Industri Game Lokal Makin Maju, Begini Proses Mengembangkan Permainan yang Menarik
21 March 2023 |
21:52 WIB
Industri gim lokal semakin berprogres dan kompetitif. Hal ini tak lepas dari tren dan inovasi yang dicetuskan para pengembang gim untuk menciptakan pengalaman bermain yang kian imersif dan interaktif. Indonesia sendiri punya sejmlah judul gim yang populer dan mendunia.
Berdasarkan laporan Peta Ekosistem Industri Gim Indonesia, diketahui Indonesia memiliki pasar video gim yang besar, yakni senilai 1 Miliar dolar AS atau sekitar Rp14,3 triliun, dengan jumlah pemain gim di atas 170 juta orang. Gim komputer (PC) yang menargetkan pasar global adalah sumber pendapatan terbesar untuk studio gim Indonesia.
Jumlah pemain gim PC pada 2021 sebanyak 53,4 Juta, diperkirakan akan meningkat pada 2025 sebesar 58,3 Juta. Adapun pendapatan dari gim PC pada 2021 sebesar 318,8 Juta Dolar AS dan diprediksi akan meningkat pada 2025 yakni sebesar 426 Juta Dolar AS.
Baca juga: Game Lokal Troublemaker Siap Rilis Akhir Maret 2023
Indonesia memiliki sejumlah judul gim PC dan console dari beragam genre yang dirancang oleh para developer besar. Namun, banyaknya pilihan gim yang menarik dari pengembang internasional, membuat persaingannya pun semakin sengit.
Salah satu pengembang gim lokal yang berbasis di Bandung, yakni Digital Happiness (PT Digital Semantika Indonesia), sukses menciptakan gim horror DreadOut sehingga dikenal luas oleh para gamers di tingkat global. DreadOut menjadi video gim horor Indonesia pertama yang melampaui 1 juta unduhan di semua platform.
Rachmad Imron CEO Digital Happines memaparkan bajwa gim PC dan Console sendiri memiliki banyak keunggulan dari platform gim lainnya. Meskipun tidak praktis seperti gim mobile, namun jenis gim ini selalu punya tempat tersendiri di hati para gamers.
“Untuk gamers yang ingin benar-benar merasakan pengalaman bermain gim dengan imersif itu pilihannya ada di pc dan console,” ujarnya dalam wawancara bersama Hypeabis.id.
Rachmad memaparkan, melalui layar yang lebih besar, controller yang lebih imersif, dan suara yang lebih jernih akan membuat para gamers merasakan pegalaman bermain yang sesungguhnya di platform PC dan console. Rachmad sendiri memaparkan seperti apa proses untuk mengembangkan sebuah gim.
“Biasanya kami lakukan prototyping lalu dikurasi secara internal, selanjutnya masuk ke tahap demo dan kita bikin mock up, apabila sudah dinilai menarik lalu kita cari validasinya,” ujar Rachmad.
Selanjutnya akan dilihat dari marketnya, jenis gim tersebut bagaimana animonya di masyarakat. Apakah akan diterima dengan baik atau tidak. Selebihnya terkait budgeting, kira-kira berapa dana yang diperlukan dan berapa lama waktu pengerjaannya.
“Dilihat dari scope game-nya sendiri, misalnya ada berapa level atau apakah itu game-nya itu single player atau multi player, lalu produknya apakah mau 3D atau 2D, itu akan berpengaruh ke budget juga,” kata Rachmad.
Dia memaparkan, kemudian harus dipikirkan juga apakah mau pakai publisher atau publish sendiri. Sejauh ini untuk platform PC, Digital Happines mem-publish secara mandiri, tapi untuk console, Playstation, dan Xbox menggunakan publisher dari US dan singapura.
Terkait skema pendanaannya, developer akan menunjukan demo gim yang sedang dikembangkan ke beberapa publisher atau investor. Kalau dinilai menarik, mereka akan membantu financing-nya dengan memberikan money guarantee.
“Money guarantee itu adalah cost untuk menyelesaikan proyeknya, misalnya diberikan di awal 100 dollar. Atau bisa juga secara bertahap, bisa 20, 30, atau 50 dollar,” ujar Rachmad.
Setelah publisher merilis gim, pengembang gim tidak akan mendapatkan royalty share sebelum money guarantee yang diberikan di awal tersebut kembali. Apabila sudah balik modal, maka royalty share-nya akan dibagi untuk pengembang dan publisher.
Didirikan sejak 2013, Digital Happines juga sempat merasakan berbagai tantangan saat menjadi pemain dalam industri gim lokal. Rachmad sendiri menuturkan bahwa tantangan mengembangkan gim PC dan console dilihat dari persaingannya dengan sesama developer, tak hanya lokal tapi global juga.
“Biasanya gamer PC dan console itu ingin sesuatu yang lebih imersif secara visual dan suara, tantangannya bagaimana kami mengembangkannya supaya bisa memberikan sesuatu yang beda dengan gim casual yang ada di mobile,” kata Rachmad.
Sementara untuk peluangnya, dia melihat dewasa ini lebih mudah untuk mengembangkan gim karena dukungan ekosistem industri yang cukup baik. Banyak engine yang terjangkau ataupun gratis untuk membantu para developer. Digital Happines sendiri saat ini sedang mengembangkan gim baru yang masih identik dengan tema horor andalannya.
“Kami sedang mengembangkan gim multiplayer berburu hantu bersama-sama, dengan pemain 4-5 orang dan masih fokus untuk platform PC dan console,” papar Rachmad.
Baca juga: Wajib Coba, Ini 5 Permainan Video Game Lokal yang Mendunia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Berdasarkan laporan Peta Ekosistem Industri Gim Indonesia, diketahui Indonesia memiliki pasar video gim yang besar, yakni senilai 1 Miliar dolar AS atau sekitar Rp14,3 triliun, dengan jumlah pemain gim di atas 170 juta orang. Gim komputer (PC) yang menargetkan pasar global adalah sumber pendapatan terbesar untuk studio gim Indonesia.
Jumlah pemain gim PC pada 2021 sebanyak 53,4 Juta, diperkirakan akan meningkat pada 2025 sebesar 58,3 Juta. Adapun pendapatan dari gim PC pada 2021 sebesar 318,8 Juta Dolar AS dan diprediksi akan meningkat pada 2025 yakni sebesar 426 Juta Dolar AS.
Baca juga: Game Lokal Troublemaker Siap Rilis Akhir Maret 2023
Indonesia memiliki sejumlah judul gim PC dan console dari beragam genre yang dirancang oleh para developer besar. Namun, banyaknya pilihan gim yang menarik dari pengembang internasional, membuat persaingannya pun semakin sengit.
Salah satu pengembang gim lokal yang berbasis di Bandung, yakni Digital Happiness (PT Digital Semantika Indonesia), sukses menciptakan gim horror DreadOut sehingga dikenal luas oleh para gamers di tingkat global. DreadOut menjadi video gim horor Indonesia pertama yang melampaui 1 juta unduhan di semua platform.
Rachmad Imron CEO Digital Happines memaparkan bajwa gim PC dan Console sendiri memiliki banyak keunggulan dari platform gim lainnya. Meskipun tidak praktis seperti gim mobile, namun jenis gim ini selalu punya tempat tersendiri di hati para gamers.
“Untuk gamers yang ingin benar-benar merasakan pengalaman bermain gim dengan imersif itu pilihannya ada di pc dan console,” ujarnya dalam wawancara bersama Hypeabis.id.
Gim Lokal DreadOut (Sumber Foto: Digital Happpines)
“Biasanya kami lakukan prototyping lalu dikurasi secara internal, selanjutnya masuk ke tahap demo dan kita bikin mock up, apabila sudah dinilai menarik lalu kita cari validasinya,” ujar Rachmad.
Selanjutnya akan dilihat dari marketnya, jenis gim tersebut bagaimana animonya di masyarakat. Apakah akan diterima dengan baik atau tidak. Selebihnya terkait budgeting, kira-kira berapa dana yang diperlukan dan berapa lama waktu pengerjaannya.
“Dilihat dari scope game-nya sendiri, misalnya ada berapa level atau apakah itu game-nya itu single player atau multi player, lalu produknya apakah mau 3D atau 2D, itu akan berpengaruh ke budget juga,” kata Rachmad.
Dia memaparkan, kemudian harus dipikirkan juga apakah mau pakai publisher atau publish sendiri. Sejauh ini untuk platform PC, Digital Happines mem-publish secara mandiri, tapi untuk console, Playstation, dan Xbox menggunakan publisher dari US dan singapura.
Terkait skema pendanaannya, developer akan menunjukan demo gim yang sedang dikembangkan ke beberapa publisher atau investor. Kalau dinilai menarik, mereka akan membantu financing-nya dengan memberikan money guarantee.
“Money guarantee itu adalah cost untuk menyelesaikan proyeknya, misalnya diberikan di awal 100 dollar. Atau bisa juga secara bertahap, bisa 20, 30, atau 50 dollar,” ujar Rachmad.
Setelah publisher merilis gim, pengembang gim tidak akan mendapatkan royalty share sebelum money guarantee yang diberikan di awal tersebut kembali. Apabila sudah balik modal, maka royalty share-nya akan dibagi untuk pengembang dan publisher.
Didirikan sejak 2013, Digital Happines juga sempat merasakan berbagai tantangan saat menjadi pemain dalam industri gim lokal. Rachmad sendiri menuturkan bahwa tantangan mengembangkan gim PC dan console dilihat dari persaingannya dengan sesama developer, tak hanya lokal tapi global juga.
“Biasanya gamer PC dan console itu ingin sesuatu yang lebih imersif secara visual dan suara, tantangannya bagaimana kami mengembangkannya supaya bisa memberikan sesuatu yang beda dengan gim casual yang ada di mobile,” kata Rachmad.
Sementara untuk peluangnya, dia melihat dewasa ini lebih mudah untuk mengembangkan gim karena dukungan ekosistem industri yang cukup baik. Banyak engine yang terjangkau ataupun gratis untuk membantu para developer. Digital Happines sendiri saat ini sedang mengembangkan gim baru yang masih identik dengan tema horor andalannya.
“Kami sedang mengembangkan gim multiplayer berburu hantu bersama-sama, dengan pemain 4-5 orang dan masih fokus untuk platform PC dan console,” papar Rachmad.
Baca juga: Wajib Coba, Ini 5 Permainan Video Game Lokal yang Mendunia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.