Pencitraan jantung. (Sumber gambar: Unsplash/Ali Hajiluyi)

CRT, Solusi Jitu Atasi Gagal Jantung

11 June 2023   |   06:36 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Like
Pengobatan gagal jantung di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir semakin mumpuni. Adanya teknologi seperti Cardiac Resynchronization Therapy (CRT) bisa menjadi solusi penyakit serius yang menjadi penyumbang beban biaya terbesar Badan Penyelanggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan itu.

Berdasarkan data dari BPJS, pembiayaan kesehatan pada penyakit jantung mencapai Rp7,7 triliun pada 2021. Ini membuat penyakit jantung seperti gagal jantung merupakan salah satu kasus kesehatan yang paling sering ditangani di Indonesia.

Konsultan Intervensi Jantung dan Aritmia Eka Hospital BSD dr. Simon salim menjelaskan, gagal jantung merupakan sindrom klinis yang menyebabkan jantung tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. Ketika tubuh kekurangan oksigen, akhirnya dapat menyebabkan beberapa gejala seperti sesak napas, lemas, hingga pembengkakan di area kaki akibat bendungan yang terjadi setelah kekuatan pompa jantung menurun.

Baca juga: 4 Pengobatan Gagal Jantung, Jangan Salah Pilih!

Pada tahap awal, gagal jantung bisa dikendalikan dengan mengonsumsi obat-obatan. Akan tetapi, jika gagal jantung telah diikuti dengan adanya gangguan hantaran listrik irama jantung, sudah waktunya butuh penanganan dan konsultasi dengan dokter. 

Pasalnya, sebanyak 30 persen kasus gagal jantung mengalami irama pada bilik atau ventrikel kanan dan ventrikel kiri. "Kontraksi kedua ventrikel tersebut tidak selaras dan kerja pompa jantung menjadi tidak efektif," ujarnya dikutip Hypeabis.id, Minggu (11/6/2023). 

Simon menyebut CRT atau terapi resinkronisasi jantung merupakan metode terbaru dalam mengatasi permasalahan bilik jantung yang tidak dapat berkontraksi dengan baik. Terapi tersebut digunakan untuk menurunkan risiko terkena gagal jantung. 

"Penggunaan CRT dilakukan untuk membantu meningkatkan irama jantung dan gejala yang terkait dengan aritmia," imbuhnya.

Dia menerangkan alat CRT dapat mensinkronkan detak dinding jantung supaya kerja lebih baik menggunakan alat bernama alat pacu jantung biventrikular. CRT bekerja dengan mengirimkan sinyal listrik ke kedua bilik bawah jantung (ventrikel kanan dan kiri), yang kemudian akan memicu ventrikel untuk berkontraksi dengan cara yang lebih terkoordinasi. Hal ini meningkatkan pemompaan darah keluar dari jantung.

Terapi resinkronisasi jantung biasanya digunakan kepada pasien yang memiliki gangguan irama jantung dan diduga berisiko untuk terkena gagal jantung. Ini karena ketika mengalami gagal jantung, otot-otot jantung akan melemah seiring waktu dan mungkin tidak dapat memompa cukup darah untuk menopang tubuh. 

"Jika semakin memburuk, ini dapat menyebabkan asupan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan tubuh semakin berkurang," jelasnya.

Sebelum menentukan apakah kamu membutuhkan CRT atau, dokter akan memeriksa riwayat kesehatan diikuti dengan pemeriksaan menyeluruh dengan cardiac imaging atau pencitraan jantung.

Dokter mungkin akan mempertimbangkan pemasangan CRT jika kamu menunjukan beberapa gejala seperti gejala gagal jantung sedang hingga berat, ruang pompa (ventrikel) jantung tidak bekerja dengan sinkron. 

Kemudian hasil tes menunjukkan jantung semakin melemah dan membesar. Selain itu, tidak adanya pengaruh yang terlihat dari obat-obatan dan perubahan gaya hidup dalam mengendalikan risiko gagal jantung.

Sebaiknya jika kalian merasakan ada suatu masalah pada jantung, seperti sering berdetak kencang atau nyeri dada tanpa sebab yang pasti, segera konsultasikan ke dokter jantung terdekat ya, Genhype.


Proses CRT 

Simon menjabarkan, sebelum operasi, dokter mungkin akan menginstruksikan terkait hal yang harus kamu lakukan dan hindari. Sebagai contoh tidak makan dan minum dan tidak mengonsumsi obat-obatan tertentu. Detail riwayat kesehatan serta obat-obatan sangat penting agar prosedur dapat berjalan dengan lancar.

Selama operasi, pasien akan berada dalam pengaruh obat suntik sehingga tubuh rileks dan terkantuk. Prosedur biasanya akan berjalan selama 30 - 90 menit tergantung dari respon dan kondisi tubuh pasien selama masa operasi.

Dokter akan memulai prosedur dengan memberikan sayatan kecil di dekat tulang selangka untuk menaruh selang kateter guna memasang alat CRT. Alat akan dimasukan ke dalam jantung melalui pembuluh darah dengan bantuan panduan dari mesin sinar-X.

Simon menyebut setelah pemasangan baterai selesai, dokter akan menguji alat dengan mengirimkan impuls listrik. Jika alat bekerja dengan baik, dokter akan melanjutkan dengan menempatkan alat pacu jantung CRT ke dalam tubuh pasien dan menghubungkannya dengan kateter yang sudah ditempatkan sebelumnya.

Setelah pemasangan alat CRT selesai, dokter akan menutup kembali luka dengan jahitan. Pasien kemudian akan dibawa ke ruangan pemulihan dan dipantau selama beberapa waktu.

Jika tidak ada komplikasi, maka pasien  diperbolehkan pulang dengan sejumlah catatan. Selama 6 minggu, pasien akan diminta untuk tidak melakukan kegiatan yang berat seperti mengangkat beban dan melakukan gerakan-gerakan mendadak seperti berlari. 

"Tujuannya, agar alat CRT dapat beradaptasi dengan tubuh terlebih dahulu setelah ditanamkan," terang Simon.

Selanjutnya, dokter akan meresepkan beberapa obat yang harus dikonsumsi secara rutin. Dokter juga akan membuat jadwal kunjungan rutin biasanya 6 bulan sekali untuk melihat kondisi serta kerja alat CRT tetap berfungsi dengan baik. 

Pasien juga akan dihimbau untuk menghindari tempat atau ruangan dengan medan magnet tinggi. Simon menyebut hal itu dapat mengganggu kerja alat CRT.

Baca juga: Kenali Risiko Gagal Jantung & Cara Pengobatannya

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Risiko Sedentary Lifestyle Mengintai Pekerja Kantoran, Begini Cara Menghindarinya

BERIKUTNYA

Hypereport: Value Tinggi di Balik Preloved Luxury Brand

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: