Ilustrasi empty nest syndrome (Sumber gambar: Freepik)

Empty Nest Syndrome, Saat Orang Tua Kesepian Ditinggal Anak Merantau

01 May 2023   |   13:45 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Menjadi orang tua pasti ada suka dan dukanya. Dari mendengar kata-kata pertama mereka hingga melambaikan tangan pada hari pertama mereka menjadi senior di sekolah menengah, membesarkan anak penuh dengan peristiwa penting dalam hidup.

Namun, ada satu peristiwa besar dalam kehidupan keluarga yang dihadapi banyak orang tua. Yakni saat anak-anak meninggalkan rumah. Dikenal sebagai empty nest syndrome, kondisi ini adalah kesedihan yang dirasakan banyak orang tua ketika anaknya pindah dari rumah.

Baca juga: Perusahaan Ini Membuat Robot Teman Lansia Agar Tak Kesepian

Meskipun ini bukan diagnosis klinis, ini adalah fenomena umum di mana orang tua mengalami kesedihan dan kesepian. Mereka berduka karena kehilangan gaya hidup dan hubungan yang merupakan bagian dari identitas mereka.

Menurut Psikolog Keluarga dari Universitas Diponegoro Adi Dinardinata, perasaan kosong dan kehilangan memang kerap dialami oleh orang tua yang anak-anaknya mulai meninggalkan rumah. Terlebih, dalam momen hari raya, ada kebersamaan dan kehangatan yang kembali terjalin di antara orang tua dan anak.

Kondisi ini sebenarnya wajar-wajar saja dirasakan oleh orang tua karena harus ada penyesuaian psikologis yang dialaminya. Meski demikian, fenomena ini sebaiknya tidak disepelekan dan tetap dipantau karena bisa saja gejala yang muncul mengarah ke kondisi psikologis lain yang perlu penanganan.

Empty nest syndrome itu bukan gejala klinis. Itu hanya fenomena yang sering terjadi karena ternyata banyak orang tua yang merasa kehilangan berlebihan saat anaknya meninggalkan rumah,” ujar Adi kepada Hypeabis.id.

Perasaan sedih dan kehilangan seperti ini sebenarnya bisa dialami oleh kedua orang tua. Namun, Adi mengatakan empty nest syndrome lebih sering dialami oleh ibu. Sebab, otak perempuan biasanya akan lebih verbal, detail, dan cenderung punya bonding yang lebih kuat terhadap anak-anaknya. Jadi, pikiran-pikirannya bisa lebih melodramatis.

Beberapa orang tua juga akan merasa seperti kehilangan tujuan hidup. Sebab, mereka merasa selama ini anak-anak selalu ada untuknya dan meramaikan kehidupannya. Namun, kini satu per satu anak-anak justru pergi dari rumah dan kembali merasa kesepian.
 

Ilustrasi empty nest syndrome (Sumbe gambar: Freepik)

Ilustrasi empty nest syndrome (Sumbe gambar: Freepik)
 

Tidak mudah untuk mengatasi perasaan kehilangan saat anak-anaknya merantau. Namun, bukan berarti orang tua harus larut dalam kesedihan dan justru secara jangka panjang malah bisa mengganggu kondisi psikologisnya.

Psikolog Anak dan Keluarga dari Universitas Indonesia Rose Mini A mengatakan, perasaan kehilangan yang sering dialami orang tua yang sudah berusia senja memang hal yang wajar. Rasa sedih ini justru adalah tanda cinta yang tulus dari orang tua kepada anak-anaknya.

Menurutnya, perasaan kehilangan itu tidak perlu dihilangkan. Gejolak emosi kompleks yang timbul itu hanya perlu dikelola dengan baik. Walaupun memang, pada kenyataannya mengelola emosi kehilangan selalu tidak mudah dilakukan.

Sering kali, empty nest syndrome juga didorong oleh fase kehidupan orang tua yang telah memasuki masa pensiun. Pada periode ini, orang tua umumnya sudah tidak memiliki pekerjaan lagi hingga tidak memiliki mimpi atau keinginan duniawi lagi. Hal ini kemudian membuat perasaan kehilangan saat anak pergi dari rumah makin terasa.

Salah satu cara untuk mengurangi perasaan kosong saat ditinggal anak ialah dengan penerimaan. Cobalah untuk memahami fase kehidupan yang memang dinamis, begitu pula dengan anak-anak yang pasti akan tumbuh dewasa dan memiliki kehidupannya sendiri. Orang tua juga bisa mencari kegiatan baru yang produktif untuk mengisi masa-masa pensiunnya di rumah.

“Di sisi lain, walaupun berada di perantauan, kedekatan anak dan orang tua harus tetap terjalin. Komunikasi mesti dilakukan dengan intens agar kedekatan emosionalnya tidak putus,” ujar Rose kepada Hypeabis.id.

Dalam kondisi seperti ini, empati yang tinggi adalah kunci untuk menjaga hubungan antara anak dan orang tua. Baik anak maupun orang tua mestinya bisa lebih memahami perasaan masing-masing. Artinya, kepedulian harus dikedepankan agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Baca juga: Atasi Rasa Kesepian dengan 7 Hal Positif Ini Yuk!

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda
 

SEBELUMNYA

Resmi Tamat, Pandora: Beneath The Paradise Dulang Rating Cukup Memuaskan

BERIKUTNYA

Kenali Gejala Narcissistic Personality Disorder yang Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: