Ilustrasi pembuatan film (Sumber gambar: Vanilla Bear Films/Unsplash)

Menakar Potensi Green Filmmaking di Industri Hiburan Indonesia

07 June 2023   |   18:30 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Like
Isu pencemaran lingkungan terus mendorong industri keberlanjutan di berbagai aspek. Bukan hanya soal kebersihan lingkungan yang menjadi tanggung jawab bersama, kini sustainability mendapat atensi yang besar di jagat industri hiburan.

Paling mentereng, konser dari band asal Inggris bernama Coldplay yang getol menggaungkan konsep keberlanjutan di setiap panggung turnya. Namun hiburan konser bukan satu-satunya.

Industri produksi perfilman juga mengambil jejak emisi karbon yang besar. Melansir Little White Lies, rata-rata produksi film beranggaran US70 juta  di London, Inggris menghasilkan kira-kira total 2.840 ton karbon pada 2021 lalu. Tentu saja industri film ikut merenung soal isu lingkungan ini. Dari sanalah konsep Green filmmaking lahir.

Green filmmaking diartikan sebagai konsep memproduksi film dengan memperhatikan aspek keberlanjutan di segala lini produksi. Konsep ini datang setelah banyak rumah produksi menyadari jika pembuatan film memkan anggaran dan peralatan yang sangat boros dengan properti yang hanya digunakan satu hingga dua kali pakai lalu dibuang.

Padahal, ini tidak hanya soal menekan anggaran. Lebih lanjut, green filmmaking mendorong rumah produksi bertanggung jawab atas lingkungan dan jejak karbon yang ditinggalkan. Isu ini semakin menggaung di seluruh negeri, termasuk Indonesia. Verdi Solaiman, seeorang aktor sekaligus sutradara Indonesia menceritakan bagaimana rumah produksi di Tanah Air mulai berjuang untuk bergelut dalam isu lingkungan.

Menurut Verdi, konsep keberlanjutan dalam industri film bisa dimulai dengan langkah yang sangat sederhana, seperti kesadaran menggunakan botol minum yang dapat digunakan berulang.

Verdi tak menampik, banyak rumah produksi yang masih menggunakan botol air minum sekali pakai dalam produksi film yang panjang. Sedikit lama-lama menjadi bukit, tumpukan dari ratusan botol plastik itu dapat mencemari lingkungan. Tentu saja industri film harus andil memikirkan ini.

Belum lagi, penggunaan lampu-lampu berdaya energi listrik besar yang masih menopang produksi film. Pula penggunaan genset berbahan bakar solar untuk lokasi-lokasi yang sulit dijamah masih kerap menyandung pandangan rumah produksi dengan isu lingkungan ini.

“Saya lihat penggunaan lampu digital pelan-pelan mulai menggantikan lampu berdaya listrik besar. Sayangnya genset berbahan solar ini masih sudah untuk dihilangkan saat ini. Mudah-mudahan ke depannya bisa digantikan dengan daya elektrik,” jelas Verdi saat dihubungi Hypeabis.id.

Aktor yang pernah dinominasikan sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik di Indonesia Movie Actors Awards ini mengaku sudah cukup memperhatikan kerjasama produksi minim energi, mulai dari penggunaan lampu LED untuk pembuatan film, hingga meminimalisir penggunan genset besar.

“Sebisa mungkin mengurangi daya listrik yang besar dalam produksi, sampai sekarang masih 60 berbanding 40 persen saya terapkan di produksi film saya sendiri," terang Verdi.

Selain itu, Verdi mengaku kita produksi film di Indonesia juga pasti membutuhkan mobil jemputan untuk mengangkut tim yang terlibat di dalamnya. “Kita maish banyak menyumbang emisi karbon lewat mobil-mobil yang menggunaan bahan bakar bensin. Kalau transportasi perfilman diganti ke listrik, pasti akan mengurangi emisi karbon juga,” kata Verdi.

Verdi juga mendorong pemerintah untuk membuat peralihan kendaraan berbasis listrik lebih cepat dilakukan. Perubahan secara signifikan akan membuka jalan bagi industri film untuk berubah mengikuti arah ini. “Kalau perubahannya jelas, kita juga pasti mau kok convert ke arah sana,” tegas Verdi.

Terakhir, Verdi menyampaikan harapannya untuk seluruh pemangku industri seni dan hiburan di Indonesia. Baginya, kemajuan industri film terasa sia-sia jika planet di masa depan tak bisa terselamatkan.

“Yuk kita selamatkan industri film sama-sama dengan penjagaan lingkungan juga. Pelan secara bertahap. Percuma kalau industri filmnya maju tapi planetnya rusak kan? Saya yakin, banyak kok yang mau bersinergi untuk menjaga lingkungan sembari menguatkan industri film kita,” tutup Verdi.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Yuk Coba Resep Kapurung yang Kenyal dan Berkuah Khas Sulawesi Selatan

BERIKUTNYA

Setelah Curi Perhatian di CES 2023, Lenovo Yoga Book 9i Hadir di Indonesia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: