Bersepeda Bikin Impoten? Cek Faktanya Yuk!
15 March 2023 |
07:32 WIB
1
Like
Like
Like
Bersepeda menjadi salah satu olahraga yang digemari para pria. Jenis olahraga yang low impact ini tidak menyebabkan tekanan berlebih pada sendi atau jaringan otot, mudah dilakukan karena tidak memerlukan keahlian khusus, serta intensitas dan durasinya bisa disesuaikan dengan kemampuan tiap orang.
Kendati demikian, sejumlah pria khawatir jika bersepeda terlalu lama. Pasalnya ada mitos yang menyebut bersepeda dapat memicu disfungsi ereksi alias impoten. Benarkah demikian?
Spesialis Urologi Konsultan Andrologi Urologi di RSUI, dr. Widi Atmoko menerangkan disfungsi ereksi (DE) merupakan gangguan seksual berupa kesulitan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang memadai guna melakukan hubungan seksual yang memuaskan. DE merupakan gangguan seksual yang paling umum pada pria. Namun, DE sering dianggap remeh dan dianggap tabu untuk dibicarakan.
Baca juga: Bahaya Bersepeda Terlalu lama, Bisa memiliki risiko disfungsi ereksi?
Widi menjelaskan pada sebuah penelitian, didapatkan hasil bahwa kejadian disfungsi ereksi pada pesepeda yakni 56,4 persen. Sementara itu, kejadian DE pada non-pesepeda (pelari dan perenang) sebesar 65,2 persen.
Dengan demikian, peneliti menyimpulkan bahwa bersepeda tidak berhubungan dengan peningkatan insidensi impotensi. Namun, terdapat temuan lain yakni adanya kejadian striktur uretra yang lebih tinggi pada pesepeda (risiko trauma).
Striktur uretra merupakan kondisi terjadinya penyempitan pada uretra alias saluran yang membawa urine dari kandung kemih menuju penis. Kondisi ini biasanya disebabkan akibat peradangan atau timbulnya jaringan parut.
Pada penelitian lain terhadap 5282 pesepeda pria di Inggris, Widi menyebut hasil serupa bahwa tidak terdapat hubungan bersepeda dengan disfungsi ereksi maupun infertilitas pria. Prediktor terkuat terjadinya DE justru adalah hipertensi (meningkat 1,94 kali), merokok (meningkat 2,34 kali), dan usia yang lebih dari 60 tahun (meningkat 8,7 kali).
Selain itu, penelitian dari Massachusetts Male Aging Study (MMAS Study) menunjukkan bahwa risiko DE tertinggi terjadi pada pasien yang memiliki gaya hidup sedenter atau duduk selama lebih dari 9 jam per hari.
Kendati demikian, Widi menyebut saat bersepeda, terjadi penekanan area perineum oleh saddlesepeda, dan diperberat dengan getaran saat bersepeda. Hal ini membuat arteri dan saraf pudendus terhimpit dan menyebabkan penurunan oksigen sementara,
“Alhasil, terjadilah mati rasa atau kebas di area perineum dan ini sering dihubungkan dengan risiko impotensi yang meningkat sebesar 1,4 kali,” ungkapnya, dikutip Hypeabis.id, Selasa (14/3/2023).
Nah, untuk meminimalkan risiko DE pada saat bersepeda, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Paling utama yakni menyesuaikan sepeda dengan tubuh (bike fitting).
Langkah selanjutnya yakni memilih saddle atau dudukan yang lebar dan no-nose. Kemudian menggunakan padding pada sepeda atau padded short. Terakhir, beristirahat secara berkala untuk mengurangi risiko baal.
Widi menyampaikan bersepeda sangat baik untuk kesehatan secara umum karena dapat mencegah risiko kematian akibat masalah kardiovaskular yang juga merupakan risiko DE derajat berat. Potensi disfungsi ereksi akibat bersepeda ini dapat diminimalisir atau dicegah.
Selain itu, sebagian besar rasa baal akibat bersepeda hanya bersifat sementara. Namun demikian, apabila ada masyarakat yang mengalami disfungsi ereksi, maka sebaiknya segera lakukan pemeriksaan lengkap untuk memastikan ada tidaknya masalah kardiovaskular yang belum terdiagnosis sebelumnya.
“Penatalaksanaan DE sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah atau memperbaiki kondisi jantung pembuluh darah, begitu pula sebaliknya,” tutur Widi.
Baca juga: Kemirikebo Downhill Track, Wisata Trek Bersepeda Ekstrem di Lereng Gunung
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Kendati demikian, sejumlah pria khawatir jika bersepeda terlalu lama. Pasalnya ada mitos yang menyebut bersepeda dapat memicu disfungsi ereksi alias impoten. Benarkah demikian?
Spesialis Urologi Konsultan Andrologi Urologi di RSUI, dr. Widi Atmoko menerangkan disfungsi ereksi (DE) merupakan gangguan seksual berupa kesulitan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang memadai guna melakukan hubungan seksual yang memuaskan. DE merupakan gangguan seksual yang paling umum pada pria. Namun, DE sering dianggap remeh dan dianggap tabu untuk dibicarakan.
Baca juga: Bahaya Bersepeda Terlalu lama, Bisa memiliki risiko disfungsi ereksi?
Widi menjelaskan pada sebuah penelitian, didapatkan hasil bahwa kejadian disfungsi ereksi pada pesepeda yakni 56,4 persen. Sementara itu, kejadian DE pada non-pesepeda (pelari dan perenang) sebesar 65,2 persen.
Dengan demikian, peneliti menyimpulkan bahwa bersepeda tidak berhubungan dengan peningkatan insidensi impotensi. Namun, terdapat temuan lain yakni adanya kejadian striktur uretra yang lebih tinggi pada pesepeda (risiko trauma).
Striktur uretra merupakan kondisi terjadinya penyempitan pada uretra alias saluran yang membawa urine dari kandung kemih menuju penis. Kondisi ini biasanya disebabkan akibat peradangan atau timbulnya jaringan parut.
Pada penelitian lain terhadap 5282 pesepeda pria di Inggris, Widi menyebut hasil serupa bahwa tidak terdapat hubungan bersepeda dengan disfungsi ereksi maupun infertilitas pria. Prediktor terkuat terjadinya DE justru adalah hipertensi (meningkat 1,94 kali), merokok (meningkat 2,34 kali), dan usia yang lebih dari 60 tahun (meningkat 8,7 kali).
Selain itu, penelitian dari Massachusetts Male Aging Study (MMAS Study) menunjukkan bahwa risiko DE tertinggi terjadi pada pasien yang memiliki gaya hidup sedenter atau duduk selama lebih dari 9 jam per hari.
Kendati demikian, Widi menyebut saat bersepeda, terjadi penekanan area perineum oleh saddlesepeda, dan diperberat dengan getaran saat bersepeda. Hal ini membuat arteri dan saraf pudendus terhimpit dan menyebabkan penurunan oksigen sementara,
“Alhasil, terjadilah mati rasa atau kebas di area perineum dan ini sering dihubungkan dengan risiko impotensi yang meningkat sebesar 1,4 kali,” ungkapnya, dikutip Hypeabis.id, Selasa (14/3/2023).
Nah, untuk meminimalkan risiko DE pada saat bersepeda, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Paling utama yakni menyesuaikan sepeda dengan tubuh (bike fitting).
Langkah selanjutnya yakni memilih saddle atau dudukan yang lebar dan no-nose. Kemudian menggunakan padding pada sepeda atau padded short. Terakhir, beristirahat secara berkala untuk mengurangi risiko baal.
Widi menyampaikan bersepeda sangat baik untuk kesehatan secara umum karena dapat mencegah risiko kematian akibat masalah kardiovaskular yang juga merupakan risiko DE derajat berat. Potensi disfungsi ereksi akibat bersepeda ini dapat diminimalisir atau dicegah.
Selain itu, sebagian besar rasa baal akibat bersepeda hanya bersifat sementara. Namun demikian, apabila ada masyarakat yang mengalami disfungsi ereksi, maka sebaiknya segera lakukan pemeriksaan lengkap untuk memastikan ada tidaknya masalah kardiovaskular yang belum terdiagnosis sebelumnya.
“Penatalaksanaan DE sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah atau memperbaiki kondisi jantung pembuluh darah, begitu pula sebaliknya,” tutur Widi.
Baca juga: Kemirikebo Downhill Track, Wisata Trek Bersepeda Ekstrem di Lereng Gunung
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.