Anniversary ke-20, Ubud Writers & Readers Festival Usung Konsep Tema Tri Semaya
23 June 2023 |
20:00 WIB
Di Ubud, Bali, Indonesia, setiap tahun diadakan festival kesusastraan terbesar se-Asia Tenggara, tidak lain adalah Ubud Writers & Readers Festival (UWRF). Festival ini diselenggarakan oleh Yayasan Mudra Swari Saraswati setiap Oktober pada saat Bulan Bahasa dan Sastra.
Festival 2023 yang diadakan selama lima hari pada 18 sampai 22 Oktober mendatang sekaligus menjadi perayaan yang menandai 20 tahun sejak UWRF pertama kali diadakan.
UWRF pertama kali diadakan pada 2004 yang diprakarsai oleh pendiri yayasan, Janet DeNeefe, yagn merupakan seorang penulis kelahiran Australia tapi sudah lama menetap di Bali.
Tujuan pelaksanaan festival ini adalah mengumpulkan komunitas penulis dan pembaca Indonesia serta dunia untuk saling terlibat dan membagikan pikirannya dalam satu forum.
Baca juga: Buku Ngider Makan dari Halte ke Halte Rangkum Panduan Wisata Kuliner Tersembunyi di Jakarta
Dari tahun ke tahun, UWRF senantiasa menggunakan tema-tema filosofis yang berbeda. Pada 2022, tema yang diangkat adalah “Memayu Hayuning Bawana” atau “Uniting Humanity”. Sedangkan tema 2021 adalah “Mulat Sarira” yang bermakna “Self Reflection”.
Tahun ini, tema UWRF adalah “Atita, Wartamana, Anagata: Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan”. Tema ini diangkat dari landasan filosofis masyarakat Bali dalam kearifan lokal Tri Semaya.
Tri Semaya adalah konsep waktu yang diyakini tidak memiliki batasan. Ajaran filosofis Hindu Bali ini menganjurkan hidup seimbang dan harmonis seiring berjalannya waktu.
Untuk peringatan hari jadi ke-20 ini, UWRF turut menghadirkan tokoh sastra sekaligus jurnalis kenamaan Indonesia, Goenawan Mohamad. Dia membuat karya seni rupa yang mendampingi tema peringatan hari jadi ini. Karya seni yang dibuat oleh Goenawan Mohamad itu menjadi sorotan yang signifikan dalam menambah makna tema tahun ke-20 UWRF.
DeNeefe juga mengutarakan signifikannya tahun 2023 bagi UWRF. “Program 2023 ini merangkum perjalanan UWRF selama 20 tahun sebagai perayaan seni kesusastraan dan komunitas kreatif yang terus berkembang,” katanya dalam rilis pers UWRF.
Dalam festival yang akan diadakan selama lima hari berturut-turut tersebut, akan mendatangkan penulis, seniman, intelektual, cendikiawan, dan pembicara yang akan memberikan pandangan mereka akan tema. UWRF juga akan menerbitkan sebuah antologi khusus berisi karya terpilih dari program kepenulisan Emerging Writers yang sudah berlangsung sejak 2008.
Selain festival utama pada Oktober, UWRF turut melaksanakan berbagai program lain lain. Tahun ini, UWRF berkolaborasi dengan toko buku digital Henbuk yang berbasis di Bali. Ini menjadi bagian dari komitmen Yayasan Mudra Swari Saraswati untuk mendukung penulis Bali untuk menjangkau publik melalui festival sastra.
Pada saat artikel ini ditulis, UWRF belum merilis rangkaian lengkap program yang akan diadakan dalam festivalnya. Namun, informasi tiket dan juga penerimaan relawan telah tersedia di situs resminya.
Program-program pertama sekaligus penjualan tiket perdana akan diumumkan pada 12 Juli. Sedangkan program lengkapnya akan diumumkan pada 16 Agustus 2023 mendatang.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Festival 2023 yang diadakan selama lima hari pada 18 sampai 22 Oktober mendatang sekaligus menjadi perayaan yang menandai 20 tahun sejak UWRF pertama kali diadakan.
UWRF pertama kali diadakan pada 2004 yang diprakarsai oleh pendiri yayasan, Janet DeNeefe, yagn merupakan seorang penulis kelahiran Australia tapi sudah lama menetap di Bali.
Tujuan pelaksanaan festival ini adalah mengumpulkan komunitas penulis dan pembaca Indonesia serta dunia untuk saling terlibat dan membagikan pikirannya dalam satu forum.
Baca juga: Buku Ngider Makan dari Halte ke Halte Rangkum Panduan Wisata Kuliner Tersembunyi di Jakarta
Dari tahun ke tahun, UWRF senantiasa menggunakan tema-tema filosofis yang berbeda. Pada 2022, tema yang diangkat adalah “Memayu Hayuning Bawana” atau “Uniting Humanity”. Sedangkan tema 2021 adalah “Mulat Sarira” yang bermakna “Self Reflection”.
Tahun ini, tema UWRF adalah “Atita, Wartamana, Anagata: Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan”. Tema ini diangkat dari landasan filosofis masyarakat Bali dalam kearifan lokal Tri Semaya.
Tri Semaya adalah konsep waktu yang diyakini tidak memiliki batasan. Ajaran filosofis Hindu Bali ini menganjurkan hidup seimbang dan harmonis seiring berjalannya waktu.
Untuk peringatan hari jadi ke-20 ini, UWRF turut menghadirkan tokoh sastra sekaligus jurnalis kenamaan Indonesia, Goenawan Mohamad. Dia membuat karya seni rupa yang mendampingi tema peringatan hari jadi ini. Karya seni yang dibuat oleh Goenawan Mohamad itu menjadi sorotan yang signifikan dalam menambah makna tema tahun ke-20 UWRF.
Karya seni oleh Goenawan Mohamad untuk perayaan 20 tahun UWRF. (Sumber: UWRF)
Dalam festival yang akan diadakan selama lima hari berturut-turut tersebut, akan mendatangkan penulis, seniman, intelektual, cendikiawan, dan pembicara yang akan memberikan pandangan mereka akan tema. UWRF juga akan menerbitkan sebuah antologi khusus berisi karya terpilih dari program kepenulisan Emerging Writers yang sudah berlangsung sejak 2008.
Selain festival utama pada Oktober, UWRF turut melaksanakan berbagai program lain lain. Tahun ini, UWRF berkolaborasi dengan toko buku digital Henbuk yang berbasis di Bali. Ini menjadi bagian dari komitmen Yayasan Mudra Swari Saraswati untuk mendukung penulis Bali untuk menjangkau publik melalui festival sastra.
Pada saat artikel ini ditulis, UWRF belum merilis rangkaian lengkap program yang akan diadakan dalam festivalnya. Namun, informasi tiket dan juga penerimaan relawan telah tersedia di situs resminya.
Program-program pertama sekaligus penjualan tiket perdana akan diumumkan pada 12 Juli. Sedangkan program lengkapnya akan diumumkan pada 16 Agustus 2023 mendatang.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.