AI Mengancam Fotografi? Simak Jawaban Fotografer Senior Oscar Motuloh
12 April 2023 |
18:00 WIB
Perkembangan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan sudah sangat pesat. Beberapa pekerjaan berhasil digantikan oleh AI. Namun, AI dinilai belum mampu menggantikan sepenuhnya beberapa pekerjaan. Salah satunya fotografi.
Fotografer senior Oscar Motuloh mengatakan, kecerdasan buatan dapat merekayasa sejumlah hal dan mungkin saja memiliki perasaan, seperti dalam film karya Sutradara Steven Spielberg berjudul Artificial Intelligence (AI). Namun, AI berbeda jika dibandingkan dengan individu nyata.
Baca juga: Mahir Melukis Memanfaatkan Kecerdasan Buatan dengan Dall-E
Namun, dia menilai bahwa foto jurnalistik belum terpengaruh dengan kecerdasan buatan. Menurutnya, AI berguna untuk kepentingan lain, tetapi tidak untuk fotografi jurnalistik sebagai perwakilan dari kebenaran.Oscar melihat bahwa hanya fotografer yang bisa memotret kisah sesungguhnya.
“Sebagai rekaman dari atmosfer keadaan yang dipotret,” katanya dalam sebuah kuliah yang juga disiarkan secara daring di Youtube.
Dia menuturkan, segala sesuatu yang ada di dalam gambar dalam fotografi jurnalistik mewakili tentang keadaan yang sesungguhnya. Jadi, tidak ada yang ditambah atau dikurangi terkait dengan objek yang ada di dalam gambar.
Menurutnya, bisnis industri jurnalistik adalah tentang kepercayaan. Jadi, kondisi itu harus dipupuk dan dijaga agar kaidah-kaidahnya tidak pernah berubah. “Anda memotret Mike Tyson dari belakang. Kalau koran nasional bilang itu Mike Tyson dari belakang, kita percaya. Tapi kalau koran kuning yang berbicara, itu kita tidak percaya karena bisnis jurnalistik, industrinya ada dalam kepercayaan,” katanya.
Meskipun begitu, kecerdasan buatan dapat menjadi peluang bagi individu yang melakukan cara kerja jurnalistik jika berupa kegiatan yang positif. Menurutnya, AI adalah sebuah penemuan zaman yang tidak dapat dihindari. “Kapan dia harus jadi peluang? Selalu dibutuhkan bahwa otak kecil kita selalu harus ada isinya,” ujarnya.
Artificial intelligence juga telah membuat sejumlah pihak meradang. Salah satunya adalah agensi terbesar fotografi Getty Images lantaran karya yang ada di dalamnya kerap digunakan, meskipun sudah menggunakan disclaimer. Kondisi tersebut kian sulit menentukan siapa pemilik karya fotografi lantaran copyright sudah mengalami perubahan kepemilikan menjadi kecerdasan buatan.
Pada saat ini, sudah cukup banyak media menggunakan credit dalam penggunaannya agar masyarakat pembaca tidak terjebak dalam polemik tentang copyright tersebut. “AI satu benda yang cukup menakutkan,” katanya.
Terkait dengan kecerdasan buatan ini, dia menuturkan platform penyedia foto tersebut pernah berkomentar bahwa pengembangan artificial intelligence sebaiknya tidak diteruskan.
Dalam catatan Hypeabis.id, Getty Images pernah disebutkan melarang unggahan dan penjualan gambar ilustrasi yang dihasilkan lewat penggunaan alat seni artificial intelligence (AI) seperti DALL-E, Midjourney, dan Stable Diffusion.
Dikutip dari The Verge, CEO Getty Images Craig Peters mengatakan kepada The Verge bahwa ada kekhawatiran yang berhubungan dengan hak cipta dari karya-karya yang dihasilkan dengan menggunakan alat kecerdasan buatan.
Kondisi ini berpotensi membuat para pengguna Getty Images mendapatkan tuntutan hukum dengan menjual karya seni atau ilustrasi yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan.“Kami bersikap pro-aktif untuk kepentingan pelanggan kami,” katanya.
Peters menambahkan bahwa konten yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan di Getty Images sangat terbatas, dan menolak untuk mengatakan apakah perusahaan telah menerima gugatan hukum atas penjualan konten yang dihasilkan dengan menggunakan kecerdasan buatan tersebut.
Dia mengulangi bahwa perusahaan memperkenalkan kebijakan larangan untuk menghindari risiko terhadap reputasi, merek, dan keuntungan pelanggan. Pelarangan ini membuat daftar platform yang menerapkan aturan tersebut jadi bertambah. Sebelumnya, platform seperti Newgrounds, PurplePort, dan FurAffinity juga telah melakukan pelarangan serupa.
Baca juga: Ini Alasan Kenapa Kecerdasan Buatan Bisa Digunakan untuk Pengembangan Bisnis
Editor: Dika Irawan
Fotografer senior Oscar Motuloh mengatakan, kecerdasan buatan dapat merekayasa sejumlah hal dan mungkin saja memiliki perasaan, seperti dalam film karya Sutradara Steven Spielberg berjudul Artificial Intelligence (AI). Namun, AI berbeda jika dibandingkan dengan individu nyata.
Baca juga: Mahir Melukis Memanfaatkan Kecerdasan Buatan dengan Dall-E
Namun, dia menilai bahwa foto jurnalistik belum terpengaruh dengan kecerdasan buatan. Menurutnya, AI berguna untuk kepentingan lain, tetapi tidak untuk fotografi jurnalistik sebagai perwakilan dari kebenaran.Oscar melihat bahwa hanya fotografer yang bisa memotret kisah sesungguhnya.
“Sebagai rekaman dari atmosfer keadaan yang dipotret,” katanya dalam sebuah kuliah yang juga disiarkan secara daring di Youtube.
Dia menuturkan, segala sesuatu yang ada di dalam gambar dalam fotografi jurnalistik mewakili tentang keadaan yang sesungguhnya. Jadi, tidak ada yang ditambah atau dikurangi terkait dengan objek yang ada di dalam gambar.
Menurutnya, bisnis industri jurnalistik adalah tentang kepercayaan. Jadi, kondisi itu harus dipupuk dan dijaga agar kaidah-kaidahnya tidak pernah berubah. “Anda memotret Mike Tyson dari belakang. Kalau koran nasional bilang itu Mike Tyson dari belakang, kita percaya. Tapi kalau koran kuning yang berbicara, itu kita tidak percaya karena bisnis jurnalistik, industrinya ada dalam kepercayaan,” katanya.
Meskipun begitu, kecerdasan buatan dapat menjadi peluang bagi individu yang melakukan cara kerja jurnalistik jika berupa kegiatan yang positif. Menurutnya, AI adalah sebuah penemuan zaman yang tidak dapat dihindari. “Kapan dia harus jadi peluang? Selalu dibutuhkan bahwa otak kecil kita selalu harus ada isinya,” ujarnya.
Artificial intelligence juga telah membuat sejumlah pihak meradang. Salah satunya adalah agensi terbesar fotografi Getty Images lantaran karya yang ada di dalamnya kerap digunakan, meskipun sudah menggunakan disclaimer. Kondisi tersebut kian sulit menentukan siapa pemilik karya fotografi lantaran copyright sudah mengalami perubahan kepemilikan menjadi kecerdasan buatan.
Pada saat ini, sudah cukup banyak media menggunakan credit dalam penggunaannya agar masyarakat pembaca tidak terjebak dalam polemik tentang copyright tersebut. “AI satu benda yang cukup menakutkan,” katanya.
Terkait dengan kecerdasan buatan ini, dia menuturkan platform penyedia foto tersebut pernah berkomentar bahwa pengembangan artificial intelligence sebaiknya tidak diteruskan.
Dalam catatan Hypeabis.id, Getty Images pernah disebutkan melarang unggahan dan penjualan gambar ilustrasi yang dihasilkan lewat penggunaan alat seni artificial intelligence (AI) seperti DALL-E, Midjourney, dan Stable Diffusion.
Dikutip dari The Verge, CEO Getty Images Craig Peters mengatakan kepada The Verge bahwa ada kekhawatiran yang berhubungan dengan hak cipta dari karya-karya yang dihasilkan dengan menggunakan alat kecerdasan buatan.
Kondisi ini berpotensi membuat para pengguna Getty Images mendapatkan tuntutan hukum dengan menjual karya seni atau ilustrasi yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan.“Kami bersikap pro-aktif untuk kepentingan pelanggan kami,” katanya.
Peters menambahkan bahwa konten yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan di Getty Images sangat terbatas, dan menolak untuk mengatakan apakah perusahaan telah menerima gugatan hukum atas penjualan konten yang dihasilkan dengan menggunakan kecerdasan buatan tersebut.
Dia mengulangi bahwa perusahaan memperkenalkan kebijakan larangan untuk menghindari risiko terhadap reputasi, merek, dan keuntungan pelanggan. Pelarangan ini membuat daftar platform yang menerapkan aturan tersebut jadi bertambah. Sebelumnya, platform seperti Newgrounds, PurplePort, dan FurAffinity juga telah melakukan pelarangan serupa.
Baca juga: Ini Alasan Kenapa Kecerdasan Buatan Bisa Digunakan untuk Pengembangan Bisnis
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.