Kolektor Muda Mulai Bermunculan, Galeri Seni Bakal Pikat Mereka dengan Cara Ini
27 January 2023 |
20:30 WIB
Kolektor muda kini menjadi bidikan para galeri seni di Indonesia untuk menjual karya. Sebab, dalam beberapa tahun terakhir, mereka mulai unjuk gigi mengoleksi karya seni. Atas dasar hal itu, mereka pun digadang-gadang menjadi salah satu motor penggerak pasar seni di dalam negeri.
Maya Sudjatmiko, Chairwoman Asosiasi Galeri Seni Indonesia (AGSI), mengatakan bahwa asosiasi cenderung melihat banyak kolektor baru di seni rupa dengan usia yang lebih muda pada saat ini yang ingin mengoleksi karya seni. “Kita tahu ada market yang punya minat besar terhadap seni rupa,” katanya.
Baca juga: Tren Seni Rupa 2023, Karya Kontemporer Jadi Buruan Kolektor Muda
Menurutnya, kolektor muda yang ada di dalam negeri membeli karya seni rupa, karena memiliki rasa suka terhadap keindahan dan pengalaman yang dihadirkan oleh sebuah karya. Mereka membeli benda seni untuk membuat rumah menjadi lebih indah.
Meskipun begitu, bukan berarti mereka tidak membeli untuk investasi. Beberapa dari mereka mungkin juga ada yang melakukan pembelian karya seni rupa sebagai investasi. “Tapi tidak seperti yang harus,” katanya.
Maya menambahkan bahwa kolektor muda yang membeli karya seni lantaran lebih karena alasan estetika dan gaya hidup tidak lepas dari pengaruh media sosial. Hal itu membuat seni rupa sudah menjadi kehidupan sehari-hari.
Dia pun melihat bahwa kolektor muda ini pun menjadi angin segar bagi para seniman, terutama para seniman muda. Menurutnya, seniman muda memiliki karya yang lebih friendly bagi para kolektor muda, baik dari sisi harga maupun secara visual.
Selain itu, situasi di dalam negeri selama sekitar dua tahun akibat pandemi Covid-19 yang terjadi di dalam negeri juga membawa berkah bagi para pelaku di industri seni rupa. Salah satunya adalah terjalinnya kerja sama antara berbagai pihak di industri.
“Post pandemi tinggal meneruskan suatu kebiasan baru, bagaimana dari galeri lebih terbuka untuk bekerja sama dengan banyak pihak,” katanya.
Sepanjang tahun ini, asosiasi menargetkan dapat bermunculan kolektor baru di dalam negeri dengan cara lebih aktif dalam meraih publik yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada komunitas seni. Dia menuturkan bahwa Indonesia memiliki potensi pasar seni rupa yang besar.
Asosiasi juga menargetkan dapat mengubah pola pikir para generasi muda yang memiliki daya beli agar mengalihkan belanja, dari yang biasanya membeli tas mahal atau mobil mahal menjadi membeli karya seni rupa.
Di sisi lain, untuk menjembatani antara seni dengan publik, karena dinilai masih terdapat gap antara keduanya, AGSI menggelar pameran bertajuk The Big Picture di ASHTA, Jakarta. Berlangsung dari 26 Januari - 27 Februari 2023, pameran ini menampilkan koleksi sembilan galeri yang menjadi anggota AGSI, yakni Artsphere, Art:1, Andi’s Gallery, CAN’S Gallery, D GALLERIE, Edwin’s Gallery, ISA Art Gallery, ArtSociates, dan Puri Art Gallery. Adapun, jumlah karya yang terdapat di pameran ini sebanyak lebih dari 80 karya seni.
Baca juga: Bingung Weekend Mau Kemana? Yuk Kunjungi Pameran Seni The Big Picture di Jakarta
Editor: Dika Irawan
Maya Sudjatmiko, Chairwoman Asosiasi Galeri Seni Indonesia (AGSI), mengatakan bahwa asosiasi cenderung melihat banyak kolektor baru di seni rupa dengan usia yang lebih muda pada saat ini yang ingin mengoleksi karya seni. “Kita tahu ada market yang punya minat besar terhadap seni rupa,” katanya.
Baca juga: Tren Seni Rupa 2023, Karya Kontemporer Jadi Buruan Kolektor Muda
Menurutnya, kolektor muda yang ada di dalam negeri membeli karya seni rupa, karena memiliki rasa suka terhadap keindahan dan pengalaman yang dihadirkan oleh sebuah karya. Mereka membeli benda seni untuk membuat rumah menjadi lebih indah.
Meskipun begitu, bukan berarti mereka tidak membeli untuk investasi. Beberapa dari mereka mungkin juga ada yang melakukan pembelian karya seni rupa sebagai investasi. “Tapi tidak seperti yang harus,” katanya.
Maya menambahkan bahwa kolektor muda yang membeli karya seni lantaran lebih karena alasan estetika dan gaya hidup tidak lepas dari pengaruh media sosial. Hal itu membuat seni rupa sudah menjadi kehidupan sehari-hari.
Dia pun melihat bahwa kolektor muda ini pun menjadi angin segar bagi para seniman, terutama para seniman muda. Menurutnya, seniman muda memiliki karya yang lebih friendly bagi para kolektor muda, baik dari sisi harga maupun secara visual.
Selain itu, situasi di dalam negeri selama sekitar dua tahun akibat pandemi Covid-19 yang terjadi di dalam negeri juga membawa berkah bagi para pelaku di industri seni rupa. Salah satunya adalah terjalinnya kerja sama antara berbagai pihak di industri.
“Post pandemi tinggal meneruskan suatu kebiasan baru, bagaimana dari galeri lebih terbuka untuk bekerja sama dengan banyak pihak,” katanya.
Sepanjang tahun ini, asosiasi menargetkan dapat bermunculan kolektor baru di dalam negeri dengan cara lebih aktif dalam meraih publik yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada komunitas seni. Dia menuturkan bahwa Indonesia memiliki potensi pasar seni rupa yang besar.
Asosiasi juga menargetkan dapat mengubah pola pikir para generasi muda yang memiliki daya beli agar mengalihkan belanja, dari yang biasanya membeli tas mahal atau mobil mahal menjadi membeli karya seni rupa.
Di sisi lain, untuk menjembatani antara seni dengan publik, karena dinilai masih terdapat gap antara keduanya, AGSI menggelar pameran bertajuk The Big Picture di ASHTA, Jakarta. Berlangsung dari 26 Januari - 27 Februari 2023, pameran ini menampilkan koleksi sembilan galeri yang menjadi anggota AGSI, yakni Artsphere, Art:1, Andi’s Gallery, CAN’S Gallery, D GALLERIE, Edwin’s Gallery, ISA Art Gallery, ArtSociates, dan Puri Art Gallery. Adapun, jumlah karya yang terdapat di pameran ini sebanyak lebih dari 80 karya seni.
Baca juga: Bingung Weekend Mau Kemana? Yuk Kunjungi Pameran Seni The Big Picture di Jakarta
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.