Ilustrasi (Sumber gambar: Rodnae Production/Pexels)

Begini Tantangan Layanan Social Commerce Menurut Pengamat

26 October 2022   |   16:16 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Social commerce kian populer menjadi opsi baru untuk berbelanja online secara mudah. Dengan platform ini, konsumen bisa berbelanja sekaligus melakukan interaksi langsung dengan penjual sambil menjelajahi media sosial, tanpa harus berpindah aplikasi. 

Sementara dari sisi penjual, social commerce memungkinkan mereka untuk menjangkau calon pelanggan yang lebih luas. Menurut laporan bertajuk The Social Commerce Landscape in Indonesia yang dirilis Populix, sebesar 86 persen masyarakat Indonesia pernah berbelanja melalui platform media sosial.

Atau, 4 dari 5 orang responden mengaku telah melakukan pembelian dengan memanfaatkan media sosial.

TikTok Shop menjadi platform media sosial yang paling sering digunakan oleh responden sebesar 45 persen. Setelahnya diikuti oleh WhatsApp (21 persen), Facebook Shop (10 persen), dan Instagram Shop (10 persen).

Baca juga; Ini Alasan Brand Lokal Makin disukai Masyarakat Indonesia

Adapun, kategori produk yang paling banyak dibeli oleh masyarakat melalui platform media sosial adalah pakaian (61 persen), produk kecantikan (43 persen), serta makanan dan minuman (38 persen). Rata-rata yang yang dikeluarkan untuk kegiatan belanja tersebut adalah Rp200.000 lebih.
 

Ilustrasi (Sumber gambar: Georgia De Lotz/Unsplash)

Ilustrasi (Sumber gambar: Georgia De Lotz/Unsplash)

Pakar Marketing Inventure Consulting, Yuswohady, mengatakan kelebihan social commerce yang saat ini banyak digunakan para pelaku bisnis untuk meningkatkan penjualannya adalah semakin singkatnya proses konsumen untuk memutuskan membeli produk.

Jika sebelumnya konsumen membutuhkan waktu beberapa saat mulai dari melihat, tertarik, untuk kemudian membeli, tapi di social commerce, mereka bisa memutuskannya hanya dalam waktu beberapa menit saja.

"Jadi powerful-nya [social commerce] itu memampatkan proses pengambilan keputusan [konsumen]," katanya kepada Hypeabis.id, belum lama ini.

Karena proses transaksinya yang terbilang cepat, Yuswohady pun menilai salah satu tantangan dari social commerce dari sisi konsumen adalah kemungkinan keliru dalam mengambil keputusan untuk membeli produk karena pengaruh teman atau komunitas di media sosial.

Sementara dari sisi penjual, mereka dituntut cepat pula dalam memproses pengiriman produk yang telah dipesan oleh konsumen, termasuk menyetok produk yang banyak.

"Makanya yang dikejar itu adalah impulse buying, proses pembelian yang dipengaruhi lingkungan sehingga konsumen cepat mengambil keputusan," katanya.

Baca juga: Penting, Pelaku Industri Digital Wajib Miliki Identitas Digital

Tak hanya memanfaatkan beberapa platform media sosial yang telah ada, saat ini tak sedikit juga platform social commerce yang bermunculan yang menawarkan kemudahan dalam bertransaksi secara digital.

Masih dalam laporan yang sama, Evermos disebut sebagai layanan social commerce yang paling banyak digunakan responden sebesar 22 persen. Disusul dengan platform Kitabeli (14 persen), Dusdusan (12%), Dagangan (9 persen), dan Mapan (8 persen).

Yuswohady mengatakan beberapa platform tersebut cenderung akan lebih sulit mengumpulkan massa (crowd) ketimbang platform media sosial seperti Instagram dan TikTok yang memang telah memiliki banyak pengguna.

Oleh karena itu, katanya, salah satu tugas penting platform social commerce adalah dengan membangun traffic untuk terciptanya sebuah brand awareness dari pengguna.

Dia pun menilai bahwa tren social commerce ini akan semakin digandrungi masyarakat lantaran memudahkan mereka dalam bertransaksi. Sebab, hanya dalam platform media sosial yang sering digunakan, mereka juga bisa berbelanja memenuhi kebutuhan.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

3 Olahan Nasi Hitam Lezat, Begini Cara Membuatnya

BERIKUTNYA

Viral di Twitter, Ini Untung Rugi Pakai WA GB

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: