Keanekaragaman hayati sering dipahami sebagai keanekaragaman tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme yang luas (Sumber gambar ilustrasi: pexels/ Diego Benjamin)

Serba-serbi Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia

22 May 2023   |   08:21 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Hari Keanekaragaman Hayati Internasional diperingati setiap 22 Mei di seluruh dunia, termasuk Indonesia, untuk meningkatkan kesadaran tentang pelestarian habitat yang terancam punah. Berbagai acara diselenggarakan secara global guna meningkatkan pemahaman tentang peran penting keanekaragaman hayati.

Dikutip dari laman Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tema perayaan pada tahun ini adalah Dari Kesepakatan Menjadi Aksi: Membangun Kembali Keanekaragaman Hayati. Tema ini mengacu pada Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming – Montreal (GBF) yang ditandatangani pada Desember 2022.

Baca juga: Genhype Perlu Tahu, 4 Tanaman Endemik Indonesia Ini Terancam Punah

“Sebuah perjanjian bersejarah yang ditandatangani pada Desember 2022 yang menetapkan tujuan dan tindakan nyata untuk menghentikan dan memulihkan ancaman kerusakan alam parah pada 2050,” demikian tulis PBB.  

PBB menuliskan, tema ini mempromosikan gagasan bahwa pada saat ini semua negara memiliki rencana aksi yang telah disepakati di tingkat global. Menurut organisasi tersebut, preservasi alam bukan hanya tugas pemerintah, tapi juga organisasi internasional/non-internasional, swasta, dan setiap individu untuk memperbaiki kebiasaan manusia yang merusak.

Di tengah penurunan kondisi alam yang berbahaya yang mengancam kelangsungan hidup 1 juta spesies dan berdampak pada kehidupan miliaran manusia, GBF bertujuan untuk menghentikan dan memulihkan alam. Kerangka tersebut terdiri dari target global yang harus dicapai pada tahun 2030 dan seterusnya untuk melindungi dan menggunakan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.

Empat tujuan menyeluruh yang akan dicapai pada 2050 fokus pada kesehatan ekosistem dan spesies termasuk menghentikan kepunahan spesies yang disebabkan oleh manusia, pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan, pembagian manfaat yang adil, dan pada implementasi dan menutup kesenjangan pembiayaan keanekaragaman hayati sebesar $700 miliar per tahun.

Adapun, kerangka kerja ini juga menargetkan 23 poin prioritas yang akan dicapai pada 2030 termasuk 30 persen konservasi darat dan laut, 30 persen pemulihan ekosistem yang terdegradasi, mengurangi separuh pengenalan spesies invasif, dan pengurangan subsidi yang membahayakan lingkungan sebesar $500 miliar/tahun.

Keanekaragaman hayati adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keanekaragaman dan variabilitas yang menakjubkan dari organisme hidup di planet Bumi. Beragam komunitas bakteri, jamur, tumbuhan, dan organisme hewan membentuk ekosistem dengan lingkungan fisiknya, dan interkoneksinya dalam ekosistem ini adalah dasar dari keanekaragaman hayati.

Sumber daya keanekaragaman hayati merupakan pilar manusia dalam membangun peradaban. Ikan sebagai salah satunya menyediakan 20 persen protein hewani untuk sekitar 3 miliar orang. Lebih dari 80 persen makanan manusia disediakan oleh tumbuhan.

Tidak hanya itu, terdapat sebanyak 80 persen orang yang tinggal di daerah pedesaan di negara berkembang mengandalkan obat tradisional berbasis tanaman untuk perawatan kesehatan dasarnya.

Dengan begitu, maka kehilangan keanekaragaman hayati dapat mengancam banyak hal, termasuk kesehatan manusia. Dampak buruk kehilangan keanekaragaman hayati juga sudah terbukti dengan meluasnya zoonosis, yakni penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia.

“Jika kita menjaga keutuhan keanekaragaman hayati, itu menawarkan alat yang sangat baik untuk melawan pandemi seperti yang disebabkan oleh virus corona,” tulis PBB.

Keanekaragaman hayati juga merupakan aset global yang sangat berharga bagi generasi mendatang. Aset ini terus mengalami pengurangan secara signifikan akibat aktivitas manusia tertentu. PBB menuliskan, tiga perempat dari lingkungan berbasis darat dan sekitar 66 persen lingkungan laut telah diubah secara signifikan oleh manusia. Kemudian, 1 juta spesies hewan dan tumbuhan juga terancam punah pada saat ini.  

PBB memutuskan untuk merayakan Hari Keanekaragaman Hayati Internasional setiap tahun karena pendidikan dan kesadaran publik tentang masalah ini sangat penting.

Hari Keanekaragaman Hayati Internasional pertama kali diselenggarakan pada 1993 oleh Komite Kedua Majelis Umum PBB. Pada saat itu, perayaan hari ini ditetapkan 29 Desember mengacu kepada penyelenggaraan Konvensi Keanekaragaman Hayati.

Baca juga: Perubahan Iklim Buat Komodo Masuk Daftar Terancam Punah

Hari perayaan itu mengalami perubahan pada tujuh tahun kemudian, tepatnya pada Desember 2000. Pada saat itu, Majelis Umum PBB menetapkan 22 Mei sebagai Hari Keanekaragaman Hayati Internasional. Langkah ini dilakukan guna memperingati pengadopsian teks konvensi pada 22 Mei 1992 dari Nairobi Final Act of the Conference for the Adoption of the Agreed Text of the Convention on Biological Diversity.

Tidak hanya itu, perubahan tanggal perayaan ke 22 Mei juga dilakukan atas pertimbangan kesulitan banyak negara untuk merencanakan dan melaksanakan peringatan Keanekaragaman Hayati pada 29 Desember lantaran banyak hari libur yang bersinggungan.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

5 Fakta Menarik Konser R to V Red Velvet di Jakarta, Joy Beri Kejutan!

BERIKUTNYA

Konser Musik Kian Ramai, Simak Cara Pintar Ketemu Idola Tanpa Bikin Kantong Jebol

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: