Viral Kasus Rabies Berujung kematian, Kenali Kiat Pencegahan & Cara Mengobatinya
19 June 2023 |
17:16 WIB
1
Like
Like
Like
Kasus penyakit rabies di wilayah Indonesia baru-baru ini kembali menjadi perhatian publik. Hal itu bermula dari viralnya video di TikTok bocah berusia 5 tahun di Bali yang meninggal usai terkena gigitan anjing peliharaanya yang terinfeksi rabies Kamis, (15/6/23).
Dalam video berdurasi pendek yang dibagikan oleh akun TikTok Kadek Susiani itu, bocah tersebut juga sudah memasuki tahap gejala hydrophobia atau takut pada air. Hydrophobia adalah semacam rasa yang menyakitkan di tenggorokan saat pengidap rabies minum atau sekadar berpikir untuk minum air.
Menurut data Kementrian Kesehatan (Kemenkes) terdapat lebih 31 ribu kasus terkait dengan penularan rabies yang disebabkan oleh gigitan anjing. Bahkan, sepanjang Januari-April 2023 sudah ditemukan 11 kasus kematian akibat seseorang terinfeksi penyakit zoonosis itu.
Baca juga: Awas, Zoonosis Kini Jadi Biang Keladi Penyakit Infeksi Utama
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dr. Imran Pambudi mengatakan penyakit rabies merupakan tantangan besar di Indonesia. Pasalnya, dalam tiga tahun terakhir kasus gigitan hewan rabies tiap tahunnya lebih dari 80 ribu kasus dengan tingkat kematiannya rata-rata lebih dari 68 orang.
“Sekitar 95 persen kasus rabies pada manusia didapatkan lewat gigitan anjing yang terinfeksi. Ada juga beragam hewan liar yang bertindak sebagai reservoir virus di berbagai benua seperti rubah, rakun, dan kelelawar, tapi sebagian besar karena gigitan anjing," papar Imran Pambudi.
Penyebab & Gejala Rabies
Melansir laman Kemenkes, penyakit rabies adalah jenis penyakit infeksi yang disebabkan oleh gigitan, cakaran, hingga air liur binatang yang terinfeksi lyssa virus. Adapun gejala awal yang diderita pengidap saat tertular virus ini adalah perasaan lemas, insomnia, peka terhadap sinar, suara, dan angin, hingga kesulitan untuk menelan air.
Adapun, pertolongan pertama jika seseorang digigit hewan penular rabies maka harus secepatnya mencuci luka gigitan dengan sabun atau detergen pada air mengalir selama 15 menit, kemudian memberi antiseptik dan sejenisnya untuk mencegah virus berkembang.
Kemudian, langkah selanjutnya dengan membawa pasien ke Puskesmas atau rumah sakit untuk dilakukan kembali pencucian luka. Dari sinilah mereka nantinya juga akan dan mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR) sesuai dengan indikasi yang terjadi terhadap pengidap.
Dokter Imran mengatakan, sebagian besar kematian akibat rabies disebabkan karena pasien terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan. Oleh karena itu dia pun mengimbau meski hanya mendapat gigitan kecil dan tidak berdarah harus segera mungkin dibawa ke faskes terdekat.
"Rata-rata pasien baru panik pergi ke Faskes setelah tahu anjing yang menggigitnya itu mati. Jadi yang harus dilakukan jika digigit anjing yang pertama adalah harus segera mungkin pergi ke Faskes untuk dilakukan uji luka,” tutur dokter Imran.
Sementara itu, Juru Bicara Kemenkes dr. Mohammad Syahril mengatakan sejauh ini pemerintah juga terus menggencarkan pencegahan penyakit anjing gila di Tanah Air. Salah satunya dengan melibatkan komunitas pencinta hewan baik di tingkat nasional atau daerah.
Adapun sejauh ini sudah ada dua kabupaten yang menyatakan kejadian luar biasa (KLB) rabies yaitu Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur, dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Hingga saat ini rata-rata per tahun kasus gigitan rabies sebanyak 82.634 kasus serta yang sudah divaksin anti rabies hampir 57 ribu anjing liar.
“Vaksinasi rabies pada populasi anjing dan kucing minimal 70 persen dicapai di Indonesia, di mana saat ini baru 40 persen. Selain itu untuk pencegahan, hewan seperti anjing dan kucing harus dipelihara dan jangan sampai ada hewan pembawa rabies berkeliaran,” ujar Syahril.
Baca juga: Bawa Anabul Sakit ke Dokter Hewan, Jangan Lupa Minta 3 Jenis Vaksin Wajib Ini
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Dalam video berdurasi pendek yang dibagikan oleh akun TikTok Kadek Susiani itu, bocah tersebut juga sudah memasuki tahap gejala hydrophobia atau takut pada air. Hydrophobia adalah semacam rasa yang menyakitkan di tenggorokan saat pengidap rabies minum atau sekadar berpikir untuk minum air.
Menurut data Kementrian Kesehatan (Kemenkes) terdapat lebih 31 ribu kasus terkait dengan penularan rabies yang disebabkan oleh gigitan anjing. Bahkan, sepanjang Januari-April 2023 sudah ditemukan 11 kasus kematian akibat seseorang terinfeksi penyakit zoonosis itu.
Baca juga: Awas, Zoonosis Kini Jadi Biang Keladi Penyakit Infeksi Utama
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dr. Imran Pambudi mengatakan penyakit rabies merupakan tantangan besar di Indonesia. Pasalnya, dalam tiga tahun terakhir kasus gigitan hewan rabies tiap tahunnya lebih dari 80 ribu kasus dengan tingkat kematiannya rata-rata lebih dari 68 orang.
“Sekitar 95 persen kasus rabies pada manusia didapatkan lewat gigitan anjing yang terinfeksi. Ada juga beragam hewan liar yang bertindak sebagai reservoir virus di berbagai benua seperti rubah, rakun, dan kelelawar, tapi sebagian besar karena gigitan anjing," papar Imran Pambudi.
Penyebab & Gejala Rabies
Melansir laman Kemenkes, penyakit rabies adalah jenis penyakit infeksi yang disebabkan oleh gigitan, cakaran, hingga air liur binatang yang terinfeksi lyssa virus. Adapun gejala awal yang diderita pengidap saat tertular virus ini adalah perasaan lemas, insomnia, peka terhadap sinar, suara, dan angin, hingga kesulitan untuk menelan air.
Adapun, pertolongan pertama jika seseorang digigit hewan penular rabies maka harus secepatnya mencuci luka gigitan dengan sabun atau detergen pada air mengalir selama 15 menit, kemudian memberi antiseptik dan sejenisnya untuk mencegah virus berkembang.
Kemudian, langkah selanjutnya dengan membawa pasien ke Puskesmas atau rumah sakit untuk dilakukan kembali pencucian luka. Dari sinilah mereka nantinya juga akan dan mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR) sesuai dengan indikasi yang terjadi terhadap pengidap.
Dokter Imran mengatakan, sebagian besar kematian akibat rabies disebabkan karena pasien terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan. Oleh karena itu dia pun mengimbau meski hanya mendapat gigitan kecil dan tidak berdarah harus segera mungkin dibawa ke faskes terdekat.
"Rata-rata pasien baru panik pergi ke Faskes setelah tahu anjing yang menggigitnya itu mati. Jadi yang harus dilakukan jika digigit anjing yang pertama adalah harus segera mungkin pergi ke Faskes untuk dilakukan uji luka,” tutur dokter Imran.
Cara Pencegahan Rabies
Sementara itu, Juru Bicara Kemenkes dr. Mohammad Syahril mengatakan sejauh ini pemerintah juga terus menggencarkan pencegahan penyakit anjing gila di Tanah Air. Salah satunya dengan melibatkan komunitas pencinta hewan baik di tingkat nasional atau daerah.Adapun sejauh ini sudah ada dua kabupaten yang menyatakan kejadian luar biasa (KLB) rabies yaitu Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur, dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Hingga saat ini rata-rata per tahun kasus gigitan rabies sebanyak 82.634 kasus serta yang sudah divaksin anti rabies hampir 57 ribu anjing liar.
“Vaksinasi rabies pada populasi anjing dan kucing minimal 70 persen dicapai di Indonesia, di mana saat ini baru 40 persen. Selain itu untuk pencegahan, hewan seperti anjing dan kucing harus dipelihara dan jangan sampai ada hewan pembawa rabies berkeliaran,” ujar Syahril.
Baca juga: Bawa Anabul Sakit ke Dokter Hewan, Jangan Lupa Minta 3 Jenis Vaksin Wajib Ini
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.