Dampak dan Tampilan Gerhana Matahari Hibrida, Bakal Lintasi Langit Indonesia 20 April 2023
12 April 2023 |
10:53 WIB
1
Like
Like
Like
Gerhana matahari hibrida diperkirakan menyambangi langit Indonesia jelang akhir Ramadan 2023. Fenomena langka itu akan terjadi pada 20 April. Menariknya, gerhana ini merupakan salah satu kejadian yang jarang terjadi di antara gerhana matahari umum seperti gerhana matahari total, gerhana matahari sebagian, dan gerhana matahari anular.
Dilansir dari situs Space, gerhana matahari hibrida ini hanya terjadi beberapa kali saja dalam satu abad. Diperkirakan, jenis gerhana ini hanya berlangsung satu kali saja setiap satu dekade. Bisa dikatakan, gerhana matahari hibrida merupakan kombinasi dari tiga jenis gerhana matahari tersebut. Itu pula yang menjelaskan mengapa gerhana matahari ini disebut hibrida.
Gerhana matahari hibrida merupakan fenomena gabungan dari gerhana matahari anular dan gerhana matahari total. Ini menyebabkan fenomena gerhana matahari jenis hibrida mendapat pengalaman yang berbeda di berbagai titik di negara-negara yang dapat melihatnya. Pengalaman melihat gerhana matahari yang berbeda ini bisa saja bergantung pada waktu lintasan gerhananya.
Baca juga: 5 Fakta Menarik Gerhana Matahari Hibrida yang akan Terjadi di Indonesia April 2023
Suhu udara akan lebih rendah dari biasanya hanya untuk waktu singkat. Bumi akan gelap seketika dalam waktu tertentu. Gerhana matahari juga berpotensi merusak penglihatan sehingga NASA tidak menyarankan melihat fenomena ini dengan mata telanjang.
Telah dipastikan jika gerhana matahari hibrida ini akan tumbuh di belahan bumi sebelah selatan. Tahun ini, gerhana matahari hibrida bisa dilihat di wilayah Pasifik dan Samudra Hindia, mulai dari Semenanjung Exmouth di Australia Barat, Timor Leste, dan Papua Barat.
Waktu terlama untuk menyaksikan gerhana matahari hibrida ini berada di Timor leste dengan waktu 1 menit 14 detik. Sementara Papua Barat bisa melihat fenomena astronomi ini dengan waktu 1 menit 9 detik, dan Australia Barat hanya 1 menit saja.
Ketiga wilayah ini mungkin memiliki pengalaman yang berbeda saat menyaksikannya. Misalnya, gerhana matahari hibrida yang terjadi saat matahari terbit atau terbenam mungkin terlihat seperti sebuah cincin api dalam waktu singkat. Sementara bagi daerah yang terlintasi gerhana ini di tengah siang mungkin melihatnya sebagai gerhana total. Kejadian ini langsung terjadi dalam satu waktu, sehingga pengamat pun harus memilih satu di antaranya untuk pengamatan.
Dengan demikian, warga Indonesia bisa melihat fenomena ini secara eksklusif dan jelas di Papua Barat. Penikmat gerhana matahari sebaiknya tak ketinggalan menikmati yang jarang terjadi ini. Space melaporkan hanya ada 7 dari 224 gerhana matahari yang merupakan jenis hibrida selama abad-21.
Terakhir, gerhana matahari hibrida terjadi pada 3 November 2013, tepat 10 tahun yang lalu. Gerhana jenis ini akan kembali hadir pada 2031. Alasan mengapa gerhana matahari hibrida terbilang langka karena jarak Bulan dan Matahari ke Bumi harus pada posisi yang tepat.
Badan Antariksa NASA menjelaskan, terkadang gerhana ini dapat bergeser antara jenis anular dan total saat bayangan Bulan melintasi dunia. Ini juga yang menyebabkan banyak pengamat menyebut hibrida sebagai gerhana anular total.
Oleh karena itu pula, tampilan gerhana dapat terlihat berbeda-beda terpengaruh dari kelengkungan bumi yang menandai posisi pengamatnya. Gerhana jenis ini terjadi saat bumi bergerak melalui area pertemuan umbra Bulan dengan antumbra. Umbra Bulan dijelaskan sebagai bagian tengah bayangan gelap, sementara antumbra merupakan setengah bayangan yang dimulai saat proses umbra berakhir.
Baca juga: Gerhana Matahari, Ini Saran dari NASA Untuk Melihatnya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Dilansir dari situs Space, gerhana matahari hibrida ini hanya terjadi beberapa kali saja dalam satu abad. Diperkirakan, jenis gerhana ini hanya berlangsung satu kali saja setiap satu dekade. Bisa dikatakan, gerhana matahari hibrida merupakan kombinasi dari tiga jenis gerhana matahari tersebut. Itu pula yang menjelaskan mengapa gerhana matahari ini disebut hibrida.
Gerhana matahari hibrida merupakan fenomena gabungan dari gerhana matahari anular dan gerhana matahari total. Ini menyebabkan fenomena gerhana matahari jenis hibrida mendapat pengalaman yang berbeda di berbagai titik di negara-negara yang dapat melihatnya. Pengalaman melihat gerhana matahari yang berbeda ini bisa saja bergantung pada waktu lintasan gerhananya.
Baca juga: 5 Fakta Menarik Gerhana Matahari Hibrida yang akan Terjadi di Indonesia April 2023
Suhu udara akan lebih rendah dari biasanya hanya untuk waktu singkat. Bumi akan gelap seketika dalam waktu tertentu. Gerhana matahari juga berpotensi merusak penglihatan sehingga NASA tidak menyarankan melihat fenomena ini dengan mata telanjang.
Telah dipastikan jika gerhana matahari hibrida ini akan tumbuh di belahan bumi sebelah selatan. Tahun ini, gerhana matahari hibrida bisa dilihat di wilayah Pasifik dan Samudra Hindia, mulai dari Semenanjung Exmouth di Australia Barat, Timor Leste, dan Papua Barat.
Waktu terlama untuk menyaksikan gerhana matahari hibrida ini berada di Timor leste dengan waktu 1 menit 14 detik. Sementara Papua Barat bisa melihat fenomena astronomi ini dengan waktu 1 menit 9 detik, dan Australia Barat hanya 1 menit saja.
Ketiga wilayah ini mungkin memiliki pengalaman yang berbeda saat menyaksikannya. Misalnya, gerhana matahari hibrida yang terjadi saat matahari terbit atau terbenam mungkin terlihat seperti sebuah cincin api dalam waktu singkat. Sementara bagi daerah yang terlintasi gerhana ini di tengah siang mungkin melihatnya sebagai gerhana total. Kejadian ini langsung terjadi dalam satu waktu, sehingga pengamat pun harus memilih satu di antaranya untuk pengamatan.
Dengan demikian, warga Indonesia bisa melihat fenomena ini secara eksklusif dan jelas di Papua Barat. Penikmat gerhana matahari sebaiknya tak ketinggalan menikmati yang jarang terjadi ini. Space melaporkan hanya ada 7 dari 224 gerhana matahari yang merupakan jenis hibrida selama abad-21.
Terakhir, gerhana matahari hibrida terjadi pada 3 November 2013, tepat 10 tahun yang lalu. Gerhana jenis ini akan kembali hadir pada 2031. Alasan mengapa gerhana matahari hibrida terbilang langka karena jarak Bulan dan Matahari ke Bumi harus pada posisi yang tepat.
Badan Antariksa NASA menjelaskan, terkadang gerhana ini dapat bergeser antara jenis anular dan total saat bayangan Bulan melintasi dunia. Ini juga yang menyebabkan banyak pengamat menyebut hibrida sebagai gerhana anular total.
Oleh karena itu pula, tampilan gerhana dapat terlihat berbeda-beda terpengaruh dari kelengkungan bumi yang menandai posisi pengamatnya. Gerhana jenis ini terjadi saat bumi bergerak melalui area pertemuan umbra Bulan dengan antumbra. Umbra Bulan dijelaskan sebagai bagian tengah bayangan gelap, sementara antumbra merupakan setengah bayangan yang dimulai saat proses umbra berakhir.
Baca juga: Gerhana Matahari, Ini Saran dari NASA Untuk Melihatnya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.