Teknologi AI Makin Canggih, Masyarakat Diminta Perhatikan Privasi & Keamanan Data Pribadi
20 March 2023 |
21:30 WIB
Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) merupakan sebuah program yang dapat dibentuk untuk bisa belajar, 'berpikir', dan 'bertindak' layaknya manusia. AI sedikit demi sedikit mulai menyusup masuk ke berbagai aspek kehidupan. Sampai sekarang, teknologi ini telah banyak diterapkan dan semakin membumi.
Misalnya dalam dunia bisnis, pemanfaatan AI dinilai dapat mengoptimalkan potensi perusahaan untuk meraih untung besar. Karenanya sekarang banyak perusahaan yang berinvestasi dalam teknologi AI. On Lee, CEO & CTO GDP Labs yang juga CTO GDP Ventures mengatakan bahwa sebetulnya AI sudah hadir di sekitar kita sejak lama, sekitar 10 tahun lalu.
"Kalau dulu teknologi AI digunakan untuk mencari informasi, sekarang AI sudah bisa membantu kita mendapatkan jawaban," ucap On Lee dalam acara Fortune Summit beberapa waktu lalu.
Baca juga: Mengenal Organoid Intelligence, Teknologi Kecerdasan yang Disebut Lebih Canggih Dari AI
Dia memaparkan setidaknya sekitar 50 negara di dunia memiliki AI nasional. Indonesia juga sudah punya, tapi tidak didistribusikan dan bersifat terbatas. Adapun, salah satu contoh teknologi AI yang nyata di kehidupan sehari-hari adalah ChatGPT. Program chatbot berbasis kecerdasan buatan dalam waktu 2 bulan saja telah memiliki 100 juta pengguna aktif.
Fiki Setiyono, Azure GTM Lead Microsoft Indonesia memaparkan bahwa chatbot pada pengaplikasiannya digunakan untuk menjawab pertanyaan. Saat ini teknologi tersebut sudah diterapkan di berbagai sektor industri seperti kesehatan, pendidikan, dan lainnya.
“Teknologi di belakang chatbot itu adalah NLP (natural language processing), di mana secara natural manusia bisa berinteraksi dengan mesin untuk mendapatkan jawaban dari informasi yang dicari,” katanya.
Model GPT yang terakhir dirilis adalah GPT-4, chatbot ini sangat pintar sehingga bisa memberikan kesimpulan dan mengklasifikasikan konten. Namun On Lee tetap mengimbau pengguna untuk tetap berhati-hati saat menggunakan teknologi ini. Jangan menelan semua informasi mentah-mentah karena Chat GPT tidak selalu benar.
“Walaupun terbilang sudah canggih, AI tak luput dari kesalahan dan masih memerlukan cross check informasi dari manusia,” kata On Lee.
"Misalnya saat mau mengakses bank, salah satu verifikasinya adalah informasi personal seperti tanggal lahir atau tempat lahir. Jadi kalau itu informasi itu tersebar, keamanan kita bisa terancam," kata On Lee.
Saat Chat GPT mengambil atau menggunakan data pribadi, tampaknya tidak pernah ada permintaan persetujuan kepada pengguna. On Lee mengatakan, ini jelas merupakan pelanggaran privasi. Apalagi data-data tersebut bersifat sensitif dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi seseorang atau anggota keluarganya dan mendeteksi lokasi.
“Mereka dengan mudahnya mengambil data, tetapi waktu kita mau meminta supaya data itu dihapus, hampir impossible,” ujarnya.
Meski begitu, Fiki mengatakan bahwa perkembangan AI di Indonesia semakin 'matang'. Saat ini pun sudah bergerak dari fase eksperimen ke fase prototipe, mulai dari sektor energi hingga keuangan. Untuk mendukung perkembangan AI yang semakin cepat, perlu adanya kesadaran untuk lebih melindungi data pribadi.
“Perkembangan AI harus diimbangi dengan pengetahuan yang memadai agar bisa mendapatkan manfaatnya, baik itu untuk bisnis ataupun kehidupan sehari-hari,” kata Fiki.
Baca juga: Cek Kelebihan GPT-4, Versi Baru ChatGPT dari OpenAI
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Misalnya dalam dunia bisnis, pemanfaatan AI dinilai dapat mengoptimalkan potensi perusahaan untuk meraih untung besar. Karenanya sekarang banyak perusahaan yang berinvestasi dalam teknologi AI. On Lee, CEO & CTO GDP Labs yang juga CTO GDP Ventures mengatakan bahwa sebetulnya AI sudah hadir di sekitar kita sejak lama, sekitar 10 tahun lalu.
"Kalau dulu teknologi AI digunakan untuk mencari informasi, sekarang AI sudah bisa membantu kita mendapatkan jawaban," ucap On Lee dalam acara Fortune Summit beberapa waktu lalu.
Baca juga: Mengenal Organoid Intelligence, Teknologi Kecerdasan yang Disebut Lebih Canggih Dari AI
Dia memaparkan setidaknya sekitar 50 negara di dunia memiliki AI nasional. Indonesia juga sudah punya, tapi tidak didistribusikan dan bersifat terbatas. Adapun, salah satu contoh teknologi AI yang nyata di kehidupan sehari-hari adalah ChatGPT. Program chatbot berbasis kecerdasan buatan dalam waktu 2 bulan saja telah memiliki 100 juta pengguna aktif.
Fiki Setiyono, Azure GTM Lead Microsoft Indonesia memaparkan bahwa chatbot pada pengaplikasiannya digunakan untuk menjawab pertanyaan. Saat ini teknologi tersebut sudah diterapkan di berbagai sektor industri seperti kesehatan, pendidikan, dan lainnya.
“Teknologi di belakang chatbot itu adalah NLP (natural language processing), di mana secara natural manusia bisa berinteraksi dengan mesin untuk mendapatkan jawaban dari informasi yang dicari,” katanya.
Model GPT yang terakhir dirilis adalah GPT-4, chatbot ini sangat pintar sehingga bisa memberikan kesimpulan dan mengklasifikasikan konten. Namun On Lee tetap mengimbau pengguna untuk tetap berhati-hati saat menggunakan teknologi ini. Jangan menelan semua informasi mentah-mentah karena Chat GPT tidak selalu benar.
“Walaupun terbilang sudah canggih, AI tak luput dari kesalahan dan masih memerlukan cross check informasi dari manusia,” kata On Lee.
Keamanan & Privasi
Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah masalah privasi dan keamanan. Pasalnya, dalam menggunakan AI, informasi setiap individu bisa dengan mudah tersebar di internet. Jangan sampai hal ini dimanfaatkan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang punya niat jahat."Misalnya saat mau mengakses bank, salah satu verifikasinya adalah informasi personal seperti tanggal lahir atau tempat lahir. Jadi kalau itu informasi itu tersebar, keamanan kita bisa terancam," kata On Lee.
Saat Chat GPT mengambil atau menggunakan data pribadi, tampaknya tidak pernah ada permintaan persetujuan kepada pengguna. On Lee mengatakan, ini jelas merupakan pelanggaran privasi. Apalagi data-data tersebut bersifat sensitif dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi seseorang atau anggota keluarganya dan mendeteksi lokasi.
“Mereka dengan mudahnya mengambil data, tetapi waktu kita mau meminta supaya data itu dihapus, hampir impossible,” ujarnya.
Meski begitu, Fiki mengatakan bahwa perkembangan AI di Indonesia semakin 'matang'. Saat ini pun sudah bergerak dari fase eksperimen ke fase prototipe, mulai dari sektor energi hingga keuangan. Untuk mendukung perkembangan AI yang semakin cepat, perlu adanya kesadaran untuk lebih melindungi data pribadi.
“Perkembangan AI harus diimbangi dengan pengetahuan yang memadai agar bisa mendapatkan manfaatnya, baik itu untuk bisnis ataupun kehidupan sehari-hari,” kata Fiki.
Baca juga: Cek Kelebihan GPT-4, Versi Baru ChatGPT dari OpenAI
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.