Ilustrasi pasangan ke dokter (Sumber gambar: Freepik)

Pasangan Muda Disarankan Cek Kesuburan Jika Belum Hamil Setelah Setahun Menikah

31 January 2023   |   17:30 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Terbangun pada dini hari karena tangis anak kerap jadi hal yang sentimentil. Mungkin hal itu akan menganggu waktu tidur, tetapi ada kebahagiaan berbeda yang dirasakan orang tua setelah memiliki anak. Hidup terasa lebih berwarna ketika memiliki anak.

Namun, tidak semua pasangan yang menikah cepat diberi momongan. Ada sebagian pasangan yang harus menunggu waktu yang cukup lama sampai akhirnya bisa mengandung dan memiliki anak.

Founder Smart IVF Budi Wiweko mengatakan bahwa di Indonesia ada sekitar 10 persen sampai 15 persen pasangan yang terindikasi mengalami infertilitas. Masalah kesuburan ini membuat pasangan tidak bisa mendapatkan momongan dalam waktu cepat.

Meskipun demikian, masih banyak pasangan yang belum menyadari bahwa mereka mengalami infertilitas. Hal itu karena minimnya pengetahuan dan kesadaran untuk mengecek kesuburan setelah menikah.

Menurut dokter Budi, pasangan yang sudah menikah dan berhubungan secara natural umumnya sudah bisa hamil dalam enam bulan pertama sejak pernikahan. Peluang hamil spontan saat enam bulan pertama sebesar 75 persen.

Kemudian, setelah 12 bulan sejak pernikahan, 85 persen pasangan akan hamil dan 15 persen lainnya tidak hamil. Jika setelah 12 bulan menikah dan belum hamil, pasangan perlu waspada dan segera mengecek kesuburannya.

Sebab, prevalensi kehamilan setelah satu tahun menikah menurun drastis menjadi sekitar 3 persen sampai 5 persen saja.

“Oleh karena itu, setelah berhubungan teratur selama 12 bulan dan belum hamil, pasangan disarankan segera ke dokter,” ujar dokter Budi dalam konferensi pers peluncuran Smart Fertility Clinic.


Hindari Paradigma Salah Soal Kesuburan


Budi mengatakan bahwa dengan mengecek kesuburan, pasangan akan mengetahui alasan yang tepat mengapa mereka belum hamil. Dengan mengetahui masalah lebih cepat, maka penanangan perbaikannya bisa lebih komprehensif.

Sebab, saat ini masih ada banyak paradigma yang salah soal kesuburan. Masalah infertilitas kerap diasosiasikan kepada perempuan. Padahal, tidak semua masalah kesuburan berasal dari perempuan.
 

Ilustrasi perempuan (Sumber gambar: Freepik)

Ilustrasi perempuan (Sumber gambar: Freepik)


Dokter Budi justru menyarankan agar pihak pertama yang dicek kesuburannya ialah laki-laki. Sebab, sel sperma berkontribusi terhadap 35 persen penyebab kegagalan pasangan untuk hamil.

“Jadi, jangan fokus pada perempuan sebelum ada hasil kesuburan suami,” imbuhnya.

Kemudian, Budi menyarankan agar pasangan mengecek kesuburan secara tuntas. Dia mengatakan perjalanan mendapatkan keturunan cukup panjang. Oleh karena itu, pengecekan mestinya dilakukan hingga tahap terakhir.

Menurut Budi, ada sekitar 12 persen pasangan yang tidak melakukan pengecekan kesuburan secara tuntas di satu tempat. Jadi, mereka kerap berpindah-pindah dokter bahkan hingga ke 12 tempat.

Padahal, jika pasien tersebut pindah tempat praktik, tentu pemeriksaan akan diulang dari awal lagi. Hal itu membuat waktu, tenaga, dan biaya yang dibutuhkan akan makin membengkak.

Berpindah-pindah tempat dengan harapan hasilnya akan berubah merupakan pemahaman yang keliru. Alih-alih mendapatkan hasil berbeda, pasangan justru malah memperlama diri dalam usaha mendapatkan momongan.

Padahal, usia pasangan akan terus bertambah setiap tahunnya. Budi menyebut pasangan yang sudah berumur akan lebih susah lagi mendapatkan momongan.

Menurut dia, usia ideal untuk menjalani program bayi tabung ialah di bawah 35 tahun. Sebab, setelah 40 tahun, umumnya kehamilan akan lebih sulit terjadi karena sel telur dan sel sperma makin sedikit diproduksi oleh tubuh.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Duh, Ada 4 Juta Pasangan di Indonesia Alami Infertilitas

BERIKUTNYA

5 Fakta Unik Kak Jek, Pemeran Paman Tua di Konser Selamat Ulang Tahun Nadin Amizah

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: