Ini Lho Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental dengan Pasangan selama Pandemi
18 July 2021 |
21:00 WIB
Selain kesehatan fisik, pada masa pandemi seperti sekarang ini, perlu Genhype sadari juga penting bagi kita untuk menjaga kesehatan mental. Pasalnya, salah satu potensi dampak akibat pembatasan sosial selama pandemi adalah kemungkinan peningkatan perasaan terisolasi dan perselisihan dengan pasangan
Potensi seperti ini yang kemudian makin diperburuk oleh tekanan besar lainnya terkait dengan pandemi. Isu kesehatan mental pada masa pandemi seperti ini dapat muncul karena berbagai faktor, termasuk akibat jarak sosial dan isolasi, ketidakstabilan keuangan, tingginya hoaks dan informasi negatif di media, serta kondisi stres berat atau burnout syndrome dari siklus work from home yang tidak kunjung berakhir.
Lebih lanjut, riset dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menemukan bahwa menjaga jarak fisik menyebabkan perasaan ketidakpastian, putus asa, rendahnya harga diri, dan berpotensi untuk meningkatkan angka depresi dan bahkan bunuh diri di Indonesia. Bukan hanya pada individu, situasi tersebut juga terjadi pada pasangan yang terlihat dari penelitian bahwa hanya 14 persen dari mereka yang merasa hubungannya baik-baik saja.
Hal tersebut juga dirasakan oleh aktor sekaligus pengusaha Chicco Jerikho yang mengatakan bahwa pandemi telah mempengaruhi kualitas dirinya dengan pasangan, sehingga hal itu menjadi tantangan baginya dalam mencari waktu terbaik untuk bersantai.
“Pandemi telah mempengaruhi kualitas waktu yang saya dan pasangan miliki bersama. Terlebih lagi, akhir-akhir ini kami sedang fokus pada beberapa proyek film dan sibuk dengan rutinitas work from home,” ujarnya dalam diskusi virtual, Sabtu (17/7).
Potensi seperti ini yang kemudian makin diperburuk oleh tekanan besar lainnya terkait dengan pandemi. Isu kesehatan mental pada masa pandemi seperti ini dapat muncul karena berbagai faktor, termasuk akibat jarak sosial dan isolasi, ketidakstabilan keuangan, tingginya hoaks dan informasi negatif di media, serta kondisi stres berat atau burnout syndrome dari siklus work from home yang tidak kunjung berakhir.
Ilustrasi (Dok Chris Greene/Unsplash)
Lebih lanjut, riset dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menemukan bahwa menjaga jarak fisik menyebabkan perasaan ketidakpastian, putus asa, rendahnya harga diri, dan berpotensi untuk meningkatkan angka depresi dan bahkan bunuh diri di Indonesia. Bukan hanya pada individu, situasi tersebut juga terjadi pada pasangan yang terlihat dari penelitian bahwa hanya 14 persen dari mereka yang merasa hubungannya baik-baik saja.
Hal tersebut juga dirasakan oleh aktor sekaligus pengusaha Chicco Jerikho yang mengatakan bahwa pandemi telah mempengaruhi kualitas dirinya dengan pasangan, sehingga hal itu menjadi tantangan baginya dalam mencari waktu terbaik untuk bersantai.
“Pandemi telah mempengaruhi kualitas waktu yang saya dan pasangan miliki bersama. Terlebih lagi, akhir-akhir ini kami sedang fokus pada beberapa proyek film dan sibuk dengan rutinitas work from home,” ujarnya dalam diskusi virtual, Sabtu (17/7).
Menanggapi hal tersebut, psikolog klinis Inez Kristanti mengatakan bahwa bekerja dari rumah memang telah mengaburkan garis waktu banyak orang untuk beristirahat dan kembali bekerja, sehingga sangat penting untuk bisa mengalokasikan waktu yang cukup bagi diri kita sendiri untuk beristirahat dan recharge.
“Terutama untuk pasangan, yang mungkin tinggal bersama tetapi mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing. Waktu istirahat tidak harus memakan waktu lama, yang penting memang didedikasikan untuk rehat bersama,” ujar Inez.
Selain itu, lanjut Inez, beristirahat bukan hanya berarti menghabiskan waktu sendirian atau untuk diri sendiri, tetapi seyogianya juga menjaga hubungan emosional dengan orang yang kita cintai. Dengan menjaga hubungan yang sehat dengan pasangan, kita bisa merasa lebih tenang dan produktif dalam jangka panjang.
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.