Pasar Seni Rupa Bergeliat, Antusiasme Kolektor Masih Besar
20 February 2023 |
11:53 WIB
Badai pandemi yang melanda dunia selama kurang lebih dua tahun seiring waktu mereda. Kondisi ini pun membuat sejumlah bisnis kian menggeliat bahkan semakin semarak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Begitupun dalam bisnis seni rupa. Saat ini, sejumlah pameran seni kian masif digelar yang menjadi penanda bergeraknya pasar.
Sebagai pecinta sekaligus kolektor seni, Yohana Marta Hadi Irawan, mengaku sangat antusias untuk kembali menghadiri gelaran pameran-pameran seni kembali setelah sempat terhenti akibat pandemi.
"Jadi harapannya tahun 2023 ini kita akan lebih banyak lihat karya dan lebih banyak partisipasi dari galeri internasional, karena tahun lalu masih kurang banyak," katanya saat dihubungi Hypeabis.id.
Baca juga: Kehadiran Kolektor Muda Bawa Gairah Baru untuk Pasar Seni
Menurutnya, beberapa pameran seni yang mulai digelar kembali menjadi momentum kembalinya ruang pertemuan antara seniman, galeri, dan kolektor untuk mengadakan penjualan atau pelelangan karya seni.
Kendati begitu, di tengah pasar seni rupa yang mulai menggeliat, dunia justru dibayangi dengan ancaman resesi ekonomi global tak terkecuali di Indonesia. Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan pada tahun ini resesi ekonomi bisa dialami oleh banyak negara.
Resesi umumnya ditandai dengan menurunnya pendapatan domestik bruto (PDB), meningkatnya pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan tren negatif selama dua kuartal berturut-turut. Kondisi ini pun dinilai dapat menurunkan daya beli masyarakat, tak terkecuali dalam membeli karya seni.
Yohana menilai hal itu tidak akan terlalu memberikan pengaruh besar pada minat kolektor untuk membeli karya seni. Berkaca pada kondisi pandemi, dia mengatakan meskipun tidak banyak pameran digelar, para kolektor seni yang memang hobi mengoleksi akan tetap memburu karya terutama dari para seniman muda yang potensial.
Dia menambahkan meskipun seni rupa akan selalu ada peminatnya, boleh jadi tahun ini gemuruhnya tidak akan terlalu besar. "Kita semua mengecangkan ikat pinggang ya. Jadi pasar seni itu juga akan menjadi sangat sulit," katanya.
Kendati begitu, Cosmas juga tidak menampik bahwa tahun ini dia akan tetap mengoleksi karya seni. Hanya saja, dalam proses transaksional, dia mengaku akan lebih melakukan negosiasi terhadap galeri atau seniman, agar mendapatkan harga yang lebih sesuai.
"Supaya sama-sama saling mengisi. Transaksi itu pasti ada tapi mungkin tidak akan segila-gila disaat ekonomi itu sedang baik," imbuhnya.
Di samping karya seni fisik, tren seni digital seperti non-fungible token (NFT) juga disinyalir akan lebih masif pada tahun depan. Terkait hal itu, Cosmas berpendapat bahwa baik karya seni fisik maupun digital penting untuk meramaikan pasar seni rupa.
Menurutnya, penting bagi seniman untuk terus menciptakan karya dengan karakteristik yang khas dan keunikan tersendiri, bukan sekadar mengikuti tren yang ada.
"Kita sebagai kolektor juga tidak bisa menutup mata untuk tidak mengikuti perkembangan dunia [seni]. Tapi kita juga punya kehati-hatian yang lebih tinggi," ujarnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Sebagai pecinta sekaligus kolektor seni, Yohana Marta Hadi Irawan, mengaku sangat antusias untuk kembali menghadiri gelaran pameran-pameran seni kembali setelah sempat terhenti akibat pandemi.
"Jadi harapannya tahun 2023 ini kita akan lebih banyak lihat karya dan lebih banyak partisipasi dari galeri internasional, karena tahun lalu masih kurang banyak," katanya saat dihubungi Hypeabis.id.
Baca juga: Kehadiran Kolektor Muda Bawa Gairah Baru untuk Pasar Seni
Menurutnya, beberapa pameran seni yang mulai digelar kembali menjadi momentum kembalinya ruang pertemuan antara seniman, galeri, dan kolektor untuk mengadakan penjualan atau pelelangan karya seni.
Kendati begitu, di tengah pasar seni rupa yang mulai menggeliat, dunia justru dibayangi dengan ancaman resesi ekonomi global tak terkecuali di Indonesia. Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan pada tahun ini resesi ekonomi bisa dialami oleh banyak negara.
Resesi umumnya ditandai dengan menurunnya pendapatan domestik bruto (PDB), meningkatnya pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan tren negatif selama dua kuartal berturut-turut. Kondisi ini pun dinilai dapat menurunkan daya beli masyarakat, tak terkecuali dalam membeli karya seni.
Yohana menilai hal itu tidak akan terlalu memberikan pengaruh besar pada minat kolektor untuk membeli karya seni. Berkaca pada kondisi pandemi, dia mengatakan meskipun tidak banyak pameran digelar, para kolektor seni yang memang hobi mengoleksi akan tetap memburu karya terutama dari para seniman muda yang potensial.
Ilustrasi pameran seni. (Sumber foto: Pexels/Darya Sanniko)
Lebih Hati-hati
Di sisi lain, arsitek sekaligus kolektor seni, Cosmas Damianus Gozali, menilai isu resesi yang akan terjadi pada tahun depan akan menjadi kondisi yang menantang bagi para seniman. Sebab, katanya, banyak orang yang akan lebih membatasi diri mengeluarkan uang untuk hal-hal yang kurang esensial.Dia menambahkan meskipun seni rupa akan selalu ada peminatnya, boleh jadi tahun ini gemuruhnya tidak akan terlalu besar. "Kita semua mengecangkan ikat pinggang ya. Jadi pasar seni itu juga akan menjadi sangat sulit," katanya.
Kendati begitu, Cosmas juga tidak menampik bahwa tahun ini dia akan tetap mengoleksi karya seni. Hanya saja, dalam proses transaksional, dia mengaku akan lebih melakukan negosiasi terhadap galeri atau seniman, agar mendapatkan harga yang lebih sesuai.
"Supaya sama-sama saling mengisi. Transaksi itu pasti ada tapi mungkin tidak akan segila-gila disaat ekonomi itu sedang baik," imbuhnya.
Di samping karya seni fisik, tren seni digital seperti non-fungible token (NFT) juga disinyalir akan lebih masif pada tahun depan. Terkait hal itu, Cosmas berpendapat bahwa baik karya seni fisik maupun digital penting untuk meramaikan pasar seni rupa.
Menurutnya, penting bagi seniman untuk terus menciptakan karya dengan karakteristik yang khas dan keunikan tersendiri, bukan sekadar mengikuti tren yang ada.
"Kita sebagai kolektor juga tidak bisa menutup mata untuk tidak mengikuti perkembangan dunia [seni]. Tapi kita juga punya kehati-hatian yang lebih tinggi," ujarnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.