Pertunjukan tari Budi Bermain Boal di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. (Sumber gambar: Komunitas Salihara)

Koreografer Megatruh Kritik soal Sistem Pendidikan dalam Pertunjukan Budi Bermain Boal

18 June 2023   |   18:00 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Like
Sebagai sebuah pertunjukan, tari bukan hanya menyajikan hiburan bagi penonton tetapi juga menjadi wadah menyampaikan kritik bagi seniman. Hal itu pula lah yang dilakukan koreografer asal Yogyakarta Megatruh Banyu Mili dalam pertunjukan Budi Bermain Boal yang menjadi bagian dari program Helatari 2023 dari Komunitas Salihara.

Mengangkat tentang pendidikan sebagai isu utama, koreografi dalam pertunjukan Budi Bermain Boal menampilkan tiga penari yakni Megatruh, Putri, dan Widi yang mengenakan seragam Sekolah Dasar yang identik dengan putih-merah.

Baca juga: Salihara Siap Gelar Helatari 2023, Cek 5 Jadwal & Sinopsis Pertunjukannya

Dalam pertunjukannya, mereka memanfaatkan berbagai atribut yang lazim ditemukan dalam lingkungan sekolah seperti kursi, buku gambar, sepatu, dan kertas, serta pensil. Tarian yang mereka lakukan itu seolah mengajak penonton untuk mengenang kembali bagaimana sekolah membentuk kepribadian murid-muridnya melalui peraturan-peraturan yang diseragamkan dan diwujudkan dalam koreografi dengan aksi teatrikal.

Tidak hanya menampilkan tarian, interaksi dengan penonton juga ditunjukkan dalam pentas tari ini. Para penonton diajak melakukan koreo sederhana dan menyenangkan yang dipandu oleh Widi dan Putri sebagai penari.

Sementara itu, Megatruh berorasi sekaligus membagikan sebuah lembar jawaban yang mengajak penonton untuk mengisi kisah-kisah mereka terkait peraturan-peraturan di lingkungan pendidikan yang pernah penonton alami semasa di bangku sekolah.
 

Pertunjukan tari Budi Bermain Boal di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. (Sumber gambar: Komunitas Salihara)

Pertunjukan tari Budi Bermain Boal di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. (Sumber gambar: Komunitas Salihara)

Megatruh menilai sistem pendidikan yang dia alami selama ini menerapkan peraturan absolut tanpa mempertimbangkan daya kreatif dan tujuan dari proses belajar mengajar. Dalam mencari inspirasi atas tarian ini, Megatruh mengumpulkan berbagai pengalaman orang yang digabung dengan pengalaman pribadinya.

Selain itu, dia juga menelaah karya-karya dari Augusto Boal sebagai tokoh teater yang dia gunakan namanya untuk pertunjukan ini. Menurutnya, dalam karya-karyanya, Augusto Boal selalu memberikan sudut pandang yang berbeda atas sebuah sistem yang ada untuk menyuarakan aspirasi-aspirasi orang-orang di sekitarnya yang tertahan.

"Inspirasi karya ini adalah karya-karya dari Augusto Boal sebagai pemrakarsa teater kaum tertindas. Teater dia upayakan sebagai media untuk bersuara para kaum-kaum yang selama ini tertindas oleh peran-peran penguasa," katanya.

Megatruh juga menjelaskan bahwa judul dalam pertunjukan ini diambil dari dua penanda peristiwa dalam pendidikan melalui sudut pandang yang berbeda. Premis karya ini adalah bagaimana sebuah idiom–sebagai bagian dari metode pendidikan–tanpa disadari memengaruhi pandangan dan perilaku sehari-hari.

Premis ini kemudian diuraikan melalui kerja interdisiplin yang mengekstraksi tubuh (tari) dengan pendekatan teater ala Augusto Boal, sehingga memberi dimensi lain pada karya.
 

Pertunjukan tari Budi Bermain Boal di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. (Sumber gambar: Komunitas Salihara)

Pertunjukan tari Budi Bermain Boal di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. (Sumber gambar: Komunitas Salihara)

Pesan dari pertunjukan Budi Bermain Boal relevan dengan pengalaman pendidikan  yang dialami oleh para penonton termasuk aktris Asmara Abigail. Menurutnya, tema atau wacana yang diangkat di pertunjukan ini relevan oleh seluruh anak Indonesia terutama mengenai trauma-trauma yang terjadi dari masa TK hingga SMA terkait peraturan sekolah,

“Jujur lumayan merinding karena ini kayak trauma-trauma masa kecil dari TK sampai SMA dan aku rasa seluruh anak Indonesia bisa relate dengan karya ini. Semoga setelah Budi Bermain Boal, kita bisa mengucapkan selamat tinggal kepada Budi," katanya.

Untuk diketahui, sejak 2018, Megatruh telah mendalami tentang berbagai kasus dalam pola pendidikan. Menurutnya, hampir semua ruang pendidikan, mulai dari pendidikan formal hingga keluarga memiliki kasus yang sama, yaitu adanya sosok penguasa yang melakukan penyeragaman atau yang dalam konteks karya ini akan disebut sebagai pem-budi-an. 

"Pendidikan dijadikan permainan bagi yang berkuasa seperti layaknya sebuah bola. Budi bermain bola," katanya.

Sebagai tambahan informasi, Megatruh Banyu Mili adalah adalah penari dan koreografer asal Yogyakarta. Megatruh mulai aktif terlibat dalam dunia seni pertunjukan pada 2010 bersama Bengkel Mime Theatre dan Teater Garasi/Garasi Performance Institute.

Sejak 2018, Megatruh berfokus menciptakan karya yang berangkat dari isu tentang pendidikan, baik dalam pendidikan formal maupun di lingkungan dan keluarga. Karya-karyanya yang telah dipentaskan antara lain Space of Silence (2018), Aku Siapa (2019), Nama Saya Budi (2020), Ini Budi (2020), Ini Bapak Budi (2021) dan Budi Bermain Bola (2022).

Pada 2021, bersama Banyu Mili Art Performance, Megatruh membuat platform bertajuk Ruang Menari: Festival Virtual Gerak dan Tari untuk koreografer muda mempresentasikan karya film tari.

Baca juga: 5 Pertunjukan Spesial Bakal Dipentaskan di Salihara Helateater 2023

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Hampir 90 Kg Jejak Emisi Karbon Terpotong di Agenda Citi Global Community Day 2023

BERIKUTNYA

Pelari Kenya Borong Podium Marathon Open di Mandiri Jogmar 2023

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: