Dodol Betawi, Kudapan yang Mempererat Tali Persaudaraan
18 April 2023 |
14:41 WIB
1
Like
Like
Like
Saban kali jelang Lebaran, masyarakat Betawi di Jakarta dan sekitarnya berada sibuk membuat beragam kue. Salah satunya dodol. Kue berwarna cokelat kehitam-hitaman ini seakan jadi kudapan wajib pada Idulfitri. Rasanya tidak afdol, jika Lebaran tak memiliki kue ini.
Dalam khazanah kuliner Nusantara, dodol betawi masuk dalam rumpun makanan ringan yang dibuat dari bahan dasar berupa ketan, dicampur dengan pemanis seperti gula merah atau putih. Camilan sejenis dapat kita jumpai di beberapa daerah, dengan beragam nama seperti dodol garut, dodol cina, jenang, dan lempok.
Baca juga: Resep Gado-Gado Khas Betawi, Kuliner yang Diciptakan Masyarakat Portugis
Di dalam kuliner Betawi, kue ini terbilang istimewa, karena hanya disajikan pada momen-momen tertentu. Terutama saat Ramadan, lebaran dan momen hajatan. Jarang sekali ditemukan, masyarakat Betawi membuat dodol pada hari-hari biasa. Untuk menikmatinya, biasa disandingkan dengan kopi hitam. Jika dodol sudah mengeras, bisa digoreng layaknya goreng pisang.
Sayang, sejauh ini belum ada catatan sejarah atau legenda mengenai asal-usul kue ini. Hanya, dahulu kue ini identik dengan makanan orang kaya atau gedongan. Mengingat pembuatannya membutuhkan modal dan tenaga besar. Sekarang, kue ini dapat dinikmati berbagai kalangan. Sebab, mulai banyak diproduksi, dijual satuan dengan harga ekonomis.
Walau bahannya sederhana, hanya terdiri atas ketan, gula merah, dan santan, tetapi pembuatan dodol ini cukup rumit. Butuh waktu yang tidak sebentar. Kemudian, diperlukan keterampilan khusus dalam mengolahnya. Oleh sebab itu, enggak berlebihan jika kue ini berada di level atas piramida kue khas Betawi. Setidaknya, ada beberapa hal yang mendasarinya.
Baca juga: Resep Putu Mayang, Kue Tradisional Khas Betawi yang Manis & Wangi
Pertama, pembuatan kue ini membutuhkan peralatan khusus, yaitu wajan atau kuali dodol. Kuali berbahan tembaga ini berukuran lebih besar, jika dibandingkan dengan wajan memasak pada umumnya. Adapun, harganya mencapai jutaan rupiah.
Kedua, bahannya beragam. Dodol ini membutuhkan bahan baku seperti gula merah, gula pasir putih, santan kelapa, dan tepung ketan. Bahan-bahan tersebut harus dicek kualitasnya. Sebab, satu saja bahan tersebut berkualitas rendah, maka akan berpengaruh pada rasanya.
Ketiga, pengerjaan dodol ini membutuhkan waktu lama dan tenaga ekstra. Proses pemasakan dodol Betawi memakan waktu hampir sehari. Dimulai dari pagi-pagi buta hingga sore hari. Selama proses ini, dodol harus terus diaduk agar tidak hangus. Dari bahan yang encer hingga mengeras.
Bila melihat proses pembuatannya yang rumit ini, tidak berlebihan jika kue tersebut layak berada di level atas kue kue Betawi.
Baca juga: Resep Kue Lapis Legit yang Manis dan Mengenyangkan
Di sisi lain, bagi warga Betawi, kue dodol bukan sekadar kudapan biasa. Namun, makanan yang mempersatukan persaudaraan. Sebagai gambaran, dalam pembuatan kue ini, diperlukan tenaga kerja lebih dari lima orang. Dua orang bertugas sebagai pengaduk. Dua orang lainnya sebagai pemeras kelapa. Satu orang bertugas mengupas kelapa. Sisanya bertanggungjawab mengemas dodol.
Seringnya, para pekerja ini melibatkan saudara atau kerabat dan tetangga. Jarang sekali pembuat dodol mempekerjakan orang lain. Jadi, ketika dodol ini dibuat, saudara jauh atau dekat berkumpul untuk bersama-sama membuat kue ini. Alhasil, ada kebersamaan dan kehangatan yang terjalin di dalamnya.
Satu hal yang bikin saya heran, para pembuat dodol ini, termasuk orang tua saya, relatif tidak perhitungan dengan para pekerjanya. Mereka tidak membatasi soal makanan kepada para pekerja. Mereka bebas makan sepuasnya. Terbayang kan, bagaimana laparnya para pekerja itu, setelah seharian mengaduk-ngaduk dodol. Nasi sebakul pun habis oleh mereka.
Saya pernah bertanya ke orang tua, kenapa tidak diatur saja mereka makannya. Biar hemat. Orang tua saya hanya menjawab, usaha ini enggak sekedar cari uang, tetapi juga bantu saudara-saudara kita.
Baca juga: 5 Tradisi Unik Perayaan Tahun Baru di Sejumlah Negara, Ada Badendang Rotang di Maluku
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Dalam khazanah kuliner Nusantara, dodol betawi masuk dalam rumpun makanan ringan yang dibuat dari bahan dasar berupa ketan, dicampur dengan pemanis seperti gula merah atau putih. Camilan sejenis dapat kita jumpai di beberapa daerah, dengan beragam nama seperti dodol garut, dodol cina, jenang, dan lempok.
Baca juga: Resep Gado-Gado Khas Betawi, Kuliner yang Diciptakan Masyarakat Portugis
Di dalam kuliner Betawi, kue ini terbilang istimewa, karena hanya disajikan pada momen-momen tertentu. Terutama saat Ramadan, lebaran dan momen hajatan. Jarang sekali ditemukan, masyarakat Betawi membuat dodol pada hari-hari biasa. Untuk menikmatinya, biasa disandingkan dengan kopi hitam. Jika dodol sudah mengeras, bisa digoreng layaknya goreng pisang.
Sayang, sejauh ini belum ada catatan sejarah atau legenda mengenai asal-usul kue ini. Hanya, dahulu kue ini identik dengan makanan orang kaya atau gedongan. Mengingat pembuatannya membutuhkan modal dan tenaga besar. Sekarang, kue ini dapat dinikmati berbagai kalangan. Sebab, mulai banyak diproduksi, dijual satuan dengan harga ekonomis.
Walau bahannya sederhana, hanya terdiri atas ketan, gula merah, dan santan, tetapi pembuatan dodol ini cukup rumit. Butuh waktu yang tidak sebentar. Kemudian, diperlukan keterampilan khusus dalam mengolahnya. Oleh sebab itu, enggak berlebihan jika kue ini berada di level atas piramida kue khas Betawi. Setidaknya, ada beberapa hal yang mendasarinya.
Baca juga: Resep Putu Mayang, Kue Tradisional Khas Betawi yang Manis & Wangi
Pertama, pembuatan kue ini membutuhkan peralatan khusus, yaitu wajan atau kuali dodol. Kuali berbahan tembaga ini berukuran lebih besar, jika dibandingkan dengan wajan memasak pada umumnya. Adapun, harganya mencapai jutaan rupiah.
(Sumber foto: Bisnis)
Ketiga, pengerjaan dodol ini membutuhkan waktu lama dan tenaga ekstra. Proses pemasakan dodol Betawi memakan waktu hampir sehari. Dimulai dari pagi-pagi buta hingga sore hari. Selama proses ini, dodol harus terus diaduk agar tidak hangus. Dari bahan yang encer hingga mengeras.
Bila melihat proses pembuatannya yang rumit ini, tidak berlebihan jika kue tersebut layak berada di level atas kue kue Betawi.
Baca juga: Resep Kue Lapis Legit yang Manis dan Mengenyangkan
Di sisi lain, bagi warga Betawi, kue dodol bukan sekadar kudapan biasa. Namun, makanan yang mempersatukan persaudaraan. Sebagai gambaran, dalam pembuatan kue ini, diperlukan tenaga kerja lebih dari lima orang. Dua orang bertugas sebagai pengaduk. Dua orang lainnya sebagai pemeras kelapa. Satu orang bertugas mengupas kelapa. Sisanya bertanggungjawab mengemas dodol.
(Sumber foto: Bisnis)
Satu hal yang bikin saya heran, para pembuat dodol ini, termasuk orang tua saya, relatif tidak perhitungan dengan para pekerjanya. Mereka tidak membatasi soal makanan kepada para pekerja. Mereka bebas makan sepuasnya. Terbayang kan, bagaimana laparnya para pekerja itu, setelah seharian mengaduk-ngaduk dodol. Nasi sebakul pun habis oleh mereka.
Saya pernah bertanya ke orang tua, kenapa tidak diatur saja mereka makannya. Biar hemat. Orang tua saya hanya menjawab, usaha ini enggak sekedar cari uang, tetapi juga bantu saudara-saudara kita.
Baca juga: 5 Tradisi Unik Perayaan Tahun Baru di Sejumlah Negara, Ada Badendang Rotang di Maluku
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.