Teknologi dan Kesadaran Deteksi Dini Meningkatkan Peluang Sembuh Pasien Kanker Payudara
13 May 2023 |
16:19 WIB
Pasien kanker payudara memiliki peluang sembuh dan harapan hidup yang lebih lama pada saat ini jika dibandingkan dengan masa lalu. Ada berbagai alasan yang menjadi penyebabnya, salah satunya adalah penanangan yang lebih spesifik.
Konsultan Senior Onkologi Medis Parkway Cancer Centre Singapura, Dokter Khoo Kei Siong mengatakan makin banyak wanita yang dapat selamat dari penyakit ini seiring dengan perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan, dan kesadaran untuk melakukan deteksi dini.
Baca juga: Pasien Kanker Payudara Tetap Dapat Menyusui, Begini Kata Dokter
“Pasien kanker payudara pun memiliki peluang sembuh dan harapan hidup yang lebih lama,” katanya dalam rilis yang dikutip Hypeabis.id, Sabtu (13/5/2023).
Perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan, dan kesadaran melakukan deteksi dini membuat proses pengobatan yang diberikan dokter kepada pasien kanker payudara lebih spesifik pada sat ini. Penyembuhan itu tergantung terhadap tipe, karakteristik, dan stadium kanker yang diderita.
Menurutnya, dokter akan membedakan jenis kanker payudara dengan sangat hati-hati dalam proses diagnosa, sehingga dapat merekomendasikan rencana pengobatan paling tepat.
Dengan pengobatan yang tepat, maka pasien memiliki peluang sembuh dan harapan hidup yang lebih besar. Jika ada 100 pasien penderita kanker payudara, secara umum 75 persen diantaranya memiliki peluang untuk sembuh dan dapat hidup lebih lama.
Sebagai contoh, kanker payudara estrogen receptor (ER) positif, pengobatan yang bisa digunakan untuk mengatasinya adalah terapi hormon dengan tujuan menekan produksi hormon. Sementara itu, kanker payudara human epidermal growth factor receptor (HER) 2 dapat diobati menggunakan terapi terget guna membuat sel kanker mati.
“Untuk kanker triple negative ini belum ada terapi target hingga beberapa tahun terakhir. Sekarang, terapi yang banyak digunakan adalah dengan imunoterapi dan ADC [Antibody-Drug Conjugate],” katanya.
Dia menuturkan, tingkat kekambuhan pasien yang telah dioperasi bisa mencapai 40 persen sebelum ada pengobatan dan terapi spesifik berdasarkan klasifikasi jenis kanker. Saat ini, keberadaan terapi yang lebih spesifik membuat angka kekambuhan hanya tersisa 20 persen.
Dia mengungkapkan, kanker payudara menjadi salah satu jenis kanker paling umum dijumpai pada wanita di seluruh dunia. Berdasarkan riset dari Global Cancer Incidence Mortality and Prevalence (Globocan) pada 2020, kejadian baru kanker payudara di seluruh dunia menempati urutan pertama dengan 2,3 juta kasus dan 680.000 kematian.
Di Indonesia, kanker payudara menempati peringkat pertama dengan kasus baru terbanyak. Menurutnya, terdapat 68.858 kasus atau sekitar 16,6 persen dari total 396.914 kasus baru kanker dengan jumlah kematian lebih dari 22.000 jiwa.
Dalam pengobatan terdahulu, dia menuturkan dokter bedah umum akan melakukan biopsi ketika ditemukan adanya benjolan atau sel ganas pada payudara. Setelah itu, mereka akan melakukan proses screening untuk melihat apakah sel kanker terlokalisasi atau sudah menyebar ke bagian lain.
Jika kanker terlokalisasi, dokter akan melakukan pembedahan. Lalu, mereka akan melanjutkan dengan pengobatan dengan radioterapi, kemoterapi, terapi endokrin, atau ketiganya berdasarkan jenis kanker yang ditemui.
“Proses pengobatan itu akan sama untuk semua tipe maupun stadium kanker. Alur tradisional ini sempat bertahan lama dalam beberapa tahun tetapi saat ini cara tersebut sudah mulai diperbaharui,” ujarnya.
Kanker payudara merupakan penyakit ketika sel-sel ganas (kanker) terdeteksi di jaringan payudara. Sel-sel ini umumnya muncul dari saluran atau lobules di payudara. Sel kanker ini kemudian dapat menyebar di dalam jaringan atau organ bagian tubuh lainnya.
Secara umum, dia menyebutkan kanker payudara memiliki tipe karakteristik biologis yang berbeda, tergantung pada ada tidaknya reseptor seperti ER, progesterone receptor (PR), dan HER2. Berikut tipe-tipe itu.
Sebagian besar jenis kanker payudara, yakni sampai 70 persen positif untuk ER atau PR, bahkan keduanya. Kanker semacam itu cenderung tumbuh lebih lambat dan kurang agresif, sehingga pasien cenderung memiliki hasil jangka panjang yang lebih baik. Kanker ini biasanya diobati dengan terapi hormonal seperti tamoxifen dan penghambat aromatase.
Kanker payudara ini merupakan tipe yang cukup agresif, tumbuh lebih cepat, dan bisa menyebar ke mana saja meskipun sudah diangkat dengan operasi. Angka kekambuhan juga tercatat lebih tinggi dan bisa menyebar ke organ lain. Kanker ini juga memiliki kecenderungan lebih besar menyebar ke otak.
Bentuk kanker ini tidak memiliki reseptor ER, PR, atau HER2, dan biasanya bersifat agresif. Tingkat kekambuhan tinggi dan tingkat kelangsungan hidup penderitanya buruk. Penderita kanker payudara triple negatif tercatat pemberi kontribusi sekitar 10 – 15 persen total kanker payudara. Tidak hanya itu, jenis ini juga cenderung menyerang wanita dengan usia di bawah 40 tahun dan penderitanya memiliki gen BRCA1 yang rusak.
Baca juga: Waspada Leukemia, Penyakit Kanker Darah yang Sempat Dirahasiakan Iqbal Pakula
Editor: Dika Irawan
Konsultan Senior Onkologi Medis Parkway Cancer Centre Singapura, Dokter Khoo Kei Siong mengatakan makin banyak wanita yang dapat selamat dari penyakit ini seiring dengan perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan, dan kesadaran untuk melakukan deteksi dini.
Baca juga: Pasien Kanker Payudara Tetap Dapat Menyusui, Begini Kata Dokter
“Pasien kanker payudara pun memiliki peluang sembuh dan harapan hidup yang lebih lama,” katanya dalam rilis yang dikutip Hypeabis.id, Sabtu (13/5/2023).
Perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan, dan kesadaran melakukan deteksi dini membuat proses pengobatan yang diberikan dokter kepada pasien kanker payudara lebih spesifik pada sat ini. Penyembuhan itu tergantung terhadap tipe, karakteristik, dan stadium kanker yang diderita.
Menurutnya, dokter akan membedakan jenis kanker payudara dengan sangat hati-hati dalam proses diagnosa, sehingga dapat merekomendasikan rencana pengobatan paling tepat.
Dengan pengobatan yang tepat, maka pasien memiliki peluang sembuh dan harapan hidup yang lebih besar. Jika ada 100 pasien penderita kanker payudara, secara umum 75 persen diantaranya memiliki peluang untuk sembuh dan dapat hidup lebih lama.
Sebagai contoh, kanker payudara estrogen receptor (ER) positif, pengobatan yang bisa digunakan untuk mengatasinya adalah terapi hormon dengan tujuan menekan produksi hormon. Sementara itu, kanker payudara human epidermal growth factor receptor (HER) 2 dapat diobati menggunakan terapi terget guna membuat sel kanker mati.
“Untuk kanker triple negative ini belum ada terapi target hingga beberapa tahun terakhir. Sekarang, terapi yang banyak digunakan adalah dengan imunoterapi dan ADC [Antibody-Drug Conjugate],” katanya.
Dia menuturkan, tingkat kekambuhan pasien yang telah dioperasi bisa mencapai 40 persen sebelum ada pengobatan dan terapi spesifik berdasarkan klasifikasi jenis kanker. Saat ini, keberadaan terapi yang lebih spesifik membuat angka kekambuhan hanya tersisa 20 persen.
Dia mengungkapkan, kanker payudara menjadi salah satu jenis kanker paling umum dijumpai pada wanita di seluruh dunia. Berdasarkan riset dari Global Cancer Incidence Mortality and Prevalence (Globocan) pada 2020, kejadian baru kanker payudara di seluruh dunia menempati urutan pertama dengan 2,3 juta kasus dan 680.000 kematian.
Di Indonesia, kanker payudara menempati peringkat pertama dengan kasus baru terbanyak. Menurutnya, terdapat 68.858 kasus atau sekitar 16,6 persen dari total 396.914 kasus baru kanker dengan jumlah kematian lebih dari 22.000 jiwa.
Dalam pengobatan terdahulu, dia menuturkan dokter bedah umum akan melakukan biopsi ketika ditemukan adanya benjolan atau sel ganas pada payudara. Setelah itu, mereka akan melakukan proses screening untuk melihat apakah sel kanker terlokalisasi atau sudah menyebar ke bagian lain.
Jika kanker terlokalisasi, dokter akan melakukan pembedahan. Lalu, mereka akan melanjutkan dengan pengobatan dengan radioterapi, kemoterapi, terapi endokrin, atau ketiganya berdasarkan jenis kanker yang ditemui.
“Proses pengobatan itu akan sama untuk semua tipe maupun stadium kanker. Alur tradisional ini sempat bertahan lama dalam beberapa tahun tetapi saat ini cara tersebut sudah mulai diperbaharui,” ujarnya.
Kanker payudara merupakan penyakit ketika sel-sel ganas (kanker) terdeteksi di jaringan payudara. Sel-sel ini umumnya muncul dari saluran atau lobules di payudara. Sel kanker ini kemudian dapat menyebar di dalam jaringan atau organ bagian tubuh lainnya.
Secara umum, dia menyebutkan kanker payudara memiliki tipe karakteristik biologis yang berbeda, tergantung pada ada tidaknya reseptor seperti ER, progesterone receptor (PR), dan HER2. Berikut tipe-tipe itu.
1. Kanker payudara dengan reseptor hormon positif
Sebagian besar jenis kanker payudara, yakni sampai 70 persen positif untuk ER atau PR, bahkan keduanya. Kanker semacam itu cenderung tumbuh lebih lambat dan kurang agresif, sehingga pasien cenderung memiliki hasil jangka panjang yang lebih baik. Kanker ini biasanya diobati dengan terapi hormonal seperti tamoxifen dan penghambat aromatase.2. Kanker payudara HER2-positif
Sekitar 15 - 25 persen wanita terkena kanker HER2-positif. Kanker ini muncul ketika ada kelebihan jumlah protein faktor pertumbuhan HER2 yang ditemukan pada permukaan sel payudara normal, sehingga menyebabkan sel tumbuh dan membelah secara tidak normal.Kanker payudara ini merupakan tipe yang cukup agresif, tumbuh lebih cepat, dan bisa menyebar ke mana saja meskipun sudah diangkat dengan operasi. Angka kekambuhan juga tercatat lebih tinggi dan bisa menyebar ke organ lain. Kanker ini juga memiliki kecenderungan lebih besar menyebar ke otak.
3. Kanker payudara triple negatif
Bentuk kanker ini tidak memiliki reseptor ER, PR, atau HER2, dan biasanya bersifat agresif. Tingkat kekambuhan tinggi dan tingkat kelangsungan hidup penderitanya buruk. Penderita kanker payudara triple negatif tercatat pemberi kontribusi sekitar 10 – 15 persen total kanker payudara. Tidak hanya itu, jenis ini juga cenderung menyerang wanita dengan usia di bawah 40 tahun dan penderitanya memiliki gen BRCA1 yang rusak.Baca juga: Waspada Leukemia, Penyakit Kanker Darah yang Sempat Dirahasiakan Iqbal Pakula
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.