Warga berswafoto dengan latar instalasi ogoh-ogoh di Terowongan Kendal, Jakarta. (Sumber gambar: Eusebio chrysnamurti/ Hypeabis.id)

Mengenal Ogoh-ogoh: Sejarah dan Fungsinya Saat Hari Raya Nyepi di Bali

21 March 2023   |   16:56 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Like
Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka akan diperingati masyarakat Hindu pada Rabu, 22 Maret 2023. Keunikan dari hari istimewa ini adalah pada malam pengerupukan Nyepi akan ada pawai ratusan Ogoh-ogoh yang diarak keliling kampung dengan iringan gamelan Baleganjur.

Pawai Ogoh-ogoh adalah pertunjukan menakjubkan dari kreativitas dan budaya Bali yang digabungkan menjadi satu. Sebagai perayaan pra-Nyepi, patung Bhuta Kala raksasa ini akan ditampilkan secara seremonial selama Pawai Ngrupuk.

Barulah pada keesokan harinya seluruh umat Hindu akan berhenti beraktivitas di luar rumah. Mereka akan berdiam diri menjalani refleksi, introspeksi, meditasi, dan puasa secara spiritual di kediamannya untuk merayakan Nyepi.

Baca juga: Rekomendasi Ucapan Hari Raya Nyepi dalam Bahasa Indonesia dan Bali


Sejarah & Fungsi Ogoh-ogoh

Ogoh-ogoh merupakan bagian dari ritual umat Hindu jelang perayaan Nyepi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Ogoh-ogoh adalah patung yang terbuat dari bambu, kertas berbentuk raksasa, dan lain lain yang diarak keliling desa pada hari tertentu, biasanya sehari menjelang Nyepi.

Sementara itu, laman pemerintah Kabupaten Buleleng menyebut, Ogoh-ogoh berasal dari kata ogah-ogah dalam bahasa Bali yang bermakna sesuatu yang digoyang-goyangkan. Sebab, masyarakat Banjar yang ikut pawai ini akan mengguncangkan Ogoh-ogoh agar terlihat seperti bergerak dan menari.

Sebagai karya seni, biasanya Ogoh-ogoh dibuat oleh para pemuda banjar selama satu bulan jelang perayaan Nyepi. Patung raksasa ini dibuat menggunakan kertas berwarna, styrofam, bambu, dan bahan lainnya. Agar lebih hidup, patung ini juga dicat dan beri busana agar lebih terkesan hidup,
 
 


Sementara itu,  dalam prosesinya, sebelum memulai pawai ogoh-ogoh para peserta upacara atau pawai biasanya melakukan minum-minuman keras tradisional yang dikenal dengan nama arak. Barulah Ogoh-ogoh diarak menuju tempat yang diberi nama sema, atau tempat persemayaman umat Hindu.

Ogoh-ogoh sebetulnya tidak memiliki hubungan langsung dengan upacara Hari Raya Nyepi. Namun sejak dekade 1980-an patung ini memang sengaja dibuat sebagai pelengkap kemeriahan upacara pra Nyepi, terlebih saat hari raya itu dijadikan sebagai libur nasional.

Bagi umat Hindu, patung Ogoh-ogoh merupakan simbol keburukan sifat manusia serta hal negatif alam semesta dalam bentuk Bhuta Kala. Hal inilah mengapa nantinya Ogoh-ogoh dimusnahkan dengan cara dibakar dalam prosesi tawur agung kesanga sebelum umat Hindu melakukan tapa brata penyepian.

Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala memang merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan. Hal inilah yang kemudian bhuta kala diejawantahkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan, atau berwujud raksasa. 

Adapun, fungsi Ogoh-ogoh dalam perayaan jelang Nyepi adalah untuk melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu. Yaitu kekuatan Bhuana Agung atau alam raya, dan Bhuana Alit, atau diri manusia. Kedua kekuatan dalam ajaran Hindu ini dapat digunakan untuk menghancurkan atau membuat dunia bertambah indah.

Baca juga: Nikmati Keheningan Nyepi di Bali dengan Pilihan Hotel Ini

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Bunda Simak Yuk! Ini Tips Mencegah & Mengatasi Sembelit pada Anak

BERIKUTNYA

5 Rekomendasi Film Superhero Terbaik yang Wajib Ditonton

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: