Ilustrasi bersepeda, olahraga yang digemari kaum pria. (Sumber gambar : Freepik/Gpointstudio)

Sepedaan Bikin Impoten? Begini Penjelasan Dokter

01 September 2022   |   17:19 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Tidak sedikit masyarakat terutama kaum pria kini, secara berkelompok melakukan touring menggunakan sepeda pada akhir pekan. Selain untuk mendapat tubuh yang bugar, kegiatan ini juga dijadikan ajang sosialisasi. Namun demikian, bersepeda dalam jangka waktu lama memiliki risiko disfungsi ereksi, lho Genhype. 

Spesialis Andrologi Urologi dari Eka Hospital dr. Widi Atmoko menerangkan disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan untuk mendapatkan atau mempertahankan ereksi guna mencapai aktivitas seksual yang memuaskan. Nama umum yang dikenal masyarakat yakni impotensi.  

Risiko disfungsi saat bersepeda terjadi karena saddle atau kursi sepeda menyebabkan trauma akibat tekanan di perenium. Adapun perenium adalah area yang ada di antara skrotum (kantung penis) dan anus. Tekanan ini membuat arteri dan saraf pudendus (saraf utama perenium) terhimpit dan menyebabkan penurunan oksigen sementara.

Namun demikian, risiko bisa muncul apabila bersepeda dilakukan lebih dari tiga jam per minggu. Ini dapat menyebabkan nyeri atau baal di selangkangan atau perenium. “Ini meningkatkan risiko terjadinya disfungsi ereksi. Yang cukup aman bersepeda kurang dari 3 jam per minggu, justru memberikan efek protektif terjadinya disfungsi ereksi,” ujarnya dalam diskusi virtual, Kamis (1/9/2022).

Untuk meminimalkan risiko impotensi ini, kata Widi, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Pertama menggunakan padded short atau celana yang memang diciptakan khusus untuk bersepeda. Celana ini memberikan kenyamanan dan dapat melindungi kulit dari gesekan berulang terhadap kursi atau rangka sepeda. 
 

Ilustrasi sepeda yang sudah disesuaikan dengan bentuk tubuh. (Sumber gambar : Freepik/Teksomolika)

Ilustrasi sepeda yang sudah disesuaikan dengan bentuk tubuh. (Sumber gambar : Freepik/Teksomolika)


Kemudian, atur saddle menyesuaikan lebar tulang duduk. “Jangan sampai saddle lebih kecil daripada tulang duduk karena otomatis tekanan ke pembuluh darah saraf pudendus bisa lebih tinggi,” sarannya.

Cara paling gampang untuk mengukur lebar tulang duduk, menurutnya, bisa dengan duduk di kursi terlebih dahulu, lalu ditandai titik area duduk, ukur dengan penggaris. Ketika ukuran sudah didapat, langkah selanjutnya adalah menyesuaikannya dengan bangku sepeda. 

Sebisa mungkin pilih saddle yang memiliki hidung pendek. Sebab semakin pendek hidung dan semakin lebar ukuran saddle, distribusi berat badan lebih merata sehingga penurunan aliran darah hanya sebesar 20 persen dibandingkan saddle biasa yang mencapai 80 persen.

Solusi lain untuk meminimalkan risiko disfungsi ereksi yakni memilih sepeda sesuai ukuran tubuh (bike fiting). Widi menuturkan bahwa bike fitting bisa mengurangi cedera di daerah perenium.

Atur pula tinggi saddle sepeda dengan posisi duduk dengan tungkai bawah sedikit menekuk. Posisi handlebar juga disesuaikan. Widi menegaskan posisi handlebar atau pegangan sepeda yang baik adalah lebih tinggi dari saddle, lengan atas menjadi sedikit menekuk dan tubuh condong sekitar 45 derajat. Dengan demikian, distribusi tekanan lebih merata.

Satu lagi yang penting, saat bersepeda, sebisa mungkin melakukan istirahat secara periodik yakni 30 detik setiap 10 menit. Kamu bisa mengangkat atau berdiri di atas pedal. “Ini mengurangi risiko disfungsi ereksi,” tegasnya. 

Editor: M R Purboyo

SEBELUMNYA

Yuk Berwisata Menikmati Karya Seni di Galeri Nasional

BERIKUTNYA

6 Hal yang Harus Diketahui dari Konser Musisi Jim Brickman di Jakarta Pekan Ini

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: