Ilustrasi. (Sumbe foto: Unsplash/Christian Fickinger)

Kenali Penyebab dan Cara Mencegah Keguguran Berulang

19 May 2023   |   16:30 WIB
Image
Dewi Andriani Jurnalis Hypeabis.id

Keguguran tidak jarang terjadi. Sekitar 10 persen kehamilan berakhir dengan keguguran sebelum memasuki minggu kedua puluh. Jumlah keguguran yang sebenarnya mungkin lebih tinggi juga, karena banyak orang yang mengalami keguguran sebelum mengetahui bahwa mereka hamil.

Dalam banyak kasus, keguguran disebabkan oleh berbagai faktor pemicu yang tidak dapat dihindari sehingga pencegahan kadang dilakukan terlambat. Kehamilan yang terhenti akibat tidak berkembangnya janin, matinya janin, keluarnya hasil pembuahan secara spontan sebelum usia janin menginjak 20 minggu, atau berat janin kurang dari 500 gram disebut keguguran.

Baca juga: Waspada Hamil di Atas Usia 35 Tahun, Deretan Risiko Ini Mengintai

Biasanya, keguguran ditandai dengan keluarnya darah, rasa mulas, dan diikuti dengan pembukaan mulut rahim. Bukan hanya sekali, keguguran juga bisa terjadi secara berulang. Dikatakan sebagai keguguran berulang jika telah terjadi sebanyak tiga kali berturut-turut.

Kanadi Sumapraja, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Subspesialis Fertilitas Endokrinologi Reproduksi RS Pondok Indah – IVF Centre mengatakan apabila seseorang sudah mengalami keguguran sebanyak dua kali berturut-turut, ada baiknya tidak menunggu kejadian yang ketiga.

“Segera berkonsultasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi jika telah terjadi dua kali keguguran,” katanya.

Menurut Kanadi, sekitar 15 persen pasangan atau 1 dari 6 pasangan umumnya memang akan mengalami keguguran. Namun, kejadian keguguran berulang bukanlah merupakan fenomena yang normal. Kemungkinan terjadinya keguguran ulang dapat meningkat dua kali lipat setelah terjadi keguguran dua kali berturut-turut. Hampir 70 persen kasus keguguran berulang tidak diketahui penyebabnya.

Meski demikian, ada beberapa faktor penyebab keguguran berulang baik dari kelainan di sisi janin atau dari sisi ibu. Kelainan kromosom atau genetik mengakibatkan terjadinya gangguan perkembangan janin hingga kematian janin yang memicu terjadinya keguguran berulang, terutama di kehamilan usia dini.
 

Ilustrasi pemeriksaan kehamilan. (Sumber foto: Pexels/ MART PRODUCTION)

Ilustrasi pemeriksaan kehamilan. (Sumber foto: Pexels/ MART PRODUCTION)

Kromosom janin disumbangkan oleh sperma dan sel telur. Kualitas sperma dapat dipengaruhi oleh kebiasaan merokok atau paparan suhu panas pada buah zakar akibat sering menggunakan pakaian yang ketat. Sementara kualitas sel telur lebih banyak dipengaruhi oleh faktor usia ibu.

Kelainan pada sisi ibu umumnya mengakibatkan terjadinya keguguran berulang di usia kehamilan yang lebih lanjut. Kondisi yang mengakibatkan rahim sulit mempertahankan kehamilan, seperti adanya tumor dinding rahim, atau kelemahan mulut rahim dapat mengakibatkan terjadinya keguguran.

Selain itu bisa juga disebabkan oleh adanya gangguan pembekuan darah, gangguan metabolik, gangguan produksi hormon reproduksi, infeksi, serta penyakit autoimun pada ibu berpotensi mengganggu proses tubuh ibu untuk memelihara kehamilan, yang berakibat pada keguguran.

Pengaruh pola gaya hidup yang berpotensi untuk memicu terjadinya gangguan metabolik seperti peningkatan berat badan berlebih akibat gaya hidup kurang bergerak (sedentary living), kurang istirahat, kurang berolahraga, serta tidak menjaga pola makan yang baik juga berpotensi menjadi penyebab kejadian keguguran.

Namun, dokter menegaskan bahwa wanita yang mengalami keguguran berulang bukan berarti tidak dapat memiliki keturunan. Perawatan dan dukungan intensif dapat meningkatkan kesempatan untuk tercapainya kehamilan yang sukses.

Lantas tindakan apa yang akan dilakukan dokter spesialis obstetri dan ginekologi? Pada awalnya, dokter akan melakukan karakterisasi dari jenis keguguran berulang yang dialami. Hal ini penting untuk menentukan prioritas jenis pemeriksaan yang akan dilakukan.

Mencari penyebab kejadian keguguran berulang pada dasarnya tidak mudah. Saat ini, melakukan pemeriksaan kromosom pada jaringan yang berasal dari keguguran belum menjadi pemeriksaan yang rutin dilakukan.

Baca juga: Pasangan Muda Disarankan Cek Kesuburan Jika Belum Hamil Setelah Setahun Menikah

Adapun pemeriksaan yang dilakukan antara lain:
  1. Pemeriksaan USG untuk melakukan penilaian pada bentuk rahim dan selanjutnya dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan teropong ke dalam rahim (histeroskopi)
  2. Tes darah ibu untuk menyingkirkan kelainan pembekuan darah, gangguan metabolik, gangguan produksi hormon reproduksi, infeksi, serta penyakit autoimun
  3. Tes darah ayah dan ibu untuk menyingkirkan kemungkinan kelainan kromosom
  4. Analisis sperma, untuk melihat kualitas sperma

Setiap pasangan memiliki kondisi yang berbeda. Maka perlu untuk melakukan konseling dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi untuk mendapatkan anjuran dan penanganan yang tepat untuk masalah keguguran berulang.

Strategi yang dapat dilakukan pada kasus keguguran berulang umumnya ditentukan oleh jenis kejadian keguguran berulang. “Jika masih belum berhasil, maka prosedur bayi tabung dapat dilakukan bukan hanya untuk memilih sperma, tetapi juga sel telur, dan embrio,” tambah Kanadi.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda
 

SEBELUMNYA

ReVeLuv Merapat! Catat Syarat Nonton, Jadwal, Hingga Setlist Konser Red Velvet di Jakarta

BERIKUTNYA

Cara Mudah Padu-padan Gaya Berhijab Sesuai dengan Bentuk Wajah

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: