Gara-gara ini, Anak Muda Berisiko Osteoporosis Dini
22 March 2023 |
16:30 WIB
Osteoporosis selama ini identik dengan penyakit yang diderita oleh orang berusia lanjut. Seiring dengan bertambahnya umur, pengeroposan tulang memang lazim terjadi sehingga lansia lebih rawan terkena osteoporosis. Namun, bukan berarti anak muda tidak bisa mengalaminya lebih dini.
Osteoporosis merupakan kondisi yang membuat kepadatan tulang seseorang berkurang. Menurut Ahli Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RS Cipto Mangunkusumo Tirza Z Tamin, penyakit tersebut akan membuat kekuatan tulang seseorang menurun drastis dan menjadi rawan patah.
Baca juga: Jangan Mager Ya, 1 dari 3 Orang Dewasa Berpotensi Terkena Osteoporosis saat Lansia
Secara umum, osteoporosis terbagi menjadi dua kelompok. Pertama adalah osteoporosis primer. Jenis ini umumnya terjadi pada orang yang sudah berusia lanjut. Faktor usia atau penuaan merupakan penyebab utama seseorang terkena osteoporosis.
Kedua, adalah osteoporosis sekunder. Jenis ini yang membuat osteoporosis bisa mengenai anak muda. Sebab, penyebab sakitnya bukan karena faktor usia. Tirza menjelaskan beberapa orang mengalami gejala pengeroposan tulang lebih dini karena asupan kalsium yang rendah. Padahal fungsi kalsium memiliki peran penting untuk pembentukan dan menjaga kekuatan tulang.
Kemudian, konsumsi obat-obatan tertentu dengan dosis tinggi juga kerap membuat anak muda terkena osteoporosis sekunder. Misalnya, konsumsi obat kortikosteroid dalam dosis tinggi yang diminum dalam waktu yang lama. Obat tersebut membuat asupan Kalsium berkurang sehingga secara jangka panjang memengaruhi pengeroposan tulang.
Selain itu, kondisi genetik juga cukup berpengaruh membuat penyakit ini datang lebih cepat. Ada beberapa penyakit tertentu, seperti osteogenesis imperfecta, yang dialami sejak kecil dan membuat pengeroposan tulang lebih cepat dari yang seharusnya.
Oleh karena itu, anak muda harus memiliki gaya hidup yang baik karena potensi terkena osteoporosis sejak dini makin mungkin terjadi. Menurut Dokter Tirza, gejala osteoporosis pada usia muda bisa ditandai dengan mudah. Salah satu tanda yang cukup jelas ialah adanya rasa nyeri di bagian tertentu.
“Pada usia muda sering kali merasakan nyeri pada tulang belakang. Hal ini biasanya jadi tanda silent osteoporosis mulai terjadi,” kata dokter Tirza dalam diskusi Usia Bukan Halangan di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Meskipun demikian, tidak semua pengidap osteoporosis akan merasakan nyeri. Terkadang, gejala pengeroposan tulang juga tidak disertai rasa sakit. Namun, satu hal yang pasti adalah pengeroposan tulang pasti menimbulkan perubahan fisik.
Misalnya, postur tubuh yang tadinya tegap, kini jadi lebih membungkuk. Dengan kondisi yang demikian, tinggi badan seseorang pun otomatis akan berkurang. Jika penurunan tinggi badan hingga empat centimeter, seseorang mesti mulai waspada gejala osteoporosis mulai terjadi.
Dokter dari Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) ini menyarankan masyarakat untuk rutin melakukan pengecekan kesehatan tulang secara berkala. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Pertama ialah dengan menggunakan Bone Mineral Density (BMD).
BMD merupakan salah satu metode untuk mengukur kepadatan tulang dengan melihat dan membandingkan hasil pengukurannya dengan ukuran normal. Namun, BMD ini tidak dapat mengukur kekuatan tulang secara lengkap, tetapi sudah cukup mampu memprediksi keutuhan tulang.
Kedua, dengan menggunakan pengecekan One-Minute Osteoporosis Risk Test. Metode ini bisa memprediksi seberapa besar seseorang berisiko terkena pengeroposan tulang. Pasien akan diberi sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan aktivitas fisiknya dan sebagainya. Makin sering seseorang menjawab “ya”, maka kemungkinan pasien termasuk ke dalam kelompok risiko makin besar.
Baca juga: Cegah Osteoporosis Yuk! Simak Cara-Cara Sederhana yang Bisa Diterapkan
Ketiga, dengan FRAX atau fracture risk assessment tool. Tidak jauh berbeda, FRAX juga merupakan alat penghitungan yang bisa mengkalkulasi risiko seseorang terkena osteoporosis. Melalui serangkaian pertanyaan, FRAX bisa mengeluarkan hasil potensi risiko penyakit yang diderita.
Editor: Fajar Sidik
Osteoporosis merupakan kondisi yang membuat kepadatan tulang seseorang berkurang. Menurut Ahli Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RS Cipto Mangunkusumo Tirza Z Tamin, penyakit tersebut akan membuat kekuatan tulang seseorang menurun drastis dan menjadi rawan patah.
Baca juga: Jangan Mager Ya, 1 dari 3 Orang Dewasa Berpotensi Terkena Osteoporosis saat Lansia
Secara umum, osteoporosis terbagi menjadi dua kelompok. Pertama adalah osteoporosis primer. Jenis ini umumnya terjadi pada orang yang sudah berusia lanjut. Faktor usia atau penuaan merupakan penyebab utama seseorang terkena osteoporosis.
Kedua, adalah osteoporosis sekunder. Jenis ini yang membuat osteoporosis bisa mengenai anak muda. Sebab, penyebab sakitnya bukan karena faktor usia. Tirza menjelaskan beberapa orang mengalami gejala pengeroposan tulang lebih dini karena asupan kalsium yang rendah. Padahal fungsi kalsium memiliki peran penting untuk pembentukan dan menjaga kekuatan tulang.
Kemudian, konsumsi obat-obatan tertentu dengan dosis tinggi juga kerap membuat anak muda terkena osteoporosis sekunder. Misalnya, konsumsi obat kortikosteroid dalam dosis tinggi yang diminum dalam waktu yang lama. Obat tersebut membuat asupan Kalsium berkurang sehingga secara jangka panjang memengaruhi pengeroposan tulang.
Selain itu, kondisi genetik juga cukup berpengaruh membuat penyakit ini datang lebih cepat. Ada beberapa penyakit tertentu, seperti osteogenesis imperfecta, yang dialami sejak kecil dan membuat pengeroposan tulang lebih cepat dari yang seharusnya.
Ilustrasi osteoporosis (Sumber gambar: Freepik)
Oleh karena itu, anak muda harus memiliki gaya hidup yang baik karena potensi terkena osteoporosis sejak dini makin mungkin terjadi. Menurut Dokter Tirza, gejala osteoporosis pada usia muda bisa ditandai dengan mudah. Salah satu tanda yang cukup jelas ialah adanya rasa nyeri di bagian tertentu.
“Pada usia muda sering kali merasakan nyeri pada tulang belakang. Hal ini biasanya jadi tanda silent osteoporosis mulai terjadi,” kata dokter Tirza dalam diskusi Usia Bukan Halangan di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Meskipun demikian, tidak semua pengidap osteoporosis akan merasakan nyeri. Terkadang, gejala pengeroposan tulang juga tidak disertai rasa sakit. Namun, satu hal yang pasti adalah pengeroposan tulang pasti menimbulkan perubahan fisik.
Misalnya, postur tubuh yang tadinya tegap, kini jadi lebih membungkuk. Dengan kondisi yang demikian, tinggi badan seseorang pun otomatis akan berkurang. Jika penurunan tinggi badan hingga empat centimeter, seseorang mesti mulai waspada gejala osteoporosis mulai terjadi.
Dokter dari Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) ini menyarankan masyarakat untuk rutin melakukan pengecekan kesehatan tulang secara berkala. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Pertama ialah dengan menggunakan Bone Mineral Density (BMD).
BMD merupakan salah satu metode untuk mengukur kepadatan tulang dengan melihat dan membandingkan hasil pengukurannya dengan ukuran normal. Namun, BMD ini tidak dapat mengukur kekuatan tulang secara lengkap, tetapi sudah cukup mampu memprediksi keutuhan tulang.
Kedua, dengan menggunakan pengecekan One-Minute Osteoporosis Risk Test. Metode ini bisa memprediksi seberapa besar seseorang berisiko terkena pengeroposan tulang. Pasien akan diberi sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan aktivitas fisiknya dan sebagainya. Makin sering seseorang menjawab “ya”, maka kemungkinan pasien termasuk ke dalam kelompok risiko makin besar.
Baca juga: Cegah Osteoporosis Yuk! Simak Cara-Cara Sederhana yang Bisa Diterapkan
Ketiga, dengan FRAX atau fracture risk assessment tool. Tidak jauh berbeda, FRAX juga merupakan alat penghitungan yang bisa mengkalkulasi risiko seseorang terkena osteoporosis. Melalui serangkaian pertanyaan, FRAX bisa mengeluarkan hasil potensi risiko penyakit yang diderita.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.