Agnes Linggar Raih Rekor MURI Sebagai Perancang Busana Pertama yang Melukis Bebas di Atas Kain
30 May 2023 |
19:59 WIB
Perancang busana Agnes Linggar Budhisurya mendapat hadiah manis di usia senjanya. Hampir 60 tahun berkarya, dia akhirnya memecahkan rekor dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai Perancang busana Pertama yang Melukis Bebas di Atas Kain.
Penghargaan ini mengakui bahwa dia adalah satu-satunya orang di Indonesia yang menggoreskan kuas di atas kain tanpa media penolong seperti sketsa yang dibuat dari pensil.
“Pelukis di atas kain ada, tapi yang melukis bebas di atas kain hanya saya di Indonesia. Biasanya yang lain melukis dengan batasan,” ujarnya kepada Hypeabis.id, Selasa (30/5/2023).
Baca juga: Semangat Desainer Agnes Budhisurya Tetap Berkarya Pada Usia Senja
Karya Agnes pun menggunakan teknik yang unik. Mengingat media yang dipakai adalah kain, tidak jarang cat yang digunakan melebar ke area yang tidak diinginkan alias meleber. Dia lantas menyiasatinya dengan mencipratkan air dan akhirnya mengeluarkan gradasi warna yang indah.
“Gradasinya saya arahkan sehingga bentuknya bisa membantu siluet tubuh pemakai,” tuturnya.
Agnes juga dikenal sebagai pelukis bunga sehingga mayoritas karyanya bertemakan bunga dan kini menjadi ciri khasnya. Dia sering kali mendapatkan inspirasi dari pekarangan rumah. Ada banyak ragam bunga dengan berbagai warna, hingga bentuk daun yang bisa ditangkap mata dan selalu menenangkan jiwanya selepas bekerja untuk kembali dibuat karya.
Pemilihan bunga pun ternyata memiliki filosofi mendalam. Agnes menyampaikan perempuan identik dengan bunga dan kecantikan sehingga dia ingin mempercantik tampilan perempuan dan pakaiannya dengan lukisan bunga.
Siapa sangka, dari bunga untuk menggambarkan cantiknya wanita itu, karya-karyanya dikagumi dan menjadi langganan di sejumlah ajang fesyen seperti Indonesia Fashion Week (IFW). Para penikmat fesyen terutama kaum sosialitas pun rela mengantri atau memburu busana buatan Agnes yang harganya tidaklah murah yakni mulai Rp4 juta untuk sebuah scarf hingga Rp45 juta untuk sebuah gaun.
Karya desainer asal Jember, Jawa Timur itu semakin eksklusif karena terbilang limited edition alias hanya membuat satu karya untuk setiap koleksi. Dia juga kerap membuat busana sesuai pesanan, menyesuaikan pola tubuh pemesan, dan disesuaikan dengan kepribadian.
Iie, salah satu asisten senior Agnes, menuturkan bahwa dia lebih sering mengabaikan pola yang diajarkan sekolah busana dan mengandalkan ukuran serta bentuk unik tiap tubuh pemesan. Tidak heran jika karya buatannya, khususnya bustier, sudah terkenal di kalangan pencinta fesyen Tanah Air.
Selain itu, klien bisa bebas meminta busana sesuai keinginannya. Pernah suatu ketika dia diminta untuk membuat lukisan harimau yang garang, tapi tetap bisa terlihat seksi ketika dipakai. Ada pula klien yang meminta gambar ayam dengan lima anak ayam dengan filosofi menggambarkan keluarganya dalam satu gaun.
Permintaan itu cukup menjadi tantangan, tapi semua bisa diatasinya dengan mudah. “Dari pola, desain, terima tamu, semua saya lakukan. Semua tamu harus dilayani saya, karena dengan begitu saya bisa lihat kepribadian yang cocok untuk dibuatkan busana,” tambah Agnes.
Awal mula Agnes terjun menjadi perancang yang melukis bebas di atas kain tidak lepas dari upaya mendapat uang saku. Karya pertamanya datang dari permintaan teman sepondokan semasa kuliah.
Dari situ, akhirnya dia memiliki usaha busana kecil-kecilan. Ingin tampil berbeda, dia mendesain corak hingga mengembangkan teknik bordir sendiri. Kendati demikian, usahanya dibantu banyak pengrajin bordir. Hasilnya, karya Agnes ditiru banyak pedagang.
Dia jengkel karena tiruan tersebut dijual murah. Agnes lantas membuat siasat baru dengan mencetuskan lukisan di atas kain. Proses untuk memutakhirkan strategi ini tidak mudah, dia bahkan sempat mengalami beberapa kesalahan karena keliru memilih cat dan kain yang sesuai hingga dirinya mantap menggunakan material sutra.
"Semua kain bisa [jadi media gambar] tapi jangan katun kurang lentur, jatuh ke badan kurang bagus. Paling nyaman dan mudah [dikerjakan] sutra,” jelasnya.
Pengalaman pun membuatnya bisa mengatasi kesulitan yang ada. Tidak jarang, kesalahan dalam proses pembuatan lukisan justru menjadi karya yang indah.
Sementara itu, Agnes mengaku akan terus mengembangkan seni melukis di atas rancangan busana ini. Dia berharap agar setiap karya seni bisa diapresiasi tinggi seperti di luar negeri.
Oleh karena itu, walaupun usianya tidak lagi muda, dia akan terus eksis di panggung busana dengan rancangan khasnya. Pada tahun ini, dia kembali akan tampil dengan karyanya di Balikpapan Fashion Week 2023 dan Indonesia Fashion Week.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Penghargaan ini mengakui bahwa dia adalah satu-satunya orang di Indonesia yang menggoreskan kuas di atas kain tanpa media penolong seperti sketsa yang dibuat dari pensil.
“Pelukis di atas kain ada, tapi yang melukis bebas di atas kain hanya saya di Indonesia. Biasanya yang lain melukis dengan batasan,” ujarnya kepada Hypeabis.id, Selasa (30/5/2023).
Baca juga: Semangat Desainer Agnes Budhisurya Tetap Berkarya Pada Usia Senja
Karya Agnes pun menggunakan teknik yang unik. Mengingat media yang dipakai adalah kain, tidak jarang cat yang digunakan melebar ke area yang tidak diinginkan alias meleber. Dia lantas menyiasatinya dengan mencipratkan air dan akhirnya mengeluarkan gradasi warna yang indah.
“Gradasinya saya arahkan sehingga bentuknya bisa membantu siluet tubuh pemakai,” tuturnya.
Agnes juga dikenal sebagai pelukis bunga sehingga mayoritas karyanya bertemakan bunga dan kini menjadi ciri khasnya. Dia sering kali mendapatkan inspirasi dari pekarangan rumah. Ada banyak ragam bunga dengan berbagai warna, hingga bentuk daun yang bisa ditangkap mata dan selalu menenangkan jiwanya selepas bekerja untuk kembali dibuat karya.
Pemilihan bunga pun ternyata memiliki filosofi mendalam. Agnes menyampaikan perempuan identik dengan bunga dan kecantikan sehingga dia ingin mempercantik tampilan perempuan dan pakaiannya dengan lukisan bunga.
Siapa sangka, dari bunga untuk menggambarkan cantiknya wanita itu, karya-karyanya dikagumi dan menjadi langganan di sejumlah ajang fesyen seperti Indonesia Fashion Week (IFW). Para penikmat fesyen terutama kaum sosialitas pun rela mengantri atau memburu busana buatan Agnes yang harganya tidaklah murah yakni mulai Rp4 juta untuk sebuah scarf hingga Rp45 juta untuk sebuah gaun.
Karya desainer asal Jember, Jawa Timur itu semakin eksklusif karena terbilang limited edition alias hanya membuat satu karya untuk setiap koleksi. Dia juga kerap membuat busana sesuai pesanan, menyesuaikan pola tubuh pemesan, dan disesuaikan dengan kepribadian.
Iie, salah satu asisten senior Agnes, menuturkan bahwa dia lebih sering mengabaikan pola yang diajarkan sekolah busana dan mengandalkan ukuran serta bentuk unik tiap tubuh pemesan. Tidak heran jika karya buatannya, khususnya bustier, sudah terkenal di kalangan pencinta fesyen Tanah Air.
Selain itu, klien bisa bebas meminta busana sesuai keinginannya. Pernah suatu ketika dia diminta untuk membuat lukisan harimau yang garang, tapi tetap bisa terlihat seksi ketika dipakai. Ada pula klien yang meminta gambar ayam dengan lima anak ayam dengan filosofi menggambarkan keluarganya dalam satu gaun.
Permintaan itu cukup menjadi tantangan, tapi semua bisa diatasinya dengan mudah. “Dari pola, desain, terima tamu, semua saya lakukan. Semua tamu harus dilayani saya, karena dengan begitu saya bisa lihat kepribadian yang cocok untuk dibuatkan busana,” tambah Agnes.
Ingin Selalu Tampil Berbeda
Awal mula Agnes terjun menjadi perancang yang melukis bebas di atas kain tidak lepas dari upaya mendapat uang saku. Karya pertamanya datang dari permintaan teman sepondokan semasa kuliah. Dari situ, akhirnya dia memiliki usaha busana kecil-kecilan. Ingin tampil berbeda, dia mendesain corak hingga mengembangkan teknik bordir sendiri. Kendati demikian, usahanya dibantu banyak pengrajin bordir. Hasilnya, karya Agnes ditiru banyak pedagang.
Agnes Linggar dan keluarganya. (Sumber gambar : Desyinta Nuraini)
Dia jengkel karena tiruan tersebut dijual murah. Agnes lantas membuat siasat baru dengan mencetuskan lukisan di atas kain. Proses untuk memutakhirkan strategi ini tidak mudah, dia bahkan sempat mengalami beberapa kesalahan karena keliru memilih cat dan kain yang sesuai hingga dirinya mantap menggunakan material sutra.
"Semua kain bisa [jadi media gambar] tapi jangan katun kurang lentur, jatuh ke badan kurang bagus. Paling nyaman dan mudah [dikerjakan] sutra,” jelasnya.
Pengalaman pun membuatnya bisa mengatasi kesulitan yang ada. Tidak jarang, kesalahan dalam proses pembuatan lukisan justru menjadi karya yang indah.
Sementara itu, Agnes mengaku akan terus mengembangkan seni melukis di atas rancangan busana ini. Dia berharap agar setiap karya seni bisa diapresiasi tinggi seperti di luar negeri.
Oleh karena itu, walaupun usianya tidak lagi muda, dia akan terus eksis di panggung busana dengan rancangan khasnya. Pada tahun ini, dia kembali akan tampil dengan karyanya di Balikpapan Fashion Week 2023 dan Indonesia Fashion Week.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.