Simak Komentar Reviewer tentang Game Troublemaker yang Lagi Hype
12 June 2023 |
17:49 WIB
Troublemaker menjadi salah satu game lokal yang sudah banyak dibicarakan bahkan sebelum tanggal perilisannya. Antusiasme terhadap permainan elektronik yang diracik Gamecom Team ini terbilang tinggi. Kini, yang pada awalnya bernama Parakacuk ini sudah bisa dinikmati dan diunduh lewat Steam.
Game Parakacuk menawarkan genre action-adventure dengan unsur beat’em up. Mengambil setting anak sekolahan, Troublemaker sekilas akan mengingatkan para gamer dengan gim Bully milik Rockstar pada awalnya. Meski kemudian saat perilisannya, gim ini rupanya berbeda.
Plot cerita di gim Troublemaker sebenarnya cukup sederhana. Gamer akan memainkan peran seorang anak sekolah bernama Budi. Dia sering terlibat perkelahian dan akan bertarung di turnamen tahunan sekolah bernama Raise Your Gang.
Baca juga: Review Game Hello Goodboy, Kisah Fantasi Afterlife dengan Audio & Visual Ciamik
Menurut reviewer video game Pladidus Santoso, secara konsep Troublemaker sebenarnya membawa hal yang menarik lantaran hadir sebagai gim dengan genre Action 3D yang bisa dibilang jarang di Indonesia.
Terlebih, sejak namanya masih Parakacuk, Troublemaker berhasil membangun identitas unik soal perkelahian antarpelajar yang kontennya juga tidak takut menggunakan kata-kata kasar secara eksplisit.
“Namun, sayangnya secara experience masih jauh dari kata sempurna. Walaupun kita bisa melihat ambisi tim developer, tetapi proyek ini jelas butuh lebih banyak tenaga ahli, dana, dan waktu untuk bisa benar-benar terwujud seperti apa yang menjadi visinya,” ungkap Pladidus.
Menurut dia, meracik gim Action 3D memang tidak mudah. Butuh banyak elemen untuk bisa mewujudkannya menjadi sesuatu yang menarik dan bukan hanya sekadar visi besar saja. Namun, setelah sempat memundurkan tanggal perilisan, gim ini patut diapresiasi karena bisa tetap merangkainya menjadi produk komersial yang bisa dinikmati.
Kredit untuk gim ini juga patut diberikan pada elemen cerita bergaya komik 2D yang menarik perhatiannya. Cara developer menyajikan hal ini bahkan membuatnya layak untuk melebarkan sayap produk baru, seperti membuat komik Troublemaker secara terpisah.
Kemudian, soundtrack yang dipakai di gim ini juga mengesankan. Hal ini makin menambah atmosfer yang sedang dibangun dari perjalanan anak-anak sekolah di gim Troublemaker.
Namun, tetap saja, Pladidus menilai gim ini memiliki kelemahan yang cukup dominan. Visal 3D yang dibawa tidak mewakili visual 2D di sisi cerita. Gap ini dirasa cukup mengganggunya. Selain itu, gaya bertarungnya masih cukup kaku dan repetitif.
Penggunaan bahasa kasar, yang tadinya dianggap cukup berani dilakukan developer Indonesia, kini justru terasa dipaksakan muncul dan kerap ada di momen yang kurang tepat. Kelemahan yang cukup besar juga ada di sisi cerita yang tidak masuk akal dan kurang kuat.
Dirinya membandingkannya dengan gim kelas AAA yang cukup sukses, seperti Yakuza. Keseruan yang ditawarkan di gim bertema serupa ini tidak hanya sensasi bertarungnya, tetapi juga animasi yang lebih mulus dan varian gaya bertarung yang beragam. “Tidak sedikit gim bertema serupa juga datang dengan cerita yang lebih oke dan musik fantastis,” imbuhnya.
Sementara itu, Pengamat Games dari Zilbest Yabes Elia mengatakan genre yang dibawa Troublemaker termasuk yang cukup menantang bagi developer. Apalagi Troublemaker memilih menggunakan grafis 3D.
Jadi, ada tantangan teknis, yang menurut Yabes, satu tingkat lebih tinggi dibanding gim perkelahian lain. Gim berjenis ini juga biasanya mengunggulkan narasi (plot, karakter, setting, dkk) yang menarik. Namun, logika cerita yang dibawa oleh Troublemaker justru terlihat kurang kuat.
Baca juga: Intip Keseruan Garuda Eleven Metaleague, Game Football Manager Lokal Adaptasi Komik Populer
Di sisi lain, faktor hype besar yang diterima gim besutan developer lokal juga sedikit banyak membentuk ekspektasi yang tinggi dari para gamer. Hal ini secara tidak langsung membuat gim Troublemaker seolah dituntut sempurna dan sesuai bayangan awal. Saat ini gim Troublemaker sudah ada di beberapa platform gim, seperti Steam, Epic Games Store, dan GOG.
Editor: Fajar Sidik
Game Parakacuk menawarkan genre action-adventure dengan unsur beat’em up. Mengambil setting anak sekolahan, Troublemaker sekilas akan mengingatkan para gamer dengan gim Bully milik Rockstar pada awalnya. Meski kemudian saat perilisannya, gim ini rupanya berbeda.
Plot cerita di gim Troublemaker sebenarnya cukup sederhana. Gamer akan memainkan peran seorang anak sekolah bernama Budi. Dia sering terlibat perkelahian dan akan bertarung di turnamen tahunan sekolah bernama Raise Your Gang.
Baca juga: Review Game Hello Goodboy, Kisah Fantasi Afterlife dengan Audio & Visual Ciamik
Menurut reviewer video game Pladidus Santoso, secara konsep Troublemaker sebenarnya membawa hal yang menarik lantaran hadir sebagai gim dengan genre Action 3D yang bisa dibilang jarang di Indonesia.
Terlebih, sejak namanya masih Parakacuk, Troublemaker berhasil membangun identitas unik soal perkelahian antarpelajar yang kontennya juga tidak takut menggunakan kata-kata kasar secara eksplisit.
“Namun, sayangnya secara experience masih jauh dari kata sempurna. Walaupun kita bisa melihat ambisi tim developer, tetapi proyek ini jelas butuh lebih banyak tenaga ahli, dana, dan waktu untuk bisa benar-benar terwujud seperti apa yang menjadi visinya,” ungkap Pladidus.
Menurut dia, meracik gim Action 3D memang tidak mudah. Butuh banyak elemen untuk bisa mewujudkannya menjadi sesuatu yang menarik dan bukan hanya sekadar visi besar saja. Namun, setelah sempat memundurkan tanggal perilisan, gim ini patut diapresiasi karena bisa tetap merangkainya menjadi produk komersial yang bisa dinikmati.
Kredit untuk gim ini juga patut diberikan pada elemen cerita bergaya komik 2D yang menarik perhatiannya. Cara developer menyajikan hal ini bahkan membuatnya layak untuk melebarkan sayap produk baru, seperti membuat komik Troublemaker secara terpisah.
Kemudian, soundtrack yang dipakai di gim ini juga mengesankan. Hal ini makin menambah atmosfer yang sedang dibangun dari perjalanan anak-anak sekolah di gim Troublemaker.
Namun, tetap saja, Pladidus menilai gim ini memiliki kelemahan yang cukup dominan. Visal 3D yang dibawa tidak mewakili visual 2D di sisi cerita. Gap ini dirasa cukup mengganggunya. Selain itu, gaya bertarungnya masih cukup kaku dan repetitif.
Penggunaan bahasa kasar, yang tadinya dianggap cukup berani dilakukan developer Indonesia, kini justru terasa dipaksakan muncul dan kerap ada di momen yang kurang tepat. Kelemahan yang cukup besar juga ada di sisi cerita yang tidak masuk akal dan kurang kuat.
Dirinya membandingkannya dengan gim kelas AAA yang cukup sukses, seperti Yakuza. Keseruan yang ditawarkan di gim bertema serupa ini tidak hanya sensasi bertarungnya, tetapi juga animasi yang lebih mulus dan varian gaya bertarung yang beragam. “Tidak sedikit gim bertema serupa juga datang dengan cerita yang lebih oke dan musik fantastis,” imbuhnya.
Sementara itu, Pengamat Games dari Zilbest Yabes Elia mengatakan genre yang dibawa Troublemaker termasuk yang cukup menantang bagi developer. Apalagi Troublemaker memilih menggunakan grafis 3D.
Jadi, ada tantangan teknis, yang menurut Yabes, satu tingkat lebih tinggi dibanding gim perkelahian lain. Gim berjenis ini juga biasanya mengunggulkan narasi (plot, karakter, setting, dkk) yang menarik. Namun, logika cerita yang dibawa oleh Troublemaker justru terlihat kurang kuat.
Baca juga: Intip Keseruan Garuda Eleven Metaleague, Game Football Manager Lokal Adaptasi Komik Populer
Di sisi lain, faktor hype besar yang diterima gim besutan developer lokal juga sedikit banyak membentuk ekspektasi yang tinggi dari para gamer. Hal ini secara tidak langsung membuat gim Troublemaker seolah dituntut sempurna dan sesuai bayangan awal. Saat ini gim Troublemaker sudah ada di beberapa platform gim, seperti Steam, Epic Games Store, dan GOG.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.