebenarnya masih dalam proses belajar untuk terus menjadi optimal dan sempurna.
Alat ini baru mendapatkan sampel suara wake word sebanyak 400 jenis. Padahal, untuk menjadi optimal, setidaknya dibutuhkan 1.000 suara laki-laki dan 1.000 suara perempuan yang mengucapkan “Hai Indy” dengan berbagai variasi. Alat ini juga membutuhkan 1.000 sampel suara salah agar mereka bisa mempelajari hal tersebut. Namun, ke depan AI-nya akan terus disempurnakan.
Didi menjelaskan bahwa perangkatnya menggunakan System on a Chip (SoC) QSC400 milik Qualcomm. Dengan chipset tersebut, perangkat ini memungkinkan untuk menjalankan proses natural language processing (NLP), sebuah teknologi yang salah satu fungsinya adalah untuk asisten virtual cerdas.
Teknologi tersebut membuat sebuah perangkat bisa memahami, menafsirkan, dan menjalankan perintah dari manusia. Pada versi beta ini, database-nya masih dihubungkan ke Google Voice Assistant.
Sementara itu, Country Director Qualcomm Indonesia Shannedy Ong mengatakan bahwa SoC QSC400 adalah jenis chipset dari Qualcomm yang bisa melengkapi portofolio artificial intelligence. Jenis tersebut bisa digunakan untuk mendukung proses menjalankan proses natural language processing (NLP).
Teknologi ini yang mengubah perintah pengguna dalam bentuk suara ke teks, lalu diproses oleh NLP, kemudian berubah menjadi suara kembali saat memberikan jawaban dari perintah tersebut. Adapun pada seri yang lebih atas, yakni QCS600-an, pemrosesannya bahkan sudah bisa dalam bentuk video.
Chipset QSC400 sudah menggunakan sistem Hybrid AI. Jadi, pemrosesan yang dilakukan tidak 100 persen di Cloud, tetapi juga dilakukan di dalam perangkat itu sendiri. Saat pendeteksian wake word, AI yang bekerja ada di dalam perangkat. Dengan kecerdasan AI, perangkat bisa hidup ketika berhasil mendeteksi wake word.
Proses AI ini berjalan di dalam perangkat dan hanya berlangsung 2 detik sesuai aturan global. Sebab, jika melebihi durasi tersebut, alat bisa dianggap menyadap. Adapun untuk proses streaming-nya, baru akan berjalan di Cloud.
Baca juga: Masyarakat Makin Banyak Pakai Teknologi Digital untuk Menunjang Pekerjaan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Prototype alat tersebut sempat dipamerkan dalam acara Snapdragon Academy 2023: The Future of AI is Hybrid dan mendapat sambutan hangat. perangkat tersebut berhasil menjawab beberapa pertanyaan dari audiens.
Dalam demo singkat saat itu, perangkat ini merespons dengan baik ketika ada panggilan wake word dengan memancarkan lampu berwarna biru. Wake word adalah semacam sapaan panggilan agar device bisa hidup dan menjalankan fungsinya.
Baca juga: Qualcomm Kenalkan Teknologi Hybrid AI, Bisa Berjalan Tanpa Internet
Perangkat tersebut kemudian dites pertanyaan soal film-film apa saja yang ditayangkan hari ini di bioskop. Dengan sigap, alat tersebut langsung menjawab dengan detail soal film-film yang tayang pada bioskop tersebut lengkap dengan jam tayangnya. Berikut petikan obrolannya
“Hay Indy (wake word Prasimax)” Alat lalu merespons dengan menghidupkan lampu berwarna biru.
“Apa film bagus yang tayang di bioskop Plaza Senayan hari ini?”
“Di Plaza Senayan pada 21 Juni 2023, film yang selanjutnya tayang adalah Elemental: Forces of Nature pukul 14.20 WIB, lalu film selanjutnya adalah…”
Saat dites untuk menanyakan waktu dan lokasi pengguna, perangkat tersebut juga mampu menjawabnya dengan baik. Namun, meski sudah menampakkan kecanggihannya, alat ini masih membutuhkan waktu untuk terus menyempurnakan diri. Misalnya, perangkat tersebut beberapa kali belum merespons dengan cepat saat wake word diucapkan.
Prasimax Kembangkan Asisten Virtual Cerdas Rasa Lokal, Mirip Siri & Google Home (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)
Founder and CEO Prasimax Didi Setiadi mengatakan bahwa perangkat yang sedang dipamerkannya memang masih dalam tahap awal. Dengan demikian, AI yang ada di alat ini sebenarnya masih dalam proses belajar untuk terus menjadi optimal dan sempurna.
Alat ini baru mendapatkan sampel suara wake word sebanyak 400 jenis. Padahal, untuk menjadi optimal, setidaknya dibutuhkan 1.000 suara laki-laki dan 1.000 suara perempuan yang mengucapkan “Hai Indy” dengan berbagai variasi. Alat ini juga membutuhkan 1.000 sampel suara salah agar mereka bisa mempelajari hal tersebut. Namun, ke depan AI-nya akan terus disempurnakan.
Didi menjelaskan bahwa perangkatnya menggunakan System on a Chip (SoC) QSC400 milik Qualcomm. Dengan chipset tersebut, perangkat ini memungkinkan untuk menjalankan proses natural language processing (NLP), sebuah teknologi yang salah satu fungsinya adalah untuk asisten virtual cerdas.
Teknologi tersebut membuat sebuah perangkat bisa memahami, menafsirkan, dan menjalankan perintah dari manusia. Pada versi beta ini, database-nya masih dihubungkan ke Google Voice Assistant.
Sementara itu, Country Director Qualcomm Indonesia Shannedy Ong mengatakan bahwa SoC QSC400 adalah jenis chipset dari Qualcomm yang bisa melengkapi portofolio artificial intelligence. Jenis tersebut bisa digunakan untuk mendukung proses menjalankan proses natural language processing (NLP).
Teknologi ini yang mengubah perintah pengguna dalam bentuk suara ke teks, lalu diproses oleh NLP, kemudian berubah menjadi suara kembali saat memberikan jawaban dari perintah tersebut. Adapun pada seri yang lebih atas, yakni QCS600-an, pemrosesannya bahkan sudah bisa dalam bentuk video.
Chipset QSC400 sudah menggunakan sistem Hybrid AI. Jadi, pemrosesan yang dilakukan tidak 100 persen di Cloud, tetapi juga dilakukan di dalam perangkat itu sendiri. Saat pendeteksian wake word, AI yang bekerja ada di dalam perangkat. Dengan kecerdasan AI, perangkat bisa hidup ketika berhasil mendeteksi wake word.
Proses AI ini berjalan di dalam perangkat dan hanya berlangsung 2 detik sesuai aturan global. Sebab, jika melebihi durasi tersebut, alat bisa dianggap menyadap. Adapun untuk proses streaming-nya, baru akan berjalan di Cloud.
Baca juga: Masyarakat Makin Banyak Pakai Teknologi Digital untuk Menunjang Pekerjaan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.