Mengenal Satria-1, Satelit Multifungsi Terbesar di Asia untuk Internet Cepat Indonesia
17 June 2023 |
14:30 WIB
Satelit Republik Indonesia alias Satelit Multifungsi Indonesia Raya 1 (Satria-1) segera mengorbit. Satelit akan diluncurkan di Cape Canaveral Space Force Station, Orlando, Florida, Amerika Serikat pada Minggu (18/6/2023) waktu setempat atau Senin (19/6/2023) waktu Indonesia Barat, menggunakan roket Falcon 9 SpaceX.
Satria-1 akan menjadi salah satu satelit terbesar se-Asia. Satelit ini bakal meluncur pada orbit 106 Bujur Timur dan aktif beroperasi mulai triwulan keempat tahun ini. Diharapkan peluncuran satelit itu dapat menjembatani kebutuhan internet masyarakat Indonesia, khususnya di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).
Baca juga: Satria-1 Segera Mengorbit, Begini Cara Kerja Internet Berbasis Satelit
Dilansir dari laman Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Satria-1 merupakan satelit multifungsi pertama yang diinisiasi oleh Kominfo dan masuk ke dalam daftar Proyek Strategis Nasional pada 2018. Tujuan dari proyek ini adalah untuk mendukung pemerintahan digital.
Setelah melakukan serangkaian proses pelelangan, kemudian dibentuklah Badan Usaha Pelaksana (BUP) bernama PT Satelit Nusantara Tiga (SNT). Adapun BUP terdiri atas beberapa perusahaan pemenang tender, yaitu Pasifik Satelit Nusantara, PINTAR Broadband, Nusantara Satelit Sejahtera, dan Dian Semesta Sentosa.
Estimasi anggaran Satria-1 untuk 15 tahun perancangan, pengoperasian, hingga pemeliharaan, yakni sekitar Rp21,4 triliun. Sementara itu, nilai kontrak kerjasama konstruksi antara SNT dengan perusahaan asal Perancis, Thales Alenia Space (TAS) pada 2020 sebesar US$550 juta atau sekitar Rp8 triliun.
Diketahui, TAS sebelumnya juga pernah menggarap satelit Nusantara II milik Pasifik Satelit Nusantara serta Palapa D yang dioperasikan oleh Indosat. Sementara itu, Satria-1 nantinya akan digunakan untuk basis pendukung infrastruktur dunia digital yang kian masif, termasuk perluasan akses internet ke penjuru Tanah Air.
Melansir Kemenkominfo, nantinya akan terdapat titik-titik layanan publik yang terdiri atas sarana pendidikan, pemerintah daerah, administrasi pertahanan keamanan, dan fasilitas kesehatan di seluruh wilayah Indonesia yang akan dilayani oleh satelit ini. Kondisi geografis Indonesia yang cukup menantang dalam penyediaan jaringan terestrial juga diharap dapat terpecahkan melalui satelit Satria-1.
Satria-1 didesain khusus untuk mempercepat jaringan internet di Tanah Air, salah satunya dengan teknologi Very High Throughput Satellite (VHTS) serta frekuensi Ka-Band dengan kapasitas internet 150 giga byte per detik. Satelit ini memiliki tinggi sekitar 6,5 meter dan bobot sekitar 4,5 ton.
Setelah diluncurkan, nantinya Satria-1 akan menjadi satelit multifungsi pertama yang menyediakan konektivitas ke sekitar 150.000 titik layanan publik di seluruh Nusantara. Kapasitas yang besar ini memang diperuntukkan guna mengatasi kesenjangan digital di wilayah-wilayah 3T.
Adapun, cakupannya akan meliputi 93.900 titik sekolah dan pesantren untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan ujian berbasis komputer, 47.900 titik kantor desa/kelurahan, kecamatan, dan pemerintah daerah lainnya, 3.700 titik puskesmas dan rumah sakit, serta 3.900 titik layanan keamanan.
Namun, agar internet berbasis satelit bisa sampai ke tangan penggunanya, tidak bisa hanya mengandalkan alat di luar angkasa saja, perlu stasiun yang ada di Bumi sebagai ‘terminal’ akses. Oleh karena itu Kemenkominfo juga membangun infrastruktur stasiun bumi di berbagai wilayah di Tanah Air.
Setidaknya terdapat tiga jenis Stasiun Bumi Satria-1 yang disiapkan oleh Kemenkominfo. Pertama yaitu Pengendali Satelit Primer yang berfungsi sebagai pusat kendali alur pergerakan satelit dan mengontrol proses penerimaan sinyal.
Kedua, Network Operation Control (NOC) dengan fungsi mengawasi, mengendalikan, serta mencatat segala aktivitas jaringan untuk memastikannya berjalan sesuai standar dan rencana yang telah ditentukan. Ketiga, adalah Gateway Satellite, semacam port atau hub yang berfungsi untuk mengirimkan data dua arah antara satelit dan local area network yang ada di seluruh Indonesia.
Selain Cikarang, Kominfo juga telah membangun sepuluh lokasi Stasiun Bumi lainnya. Yaitu berada di Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika, dan Jayapura.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Satria-1 akan menjadi salah satu satelit terbesar se-Asia. Satelit ini bakal meluncur pada orbit 106 Bujur Timur dan aktif beroperasi mulai triwulan keempat tahun ini. Diharapkan peluncuran satelit itu dapat menjembatani kebutuhan internet masyarakat Indonesia, khususnya di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).
Baca juga: Satria-1 Segera Mengorbit, Begini Cara Kerja Internet Berbasis Satelit
Perjalanan Awal Satria-1
Dilansir dari laman Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Satria-1 merupakan satelit multifungsi pertama yang diinisiasi oleh Kominfo dan masuk ke dalam daftar Proyek Strategis Nasional pada 2018. Tujuan dari proyek ini adalah untuk mendukung pemerintahan digital.Setelah melakukan serangkaian proses pelelangan, kemudian dibentuklah Badan Usaha Pelaksana (BUP) bernama PT Satelit Nusantara Tiga (SNT). Adapun BUP terdiri atas beberapa perusahaan pemenang tender, yaitu Pasifik Satelit Nusantara, PINTAR Broadband, Nusantara Satelit Sejahtera, dan Dian Semesta Sentosa.
Estimasi anggaran Satria-1 untuk 15 tahun perancangan, pengoperasian, hingga pemeliharaan, yakni sekitar Rp21,4 triliun. Sementara itu, nilai kontrak kerjasama konstruksi antara SNT dengan perusahaan asal Perancis, Thales Alenia Space (TAS) pada 2020 sebesar US$550 juta atau sekitar Rp8 triliun.
Diketahui, TAS sebelumnya juga pernah menggarap satelit Nusantara II milik Pasifik Satelit Nusantara serta Palapa D yang dioperasikan oleh Indosat. Sementara itu, Satria-1 nantinya akan digunakan untuk basis pendukung infrastruktur dunia digital yang kian masif, termasuk perluasan akses internet ke penjuru Tanah Air.
Melansir Kemenkominfo, nantinya akan terdapat titik-titik layanan publik yang terdiri atas sarana pendidikan, pemerintah daerah, administrasi pertahanan keamanan, dan fasilitas kesehatan di seluruh wilayah Indonesia yang akan dilayani oleh satelit ini. Kondisi geografis Indonesia yang cukup menantang dalam penyediaan jaringan terestrial juga diharap dapat terpecahkan melalui satelit Satria-1.
Cakupan & Kapasitas Satria-1
Satelit Satria-1 (Sumber gambar: Kemenkominfo)
Setelah diluncurkan, nantinya Satria-1 akan menjadi satelit multifungsi pertama yang menyediakan konektivitas ke sekitar 150.000 titik layanan publik di seluruh Nusantara. Kapasitas yang besar ini memang diperuntukkan guna mengatasi kesenjangan digital di wilayah-wilayah 3T.
Adapun, cakupannya akan meliputi 93.900 titik sekolah dan pesantren untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan ujian berbasis komputer, 47.900 titik kantor desa/kelurahan, kecamatan, dan pemerintah daerah lainnya, 3.700 titik puskesmas dan rumah sakit, serta 3.900 titik layanan keamanan.
Namun, agar internet berbasis satelit bisa sampai ke tangan penggunanya, tidak bisa hanya mengandalkan alat di luar angkasa saja, perlu stasiun yang ada di Bumi sebagai ‘terminal’ akses. Oleh karena itu Kemenkominfo juga membangun infrastruktur stasiun bumi di berbagai wilayah di Tanah Air.
Gunakan 11 Stasiun Bumi
Sementara proses fabrikasi Satria-1 dilakukan di Perancis, sejak beberapa tahun silam kementerian juga sudah memulai pembangunan Stasiun Bumi beberapa wilayah Indonesia. Salah satunya dengan pembuatan stasiun di Cikarang, Jawa Barat pada 2018 sebagai jembatan angkasa telekomunikasi super cepat jaringan internet di 3T.Setidaknya terdapat tiga jenis Stasiun Bumi Satria-1 yang disiapkan oleh Kemenkominfo. Pertama yaitu Pengendali Satelit Primer yang berfungsi sebagai pusat kendali alur pergerakan satelit dan mengontrol proses penerimaan sinyal.
Kedua, Network Operation Control (NOC) dengan fungsi mengawasi, mengendalikan, serta mencatat segala aktivitas jaringan untuk memastikannya berjalan sesuai standar dan rencana yang telah ditentukan. Ketiga, adalah Gateway Satellite, semacam port atau hub yang berfungsi untuk mengirimkan data dua arah antara satelit dan local area network yang ada di seluruh Indonesia.
Selain Cikarang, Kominfo juga telah membangun sepuluh lokasi Stasiun Bumi lainnya. Yaitu berada di Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika, dan Jayapura.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.