Tip Membuat Konten Story Telling dari Raditya Dika Untuk Dongkrak Penjualan
23 March 2023 |
16:33 WIB
Ramadan memang menjadi salah satu momen yang ditunggu-tunggu oleh para pelaku usaha termasuk UMKM. Pasalnya selama Ramadan, konsumsi masyarakat biasanya mengalami peningkatan. Tren belanja pada tahun ini pun berpotensi melonjak seiring dengan tidak adanya lagi pembatasan sosial di masyarakat.
Hal ini sejalan dengan survey dari The Trade Desk dan YouGov yang menunjukkan sebanyak 88 persen masyarakat Indonesia berencana berbelanja online pada Ramadan tahun ini guna memenuhi kebutuhan selama Ramadan dan Lebaran.
Riset Mandiri institute menunjukkan bahwa puncak belanja pada periode Ramadan pada 2022 lebih tinggi 31 persen dibandingkan dengan puncak belanja di Ramadan tahun sebelumnya.
“Saya optimistis pada tahun ini [penjualan di bulan Ramadan] lebih meningkat dari tahun sebelumnya, karena telah dicabutnya PPKM, dan mobilitas masyarakat untuk Idulfitri yang lebih mudah,” ucap Menparekraf Sandiaga Uno dalam acara Ruang Belajar GoSend beberapa waktu lalu.
Head of Revenue Transportation & Logistic Gojek Steven Halim mengatakan untuk menangkap momen pada bulan Ramadan dan Lebaran, para pelaku usaha perlu mempersiapkan diri sehingga bisnisnya dapat ikut terdongkrak.
Untuk itu, pihaknya menghadirkan Ruang Belajar GoSend sebagai kegiatan bagi para pelaku UMKM untuk menggali strategi bisnis yang dilakukan ketika menyambut Ramadan.
Misalnya, dengan menyesuaikan produk, konten, sosmed, sampai dengan jasa online delivery service yang dapat membantu peningkatan penjualan.
Raditya Dika, entrepreneur yang juga seorang content creator mengatakan untuk dapat meningkatkan penjualan atau mendorong seseorang untuk membeli produk yang dimiliki, para seller tidak cukup hanya menjual fitur atau keunggulan produknya semata.
“Kalau cuma jualan fitur, semua orang juga sama jualan fitur tapi kita harus menunjukkan sesuatu yang berbeda sehingga dari sekian banyak penjual orang akan lebih tertarik membeli produk kita,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam Ruang Belajar GoSend.
Salah satu caranya adalah membuat konten dengan mengangkat sisi story telling yang kuat sehingga ada keunikan yang dihadirkan oleh brand tersebut yang membuatnya unggul dibandingkan dengan brand lainnya.
Terlebih berdasarkan riset dari Meta, 65 persen konsumen akan menghabiskan waktu untuk menonton video selama Ramadan dan lebaran sehingga brand harus melihat fenomena ini untuk meningkatkan brand awareness kepada konsumen dengan membuat konten yang menarik melalui cerita yang menggugah.
“Konten dengan story telling yang kuat dapat mendorong tingkat brand awareness maupun consideration seseorang untuk membeli sebuah produk atau brand,” ucapnya.
Ada berbagai macam jenis story telling yang bisa diangkat mulai dari story telling mengenai brand itu sendiri atau cerita dari sang founder. Misalnya ada seseorang yang membuat makanan sehat karena anaknya terkena penyakit langka, kemudian dia berpikir bahwa di luar sana juga ada anak-anak lainnya yang tidak bisa mengonsumsi makanan secara asal-asalan sehingga dia pun menjual produk ini untuk membantu anak-anak lainnya yang ingin mendapatkan makanan sehat.
“Ada story menyentuh yang diangkat yang memang berangkat dari ketulusan sehingga ini akan sampai ke konsumen,” tuturnya.
Selain itu ada juga story telling yang bisa diangkat dari kondisi atau event tertentu. Serta story telling dari pengalaman yang menarik dari konsumen sehingga ketika membuat cerita maka proses penjualannya pun tidak terlalu kaku.
“Namun saat membuat cerita gunakan bahasa yang relevan sehingga sesuai dengan pangsa pasar yang dituju. Manfaatkan bulan Ramadan ini untuk membuat story telling yang menarik untuk menjual produk kita agar memberi kesan bagi konsumen,” ucapnya.
Editor: Indyah Sutriningrum
Hal ini sejalan dengan survey dari The Trade Desk dan YouGov yang menunjukkan sebanyak 88 persen masyarakat Indonesia berencana berbelanja online pada Ramadan tahun ini guna memenuhi kebutuhan selama Ramadan dan Lebaran.
Riset Mandiri institute menunjukkan bahwa puncak belanja pada periode Ramadan pada 2022 lebih tinggi 31 persen dibandingkan dengan puncak belanja di Ramadan tahun sebelumnya.
“Saya optimistis pada tahun ini [penjualan di bulan Ramadan] lebih meningkat dari tahun sebelumnya, karena telah dicabutnya PPKM, dan mobilitas masyarakat untuk Idulfitri yang lebih mudah,” ucap Menparekraf Sandiaga Uno dalam acara Ruang Belajar GoSend beberapa waktu lalu.
Head of Revenue Transportation & Logistic Gojek Steven Halim mengatakan untuk menangkap momen pada bulan Ramadan dan Lebaran, para pelaku usaha perlu mempersiapkan diri sehingga bisnisnya dapat ikut terdongkrak.
Untuk itu, pihaknya menghadirkan Ruang Belajar GoSend sebagai kegiatan bagi para pelaku UMKM untuk menggali strategi bisnis yang dilakukan ketika menyambut Ramadan.
Misalnya, dengan menyesuaikan produk, konten, sosmed, sampai dengan jasa online delivery service yang dapat membantu peningkatan penjualan.
Raditya Dika, entrepreneur yang juga seorang content creator mengatakan untuk dapat meningkatkan penjualan atau mendorong seseorang untuk membeli produk yang dimiliki, para seller tidak cukup hanya menjual fitur atau keunggulan produknya semata.
“Kalau cuma jualan fitur, semua orang juga sama jualan fitur tapi kita harus menunjukkan sesuatu yang berbeda sehingga dari sekian banyak penjual orang akan lebih tertarik membeli produk kita,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam Ruang Belajar GoSend.
Salah satu caranya adalah membuat konten dengan mengangkat sisi story telling yang kuat sehingga ada keunikan yang dihadirkan oleh brand tersebut yang membuatnya unggul dibandingkan dengan brand lainnya.
Terlebih berdasarkan riset dari Meta, 65 persen konsumen akan menghabiskan waktu untuk menonton video selama Ramadan dan lebaran sehingga brand harus melihat fenomena ini untuk meningkatkan brand awareness kepada konsumen dengan membuat konten yang menarik melalui cerita yang menggugah.
“Konten dengan story telling yang kuat dapat mendorong tingkat brand awareness maupun consideration seseorang untuk membeli sebuah produk atau brand,” ucapnya.
Ada berbagai macam jenis story telling yang bisa diangkat mulai dari story telling mengenai brand itu sendiri atau cerita dari sang founder. Misalnya ada seseorang yang membuat makanan sehat karena anaknya terkena penyakit langka, kemudian dia berpikir bahwa di luar sana juga ada anak-anak lainnya yang tidak bisa mengonsumsi makanan secara asal-asalan sehingga dia pun menjual produk ini untuk membantu anak-anak lainnya yang ingin mendapatkan makanan sehat.
“Ada story menyentuh yang diangkat yang memang berangkat dari ketulusan sehingga ini akan sampai ke konsumen,” tuturnya.
Selain itu ada juga story telling yang bisa diangkat dari kondisi atau event tertentu. Serta story telling dari pengalaman yang menarik dari konsumen sehingga ketika membuat cerita maka proses penjualannya pun tidak terlalu kaku.
“Namun saat membuat cerita gunakan bahasa yang relevan sehingga sesuai dengan pangsa pasar yang dituju. Manfaatkan bulan Ramadan ini untuk membuat story telling yang menarik untuk menjual produk kita agar memberi kesan bagi konsumen,” ucapnya.
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.