Juragan Daster Ini Beberkan Jurus Jitu Jual Ribuan Produk di e-Commerce
28 November 2022 |
15:41 WIB
Bagi Genhype yang sering menggunakan daster saat sedang santai baik di dalam maupun di luar rumah, tahu ngga kalau daster sebetulnya berasal dari kata ‘duster’, yaitu pakaian yang dikenakan oleh para koboi di Amerika Serikat pada abad ke-18.
Sejarah lain mengatakan daster mulai dipopulerkan sejak masa kepemimpinan Ratu Victoria di Inggris, dan menjadi lambang gerakan bagi para perempuan untuk membebaskan diri dari tren penggunaan korset kala itu.
Di Indonesia, daster menjadi andalan kaum hawa dari berbagai kalangan untuk dapat beraktivitas dengan nyaman di dalam maupun di luar rumah. Maka tidak mengherankan, apabila penjualan daster di marketplace online tanah air terus mengalami peningkatan permintaan.
Baca juga: Legendary Brand Festival, Ajang Kolaborasi UMKM untuk Siap Hadapi Ancaman Resesi
Peluang bisnis daster ini dimanfaatkan oleh pemuda asal Solo, Satria Aji Pamungkas melalui Sapasara Collection, untuk berjualan daster secara online di e-commerce. Meski mengaku sempat kebanjiran puluhan pesanan saat berjualan online, Satria mengungkapkan bahwa bisnis online ini juga menghadapi sejumlah tantangan besar, seperti persaingan bisnis online yang sengit hingga tantangan resesi ekonomi.
Nah, untuk mempertahankan bisnis online dan memastikan keberlangsungan brand Sapasara Collection, Satria melakukan sejumlah kiat jitu yang bisa kalian contek agar bisnisnya bisa tetap eksis. Apa saja? Berikut ulasannya.
Menurut Satria, target pasar konsumen untuk komoditas daster sangat besar, namun permintaan ini juga berbanding lurus dengan banyaknya pelaku usaha yang menjual produk fesyen ini. Oleh karena itu, Satria rutin melakukan analisis pasar dan kompetitor sejak awal mula Sapasara Collection didirikan hingga mempertahankannya sampai saat ini.
“Saya analisis pesaing saya di Shopee kaya gimana. Contohnya kalau kita melihat beberapa produk daster ada yang bagus tapi harganya kurang terjangkau. Di sisi lain ada yang harganya lebih terjangkau, tetapi modelnya kurang variatif. Nah, Sapasara Collection mengambil jalan tengah, menawarkan model yang variatif dengan harga yang ramah di kantong,” ujarnya.
Analisis produk serta quality control dibutuhkan untuk mengetahui dan menjaga keunggulan dari produk yang kita jual. Hal ini juga berlaku bagi para pelaku usaha dan UMKM untuk menjaga kualitas produk dan memupuk loyalitas pelanggan.
Menurut Satria, dua hal ini berperan penting karena dapat mempengaruhi bisnis kalau tidak dijaga.
"Belajar dari pengalaman sebelumnya dimana semua harga serba naik, bahan kain dari supplier tetap stabil. Kondisi ini cukup aneh. Setelah menerima beberapa komplain dari pelanggan, saya baru tahu bahwa kualitas kain diturunin supaya harga tetap stabil. Sedih sih, karena hal itu berpengaruh kepada rating saya di Shopee. Semenjak itu, saya mewajibkan melakukan proses quality control setelah menerima barang diproduksi,” jelasnya.
Pemuda kelahiran 1997 ini juga membeberkan tips yang terkadang tidak disadari oleh sebagian pemilik toko online yaitu foto produk. Foto produk menjadi salah satu hal penting untuk mendukung bisnis online. Foto yang bagus dengan tampilan yang sedang trending mampu menarik lebih banyak pelanggan.
“Kalau foto sudah bagus, hal yang dilakukan selanjutnya adalah perhatikan traffic foto atau melihat foto yang disukai pelanggan. Jadi kita bisa tahu, foto hingga model seperti apa yang terlihat menarik di mata pelanggan,” ungkap Satria.
Adanya marketplace online tentunya memudahkan para pelaku usaha dan UMKM untuk menjual berbagai macam produk. Berbagai macam fitur dan program yang ditawarkan, tentunya diharapkan dapat memaksimalkan penjualan.
Di awal memulai usaha, Satria mencoba berbagai macam fitur seperti bundling, harga coret, dan iklan. Dia juga terus memakai voucher diskon sehingga konsumen yang belanja dengan nominal berapapun bisa menggunakan voucher diskon, tanpa ada minimal pembelian.
"Itu jadi strategi sendiri untuk saya, jadi kalau pelanggan berkunjung ke Sapasara Collection, langsung dapat voucher Rp1.000 , akan sayang rasanya kalau nggak dipakai, ujung-ujungnya beli,” ungkapnya.
Selain voucher diskon yang jadi fitur unggulan, Satria juga memanfaatkan kampanye tanggal kembar dan promosi setiap tanggal 25 (pay day). Dengan berbagai fitur dan program tersebut maka, baru sekitar sebulan jualan daster, dia sudah menjadi star seller.
Bahkan hingga saat ini daster Sapasara Collection mampu menyentuh hingga 4.000 pesanan dengan 10.000 produk terjual setiap bulannya di platform e-commerce Shopee.
Editor: Nirmala Aninda
Sejarah lain mengatakan daster mulai dipopulerkan sejak masa kepemimpinan Ratu Victoria di Inggris, dan menjadi lambang gerakan bagi para perempuan untuk membebaskan diri dari tren penggunaan korset kala itu.
Di Indonesia, daster menjadi andalan kaum hawa dari berbagai kalangan untuk dapat beraktivitas dengan nyaman di dalam maupun di luar rumah. Maka tidak mengherankan, apabila penjualan daster di marketplace online tanah air terus mengalami peningkatan permintaan.
Baca juga: Legendary Brand Festival, Ajang Kolaborasi UMKM untuk Siap Hadapi Ancaman Resesi
Peluang bisnis daster ini dimanfaatkan oleh pemuda asal Solo, Satria Aji Pamungkas melalui Sapasara Collection, untuk berjualan daster secara online di e-commerce. Meski mengaku sempat kebanjiran puluhan pesanan saat berjualan online, Satria mengungkapkan bahwa bisnis online ini juga menghadapi sejumlah tantangan besar, seperti persaingan bisnis online yang sengit hingga tantangan resesi ekonomi.
Nah, untuk mempertahankan bisnis online dan memastikan keberlangsungan brand Sapasara Collection, Satria melakukan sejumlah kiat jitu yang bisa kalian contek agar bisnisnya bisa tetap eksis. Apa saja? Berikut ulasannya.
1. Analisis pasar dan kompetitor
Menurut Satria, target pasar konsumen untuk komoditas daster sangat besar, namun permintaan ini juga berbanding lurus dengan banyaknya pelaku usaha yang menjual produk fesyen ini. Oleh karena itu, Satria rutin melakukan analisis pasar dan kompetitor sejak awal mula Sapasara Collection didirikan hingga mempertahankannya sampai saat ini.“Saya analisis pesaing saya di Shopee kaya gimana. Contohnya kalau kita melihat beberapa produk daster ada yang bagus tapi harganya kurang terjangkau. Di sisi lain ada yang harganya lebih terjangkau, tetapi modelnya kurang variatif. Nah, Sapasara Collection mengambil jalan tengah, menawarkan model yang variatif dengan harga yang ramah di kantong,” ujarnya.
2. Analisis produk dan quality control
Analisis produk serta quality control dibutuhkan untuk mengetahui dan menjaga keunggulan dari produk yang kita jual. Hal ini juga berlaku bagi para pelaku usaha dan UMKM untuk menjaga kualitas produk dan memupuk loyalitas pelanggan.Menurut Satria, dua hal ini berperan penting karena dapat mempengaruhi bisnis kalau tidak dijaga.
"Belajar dari pengalaman sebelumnya dimana semua harga serba naik, bahan kain dari supplier tetap stabil. Kondisi ini cukup aneh. Setelah menerima beberapa komplain dari pelanggan, saya baru tahu bahwa kualitas kain diturunin supaya harga tetap stabil. Sedih sih, karena hal itu berpengaruh kepada rating saya di Shopee. Semenjak itu, saya mewajibkan melakukan proses quality control setelah menerima barang diproduksi,” jelasnya.
3. Menguasai teknik dan gaya foto yang diminati pelanggan
Pemuda kelahiran 1997 ini juga membeberkan tips yang terkadang tidak disadari oleh sebagian pemilik toko online yaitu foto produk. Foto produk menjadi salah satu hal penting untuk mendukung bisnis online. Foto yang bagus dengan tampilan yang sedang trending mampu menarik lebih banyak pelanggan. “Kalau foto sudah bagus, hal yang dilakukan selanjutnya adalah perhatikan traffic foto atau melihat foto yang disukai pelanggan. Jadi kita bisa tahu, foto hingga model seperti apa yang terlihat menarik di mata pelanggan,” ungkap Satria.
4. Manfaatkan fitur dengan efektif dan efisien
Adanya marketplace online tentunya memudahkan para pelaku usaha dan UMKM untuk menjual berbagai macam produk. Berbagai macam fitur dan program yang ditawarkan, tentunya diharapkan dapat memaksimalkan penjualan.Di awal memulai usaha, Satria mencoba berbagai macam fitur seperti bundling, harga coret, dan iklan. Dia juga terus memakai voucher diskon sehingga konsumen yang belanja dengan nominal berapapun bisa menggunakan voucher diskon, tanpa ada minimal pembelian.
"Itu jadi strategi sendiri untuk saya, jadi kalau pelanggan berkunjung ke Sapasara Collection, langsung dapat voucher Rp1.000 , akan sayang rasanya kalau nggak dipakai, ujung-ujungnya beli,” ungkapnya.
Selain voucher diskon yang jadi fitur unggulan, Satria juga memanfaatkan kampanye tanggal kembar dan promosi setiap tanggal 25 (pay day). Dengan berbagai fitur dan program tersebut maka, baru sekitar sebulan jualan daster, dia sudah menjadi star seller.
Bahkan hingga saat ini daster Sapasara Collection mampu menyentuh hingga 4.000 pesanan dengan 10.000 produk terjual setiap bulannya di platform e-commerce Shopee.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.