Ilustrasi sale di social commerce (Sumber gambar: Markus Spiske/Unsplash)

Social Commerce Lagi Hype, Tapi Belum Ada Aturan Mainnya

21 June 2023   |   22:45 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Social Commerce belakangan makin populer dan menjadi salah satu opsi baru dalam berbelanja online yang digemari banyak orang. Dari data Populix, sebanyak 86 persen responden sudah pernah melakukan belanda di social commerce dan hanya 14 persen yang belum pernah.

Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira, social commerce digemari banyak orang karena memadukan unsur entertainment dalam proses transaksinya. Hal ini membuat konsumen mendapatkan hiburan yang menarik sebelum membeli sebuah barang.

Baca juga: Tren Penggunaan Social Commerce Makin Tinggi

Melalui social commerce, proses berbelanja memang jadi jauh lebih menarik. Sebab, pembeli bisa melakukan promosi barang jualannya dengan berbagai cara, seperti live streaming hingga postingan konsen yang terkonsep.

Cara ini kemudian yang membuat konsumen akan tertarik dan mencari tahu lebih jauh soal produk yang dijual. Jika produknya cocok dan sesuai dengan kebutuhan, pembeli hanya tinggal melakukan pembelian di aplikasi yang sama tanpa harus buka tutup aplikasi lain.
 

Ilustrasi social commerce makin diminati (Sumber gambar: Freepik)

Ilustrasi social commerce makin diminati (Sumber gambar: Freepik)


Dalam survei yang sama, Populix juga mencatat TikTok Shop menjadi social commerce yang paling sering digunakan, yakni sebanyak 45 persen. Disusul WhatsApp 21 persen, Facebook Shop 10 persen, dan Instagram Shop 10 persen. Adapun sisanya, seperti Telegram dan Line Shop hanya digunakan oleh 1 persen saja.

Hingga hari ini, Social Commerce terus menyerupai e-commerce. Ada banyak sekali jenis barang yang dijual di platform tersebut. Namun, produk fashion menempati urutan pertama sebagai barang paling sering dibeli dengan presentasi 61 persen.

Pada urutan kedua, produk kecantikan juga menjadi salah satu yang terlaris, yakni 43 persen. Diurutan ketiga ada makanan dan minuman juga memiliki peminat yang tidak sedikit, yakni 38 persen. 

Kemudian, diurutan keempat ada gawai dan aksesoris dan berturut-turut setelahnya adalah peralatan rumah tangga 24 persen, tas wanita 24 persen, alat elektronik 21 persen, dan barang-barang yang berkaitan dengan hobi sebanyak 21 persen.

Produk yang terjual memang tidak bisa dilepaskan dari demografi dari konsumen. Pada TikTok Shop, sebanyak 44 persen penggunanya adalah pria, sedangkan 63 persen mayoritasnya adalah perempuan. Kemudian, untuk WhatsApp justru berbalik, pria mendominasi dengan 42 persen dan perempuan hanya 36 persen.

Beralih ke Instagram Shop, pengguna pria lebih banyak, yakni 26 persen, sedangkan perempuan 21 persen. Kemudian, Facebook Shop, pria juga jadi pengguna terbanyak dengan 30 persen, sedangkan perempuan 11 persen.
 

Perlu Regulasi yang Adil


Di tengah kepopulerannya, social commerce masih menyimpan beberapa kekurangan dan tantangan tersendiri. Beberapa platform ada yang masih memiliki sistem pembayaran yang terbatas. Hal ini terkadang juga menyulitkan konsumen.

Di sisi lain, pemerintah juga perlu segera merespons soal tren ini dengan regulasi yang lebih adil. Salah satu isu besar yang ada di social commerce adalah level playing field, yakni konsep tentang keadilan dalam berbisnis.

“Jadi, antara social commerce, e-commerce, dan pelaku ritel offline tidak ada perbedaan, seperti dalam hal pembayaran pajak misalnya,” ungkapnya.

Kemudian, perlindungan konsumen juga perlu menjadi perhatian. Dalam artian, perlu ada kepastian bahwa barang yang dijual di social commerce bukanlah barang palsu atau ilegal. Pengawasan terhadap hal tersebut dinilai Bhima masih kurang.

Baca juga: Juragan Daster Ini Beberkan Jurus Jitu Jual Ribuan Produk di e-Commerce

“Lalu, perlu ada perlindungan bagi merchant juga. Misalnya, soal pengembalian dana atau pencairan tagihan yang seharusnya bisa dilakukan secara cepat. Terlebih, bagi merchant kecil yang perputaran uangnya lebih cepat untuk modal lagi dan sebagainya,” imbuhnya.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Jung Hae-In Bakal Fan Meeting di Jakarta 16 September 2023

BERIKUTNYA

Rangkaian HUT ke-496 DKI Jakarta, Great Sale sampai Indonesia Comic Con

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: