Profil Agus Sasirangan, Chef Kondang Berawal dari Dapur Ibu
23 November 2022 |
13:54 WIB
1
Like
Like
Like
Agus Gazali Rahman, demikian nama lengkap juru masak atau chef kondang yang lebih dikenal dengan panggilan Agus Sasirangan. Namanya melejit usai menjadi finalis MasterChef Indonesia Musim perdana, yang hingga kini hilir mudik di layar kaca dan ponsel dunia kuliner Nusantara.
Keberhasilan itu tak diraih Agus dengan bimsalabim, melainkan hasil dari kerja keras, di mana sosok ibu menjadi pendorong utamanya. Perjumpaan pria kelahiran Marabahan, Kalimantan Selatan ini dengan dapur dimulai ketika masih berada di sekolah dasar (SD). Kala itu, ibunya memiliki warung makan khas Banjar.
Di sana dia sering membantu mencuci piring sekaligus belajar memasak. Seakan ditakdirkan menjadi koki, Agus diminta ibunya untuk mengelola usaha tersebut. Sebab sang ibu memutuskan bekerja di luar negeri demi mengubah ekonomi keluarga menjadi lebih baik. Agus tak menolak permintaan tersebut, karena kadung jatuh cinta dengan dunia memasak.
Baca juga: Profil Chef Kenamaan Gordon Ramsay, Jalan Panjang Jadi Koki Kelas Dunia
Tak hanya berkutat di dapur, dia mengasah bakatnya dengan mengambil jurusan tata boga di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN 4) Banjarmasin. Padahal saat itu, profesi koki masih dianggap sebagai pekerjaan perempuan oleh banyak orang. Namun, berkat dukungan orang tua, Agus tetap melaju.
Berkat kecintaan dan pribadi yang ulet, dia aktif mengikuti berbagai ajang kompetisi memasak. Bahkan, berkat salah satu ajang yang diikutinya di tingkat nasional, dia memperoleh beasiswa pendidikan ke Universitas Negeri Malang, Jawa Timur. Di dunia kampus, kegemarannya mengikuti kompetisi tidak pudar sama sekali. Justru makin menjadi.
Berbagai ajang perlombaan diikutinya. Mulai dari lomba masak, kreasi makan dan minuman, hingga lomba merangkai bunga. Tak kurang dari 18 trofi lomba diboyongnya pulang ke Kalimantan Selatan selama kuliah. “Di Malang juga tidak hanya menjadi mahasiswa, tapi jualan di pinggir jalan dan ikut banyak kompetisi. Itu yang membentuk pribadi dan mental kompetisiku,” katanya.
Lulus dari kampus, Agus pulang ke kampung halaman. Dia menjadi pengajar honorer tata boga. Sampai satu ketika dia mengikuti kompetisi Master Chef pertama di Indonesia pada 2011. Saat itu, dia tidak tahu bahwa program tersebut akan disiarkan di televisi nasional.
Kompetisi yang berlangsung sekitar 4 bulan itu dinilai sebagai salah satu perjuangan terberatnya sebagai seorang juru masak. Kendati begitu, dengan segala tekanan dari pesaing hingga juri, dia membuktikan dirinya tetap mampu. Terbukti, Agus sukses menyabet juara kedua kompetisi tersebut.
“Mimpiku awalnya hanya jadi PNS [pegawai negeri sipil], tapi dikasih lebih,” ujarnya.
Pada 2014, anak dari Nanang Burhan ini membuka warung makan Mie Bancir Khas Banjar di Banjarmasin. Usaha kulinernya itu masih bertahan hingga saat ini. Tidak hanya itu, dia juga mengembangkan usahanya dengan membuka pusat oleh-oleh Banjarmasin bernama Dedaunan.
Walau sudah malang-melintang di layar kaca dan panggung-panggung dunia kuliner, Agus masih memiliki banyak mimpi. Dia berharap suatu saat nantinya, dirinya bisa memiliki sekolah masak di Banjarmasin. Harapannya tempat itu akan menjadi hub wisata kuliner di wilayah tersebut.
“Aku ingin bagaimana caranya masakan Banjar itu dilestarikan dan ingin memengaruhi orang agar lebih aware dengan produk lokal,” katanya.
Baca juga: Chef Juna & Renatta Bawakan Kisah Menarik Kuliner Nusantara lewat Serial Kisarasa
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: GIta Carla
Keberhasilan itu tak diraih Agus dengan bimsalabim, melainkan hasil dari kerja keras, di mana sosok ibu menjadi pendorong utamanya. Perjumpaan pria kelahiran Marabahan, Kalimantan Selatan ini dengan dapur dimulai ketika masih berada di sekolah dasar (SD). Kala itu, ibunya memiliki warung makan khas Banjar.
Di sana dia sering membantu mencuci piring sekaligus belajar memasak. Seakan ditakdirkan menjadi koki, Agus diminta ibunya untuk mengelola usaha tersebut. Sebab sang ibu memutuskan bekerja di luar negeri demi mengubah ekonomi keluarga menjadi lebih baik. Agus tak menolak permintaan tersebut, karena kadung jatuh cinta dengan dunia memasak.
Baca juga: Profil Chef Kenamaan Gordon Ramsay, Jalan Panjang Jadi Koki Kelas Dunia
Tak hanya berkutat di dapur, dia mengasah bakatnya dengan mengambil jurusan tata boga di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN 4) Banjarmasin. Padahal saat itu, profesi koki masih dianggap sebagai pekerjaan perempuan oleh banyak orang. Namun, berkat dukungan orang tua, Agus tetap melaju.
Berkat kecintaan dan pribadi yang ulet, dia aktif mengikuti berbagai ajang kompetisi memasak. Bahkan, berkat salah satu ajang yang diikutinya di tingkat nasional, dia memperoleh beasiswa pendidikan ke Universitas Negeri Malang, Jawa Timur. Di dunia kampus, kegemarannya mengikuti kompetisi tidak pudar sama sekali. Justru makin menjadi.
Berbagai ajang perlombaan diikutinya. Mulai dari lomba masak, kreasi makan dan minuman, hingga lomba merangkai bunga. Tak kurang dari 18 trofi lomba diboyongnya pulang ke Kalimantan Selatan selama kuliah. “Di Malang juga tidak hanya menjadi mahasiswa, tapi jualan di pinggir jalan dan ikut banyak kompetisi. Itu yang membentuk pribadi dan mental kompetisiku,” katanya.
Kompetisi MasterChef
Lulus dari kampus, Agus pulang ke kampung halaman. Dia menjadi pengajar honorer tata boga. Sampai satu ketika dia mengikuti kompetisi Master Chef pertama di Indonesia pada 2011. Saat itu, dia tidak tahu bahwa program tersebut akan disiarkan di televisi nasional.
Kompetisi yang berlangsung sekitar 4 bulan itu dinilai sebagai salah satu perjuangan terberatnya sebagai seorang juru masak. Kendati begitu, dengan segala tekanan dari pesaing hingga juri, dia membuktikan dirinya tetap mampu. Terbukti, Agus sukses menyabet juara kedua kompetisi tersebut.
“Mimpiku awalnya hanya jadi PNS [pegawai negeri sipil], tapi dikasih lebih,” ujarnya.
Karier Industri Kuliner
Usai berpartisipasi di kompetisi masak bergengsi itu, dia kebanjiran tawaran untuk terlibat dalam berbagai program, baik off air maupun on air. Agus juga mem-branding namanya dengan sebutan Agus Sasirangan. Nama tersebut diambil dari nama kain khas wilayah Kalimantan Selatan, tempat kelahirannya.Pada 2014, anak dari Nanang Burhan ini membuka warung makan Mie Bancir Khas Banjar di Banjarmasin. Usaha kulinernya itu masih bertahan hingga saat ini. Tidak hanya itu, dia juga mengembangkan usahanya dengan membuka pusat oleh-oleh Banjarmasin bernama Dedaunan.
Walau sudah malang-melintang di layar kaca dan panggung-panggung dunia kuliner, Agus masih memiliki banyak mimpi. Dia berharap suatu saat nantinya, dirinya bisa memiliki sekolah masak di Banjarmasin. Harapannya tempat itu akan menjadi hub wisata kuliner di wilayah tersebut.
“Aku ingin bagaimana caranya masakan Banjar itu dilestarikan dan ingin memengaruhi orang agar lebih aware dengan produk lokal,” katanya.
Baca juga: Chef Juna & Renatta Bawakan Kisah Menarik Kuliner Nusantara lewat Serial Kisarasa
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: GIta Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.