Peminat Jasa Ekspedisi Diprediksi Meningkat Jelang Lebaran 2023, Ini Penyebabnya
03 April 2023 |
22:47 WIB
Ramadan ini diperkirakan penggunaan jasa ekspedisi atau pengiriman barang akan melonjak, terutama jelang lebaran. Hal tersebut lantaran masyarakat Indonesia punya tradisi berkirim hampers atau parcel untuk sanak saudara di kampung halaman.
Bingkisan tersebut biasanya berisi aneka kue kering, minuman, hingga peralatan ibadah. Berdasarkan survei JakPat menunjukkan bahwa sebanyak 83,7 persen responden mengirim hampers Lebaran untuk keluarga. Sebanyak 58 persen responden mengirim hampers ke teman dekat atau sahabat.
Adapun sebanyak 24,4 persen responden mengirim hampers untuk rekan kerja dan 18,2 persen responden untuk klien atau rekan bisnis. Sementara 10,1 responden mengirim ke atasan di kantor dan 0,8 persen responden mengirimnya untuk kekasih mereka.
Baca juga: Peluang Bisnis dan Syarat Kemitraan Jasa Kurir Pos Indonesia, J&T dan Lion Parcel
Bhima Yudhistira, pengamat ekonomi memaparkan bahwa penggunaan jasa ekspedisi proyeksinya akan naik sampai 45 persen dibandingkan Lebaran 2022 lalu. Hal ini lantaran hampir tidak adanya pembatasan operasional angkutan barang di masa Lebaran seperti tahun-tahun sebelumnya.
“Pemudik juga membutuhkan jasa ekspedisi baik untuk pengiriman parcel atau motor ke kampung halamannya,” kata Bhima.
Dia juga menambahkan, Lebaran tahun ini jumlah pemudik diperkirakan akan meningkat, bisa di lihat dari tingginya penjualan tiket transportasi jarak jauh seperti kereta api. Berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan, diprediksi akan ada sekitar 123,8 juta pergerakan orang selama arus mudik Lebaran 2023 ini.
Jumlah tersebut naik sebesar 14,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Bhima memaparkan, meningkatnya jumlah pemudik ke kampung halaman berkaitan juga dengan meningkatnya minat untuk berjunjung ke tempat wisata selama musim lebaran.
“itu ada korelasinya dengan tingginya volume pengiriman oleh-oleh dari tempat wisata menggunakan jasa ekspedisi,” ujarnya.
Meski begitu, para pelaku bisnis ekspedisi juga akan menghadapi tantangan di masa Lebaran ini. Lantaran tren belanja online sedikit menurun peminatnya. Di masa pandemi tahun lalu tren belanja online meningkat, apalagi dengan adanya diskon menarik di platform e-commerce, yang mendorong kebutuhan jasa ekspedisi.
Namun dengan pandemi yang sudah mulai berakhir, masyarakat lebih suka belanja di toko fisik. Apalagi sekarang pusat perbelanjaan sudah dibuka untuk umum. Meski begitu pelaku bisnis ekspedisi tetap ada peminatnya.
“Ekspedisi yang sifatnya kargo dan volumenya besar untuk kebutuhan ritel, itu permintaannya tetap tinggi, yang berkurang mungkin hanya logistik parcel,” kata Bhima.
Adapun dari sisi kenaikan harga BBM tahun lalu yang dampaknya masih dirasakan sampai sekarang. Perusahaan jasa ekspedisi pun mengalami kenaikan beban operasional, terutama untuk Last mile delivery atau pengiriman paket dari gudang ke rumah-rumah.
Akibat naiknya harga BBM, Bhima memperkirakan adanya perang tarif namun ralatif kecil. Perang tarif mungkin hanya terjadi di platform e-commerce karena dipengaruhi promo dan diskon yang membuat konsumen lebih selektif memilih tarif pengiriman paling murah.
“Di luar e-commerce sepertinya tidak terjadi perang tarif karena antara permintaan konsumen dan jumlah perusahaan ekspedisi belum sebanding,” ujar Bhima.
Editor: Dika Irawan
Bingkisan tersebut biasanya berisi aneka kue kering, minuman, hingga peralatan ibadah. Berdasarkan survei JakPat menunjukkan bahwa sebanyak 83,7 persen responden mengirim hampers Lebaran untuk keluarga. Sebanyak 58 persen responden mengirim hampers ke teman dekat atau sahabat.
Adapun sebanyak 24,4 persen responden mengirim hampers untuk rekan kerja dan 18,2 persen responden untuk klien atau rekan bisnis. Sementara 10,1 responden mengirim ke atasan di kantor dan 0,8 persen responden mengirimnya untuk kekasih mereka.
Baca juga: Peluang Bisnis dan Syarat Kemitraan Jasa Kurir Pos Indonesia, J&T dan Lion Parcel
Bhima Yudhistira, pengamat ekonomi memaparkan bahwa penggunaan jasa ekspedisi proyeksinya akan naik sampai 45 persen dibandingkan Lebaran 2022 lalu. Hal ini lantaran hampir tidak adanya pembatasan operasional angkutan barang di masa Lebaran seperti tahun-tahun sebelumnya.
“Pemudik juga membutuhkan jasa ekspedisi baik untuk pengiriman parcel atau motor ke kampung halamannya,” kata Bhima.
Dia juga menambahkan, Lebaran tahun ini jumlah pemudik diperkirakan akan meningkat, bisa di lihat dari tingginya penjualan tiket transportasi jarak jauh seperti kereta api. Berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan, diprediksi akan ada sekitar 123,8 juta pergerakan orang selama arus mudik Lebaran 2023 ini.
Jumlah tersebut naik sebesar 14,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Bhima memaparkan, meningkatnya jumlah pemudik ke kampung halaman berkaitan juga dengan meningkatnya minat untuk berjunjung ke tempat wisata selama musim lebaran.
“itu ada korelasinya dengan tingginya volume pengiriman oleh-oleh dari tempat wisata menggunakan jasa ekspedisi,” ujarnya.
Meski begitu, para pelaku bisnis ekspedisi juga akan menghadapi tantangan di masa Lebaran ini. Lantaran tren belanja online sedikit menurun peminatnya. Di masa pandemi tahun lalu tren belanja online meningkat, apalagi dengan adanya diskon menarik di platform e-commerce, yang mendorong kebutuhan jasa ekspedisi.
Namun dengan pandemi yang sudah mulai berakhir, masyarakat lebih suka belanja di toko fisik. Apalagi sekarang pusat perbelanjaan sudah dibuka untuk umum. Meski begitu pelaku bisnis ekspedisi tetap ada peminatnya.
“Ekspedisi yang sifatnya kargo dan volumenya besar untuk kebutuhan ritel, itu permintaannya tetap tinggi, yang berkurang mungkin hanya logistik parcel,” kata Bhima.
Adapun dari sisi kenaikan harga BBM tahun lalu yang dampaknya masih dirasakan sampai sekarang. Perusahaan jasa ekspedisi pun mengalami kenaikan beban operasional, terutama untuk Last mile delivery atau pengiriman paket dari gudang ke rumah-rumah.
Akibat naiknya harga BBM, Bhima memperkirakan adanya perang tarif namun ralatif kecil. Perang tarif mungkin hanya terjadi di platform e-commerce karena dipengaruhi promo dan diskon yang membuat konsumen lebih selektif memilih tarif pengiriman paling murah.
“Di luar e-commerce sepertinya tidak terjadi perang tarif karena antara permintaan konsumen dan jumlah perusahaan ekspedisi belum sebanding,” ujar Bhima.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.