Risiko Sedentary Lifestyle Mengintai Pekerja Kantoran, Begini Cara Menghindarinya
11 June 2023 |
06:00 WIB
Gaya hidup yang kian modern, didukung berbagai kemudahan teknologi di segala aspek kehidupan telah memberikan banyak kemudahan. Sayangnya, hidup yang serba mudah ini mengakibatkan banyak orang cenderung mager dan jarang melakukan aktivitas fisik, yang dikenal dengan fenomena gaya hidup sedentari (sedentary living/lifestyle).
Gaya hidup sedentary, menurut Kemenkes, mengacu pada segala jenis aktivitas di luar waktu tidur dengan karakteristik keluaran kalori sangat sedikit. Berdasarkan durasi waktu, gaya hidup ini terbagi atas level rendah dalam durasi kurang dari 2 jam, level menengah dalam durasi 2-5 jam, dan level tinggi dalam durasi di atas 5 jam.
Baca juga: Hypereport: Intaian Gula dalam Gaya Hidup, Makanan & Minuman Viral
Gaya hidup sedentary kerap terjadi di kalangan pekerja kantoran yang nyaris setiap harinya lebih banyak duduk dalam ruangan selama 8 sampai 10 jam per hari. Mereka umumnya hanya melakukan aktivitas yang monoton, lebih banyak berada di depan komputer dan sesekali meeting di ruangan rapat.
Saat makan siang, mereka tetap di ruangan sehingga jarang mengeluarkan banyak tenaga dan kurang berjalan kaki. Ngemil dan ngopi atau minuman kekinian sering juga jadi pelengkap saat bekerja. Kebiasaan-kebiasaan ini tentunya berisiko masuk dalam sedentary level tinggi.
Dia menyarankan para pekerja bisa menggunakan sisa waktu makan siang untuk melakukan aktivitas ringan, seperti berjalan kaki. Lalu pada saat bekerja, hindari posisi duduk yang dapat menyebabkan sakit punggung dan leher.
"Dalam kondisi ideal saat duduk, usahakan postur tubuh dalam keadaan tegak. Posisi kaki juga penting diperhatikan, biasakan kaki selalu ada di lantai sehingga peredaran aliran darah lebih lancar," katanya dalam siaran pers, Sabtu (10/6/2023).
Fridolin juga menyarankan para pekerja untuk melakukan peregangan tubuh sekitar 5-10 menit di sela-sela waktu kerja. Sangat baik jika setidaknya 3-4 kali seminggu berolahraga selama 30-40 menit agar tubuh tetap bugar.
Menurutnya, ada risiko kesehatan yang berpotensi timbul dari gaya hidup sedentary, seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung yang berbahaya bagi tubuh. Selain menyarankan untuk melakukan aktivitas fisik, disarankan juga agar para pekerja kantoran melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mencegah penyakit sedari dini.
Pemeriksaan kesehatan yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan hipertensi untuk mencegah stroke, pemeriksaan pap smear untuk mencegah kanker serviks, dan medical check up (MCU) sebagai pemeriksaan menyeluruh untuk mengetahui potensi penyakit kritis pada tubuh.
"Pemeriksaan dini, merupakan langkah preventif karena ada beberapa penyakit kritis dapat dideteksi pada stadium awal. Dengan demikian masih ada kesempatan harapan hidup yang lebih tinggi," terangnya.
Solusi lainnya dari potensi terjadinya penyakit kritis akibat gaya hidup sedentary, perlu juga memiliki asuransi kesehatan dan asuransi penyakit sebagai jaring pengaman finansial. Hal ini penting agar saat terkena risiko sakit, kondisi keuangan tetap terjaga karena perusahaan asuransi yang akan menanggung biaya pengobatan sesuai manfaat polis yang dimiliki oleh nasabah.
Baca juga: Temuan Terbaru: Bukan Cuma Gaya Hidup Tak Sehat, Migrain Juga Dipengaruhi Faktor Ini
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Gaya hidup sedentary, menurut Kemenkes, mengacu pada segala jenis aktivitas di luar waktu tidur dengan karakteristik keluaran kalori sangat sedikit. Berdasarkan durasi waktu, gaya hidup ini terbagi atas level rendah dalam durasi kurang dari 2 jam, level menengah dalam durasi 2-5 jam, dan level tinggi dalam durasi di atas 5 jam.
Baca juga: Hypereport: Intaian Gula dalam Gaya Hidup, Makanan & Minuman Viral
Gaya hidup sedentary kerap terjadi di kalangan pekerja kantoran yang nyaris setiap harinya lebih banyak duduk dalam ruangan selama 8 sampai 10 jam per hari. Mereka umumnya hanya melakukan aktivitas yang monoton, lebih banyak berada di depan komputer dan sesekali meeting di ruangan rapat.
Saat makan siang, mereka tetap di ruangan sehingga jarang mengeluarkan banyak tenaga dan kurang berjalan kaki. Ngemil dan ngopi atau minuman kekinian sering juga jadi pelengkap saat bekerja. Kebiasaan-kebiasaan ini tentunya berisiko masuk dalam sedentary level tinggi.
Risiko & Pencegahan
Fridolin Seto Pandu, Senior Manager Medical Underwriter Sequis, menganjurkan agar masyarakat modern mengurangi kebiasaan gaya hidup sedentary dengan melawan rasa malas untuk bergerak dan meningkatkan motivasi diri untuk lebih banyak melakukan aktivitas fisik.Dia menyarankan para pekerja bisa menggunakan sisa waktu makan siang untuk melakukan aktivitas ringan, seperti berjalan kaki. Lalu pada saat bekerja, hindari posisi duduk yang dapat menyebabkan sakit punggung dan leher.
"Dalam kondisi ideal saat duduk, usahakan postur tubuh dalam keadaan tegak. Posisi kaki juga penting diperhatikan, biasakan kaki selalu ada di lantai sehingga peredaran aliran darah lebih lancar," katanya dalam siaran pers, Sabtu (10/6/2023).
Fridolin juga menyarankan para pekerja untuk melakukan peregangan tubuh sekitar 5-10 menit di sela-sela waktu kerja. Sangat baik jika setidaknya 3-4 kali seminggu berolahraga selama 30-40 menit agar tubuh tetap bugar.
Menurutnya, ada risiko kesehatan yang berpotensi timbul dari gaya hidup sedentary, seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung yang berbahaya bagi tubuh. Selain menyarankan untuk melakukan aktivitas fisik, disarankan juga agar para pekerja kantoran melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mencegah penyakit sedari dini.
Pemeriksaan kesehatan yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan hipertensi untuk mencegah stroke, pemeriksaan pap smear untuk mencegah kanker serviks, dan medical check up (MCU) sebagai pemeriksaan menyeluruh untuk mengetahui potensi penyakit kritis pada tubuh.
"Pemeriksaan dini, merupakan langkah preventif karena ada beberapa penyakit kritis dapat dideteksi pada stadium awal. Dengan demikian masih ada kesempatan harapan hidup yang lebih tinggi," terangnya.
Solusi lainnya dari potensi terjadinya penyakit kritis akibat gaya hidup sedentary, perlu juga memiliki asuransi kesehatan dan asuransi penyakit sebagai jaring pengaman finansial. Hal ini penting agar saat terkena risiko sakit, kondisi keuangan tetap terjaga karena perusahaan asuransi yang akan menanggung biaya pengobatan sesuai manfaat polis yang dimiliki oleh nasabah.
Baca juga: Temuan Terbaru: Bukan Cuma Gaya Hidup Tak Sehat, Migrain Juga Dipengaruhi Faktor Ini
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.