Wajarkah Anak Demam Setelah Imunisasi? Begini Penjelasan Kemenkes
20 October 2022 |
17:48 WIB
Beberapa anak akan mengalami demam dan reaksi lain tertentu setelah imunisasi. Namun, orang tua tidak terlalu panik ketika menghadapi situasi tersebut. Demam dan reaksi lain tertentu termasuk ke dalam kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI).
KIPI merupakan semua kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi. Kejadian atau efek tersebut perlu menjadi perhatian dan diduga terjadi karena berhubungan dengan imunisasi yang telah dilakukan.
Plt Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes Prima Yosephine mengatakan demam yang timbul pada anak justru menunjukkan pemberian imunisasi sedang bekerja di dalam tubuh. Hal ini adalah bagian dari proses pembentukan antibodi pada anak.
“Jadi, tanda tersebut menunjukkan imunisasi yang sudah dilakukan tadi benar, loh. Jadi, jangan panik karena ini bagian proses kerja di dalam tubuh,” ujar Prima di kawasan Hutan Kota Plataran, Jakarta Pusat.
Meskipun demikian, orang tua wajib memantau sejauh apa KIPI yang timbul setelah anak diimunisasi. Orang tua mesti segera membawa ke dokter bila KIPI dirasa sudah mengarah ke hal yang bisa berakibat lebih fatal.
Prima mengatakan Kemenkes juga terus melakukan pelatihan terhadap tenaga kesehatan untuk selalu mengingatkan kepada orang tua bahwa imunisasi pada anak mungkin saja menghasilkan reaksi tertentu. Hal ini untuk meminimalkan kepanikan dari orang tua.
Jika mengalami demam, sebaiknya anak segera diberi pengobatan kompres. Selain itu, orang tua juga mesti memastikan kebutuhan cairan tubuh anak telah cukup. Berikan air putih secara berkala sehingga tidak terjadi dehidrasi.
Prima menyebut saat imunisasi, orang tua juga biasanya akan dibekali obat demam yang bisa dipakai jika anak mengalami KIPI. Prima mengingatkan bila demam anak lebih dari 2 hari dan panasnya melebihi batas, segera bawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Umumnya, setelah imunisasi orang tua juga diberi kontak darurat yang bisa dihubungi jika anak mengalami KIPI. Harapannya, masyarakat tidak lagi panik dan bingung ketika anak mengalami KIPI.
Data dari Kemenkes (per 10 Oktober 2022) menyebutkan untuk imunisasi dasar lengkap, realisasinya sudah mencapai 56,5 persen dari target awal 60 persen. Kemudian untuk imunisasi dasar lengkap pada baduta, realisasinya sudah mencapai 52,8 persen dari target awal 60 persen.
Prima mengatakan realisasi imunisasi mengalami sejumlah hambatan sejak pandemi merebak. Layanan-layanan rutin imunisasi juga terdampak. Hal itu membuat capaian imunisasi lebih rendah dari target.
Dia mengatakan banyak orang tua yang masih ragu, apalagi waktu awal-awal puncak pandemi. Padahal, pada 2019 capaian imunisasi dasar lengkap mencapai lebih dari 93 persen. Namun, pada 2020 turun cukup drastis menjadi 84,2 persen. Kemudian 2021 mulai naik meski sangat sedikit, yakni sekitar 84,5 persen.
“Artinya, 2 tahun berturut-turut imunisasi tidak bisa mencapai target. Banyak anak-anak yang enggak lengkap imunisasinya atau bahkan sama sekali tidak mendapatkan imunisasi,” imbuhnya.
Setidaknya, ada sekitar 1,7 juta anak Indonesia yang belum mendapatkan imunisasi lengkap. Oleh karena itu, dirinya mengimbau masyarakat melengkapi imunisasi anak demi meningkatkan kekebalan tubuh.
Sebab, bukan tidak mungkin kejadian luar biasa (KLB) dapat terjadi gara-gara jumlah anak yang belum lengkap imunisasi terus bertambah. Sebelum kejadian, kondisi ini harus segera ditanggulangi karena urusannya ialah kesehatan generasi penerus bangsa.
Editor: M R Purboyo
KIPI merupakan semua kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi. Kejadian atau efek tersebut perlu menjadi perhatian dan diduga terjadi karena berhubungan dengan imunisasi yang telah dilakukan.
Plt Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes Prima Yosephine mengatakan demam yang timbul pada anak justru menunjukkan pemberian imunisasi sedang bekerja di dalam tubuh. Hal ini adalah bagian dari proses pembentukan antibodi pada anak.
“Jadi, tanda tersebut menunjukkan imunisasi yang sudah dilakukan tadi benar, loh. Jadi, jangan panik karena ini bagian proses kerja di dalam tubuh,” ujar Prima di kawasan Hutan Kota Plataran, Jakarta Pusat.
Meskipun demikian, orang tua wajib memantau sejauh apa KIPI yang timbul setelah anak diimunisasi. Orang tua mesti segera membawa ke dokter bila KIPI dirasa sudah mengarah ke hal yang bisa berakibat lebih fatal.
Prima mengatakan Kemenkes juga terus melakukan pelatihan terhadap tenaga kesehatan untuk selalu mengingatkan kepada orang tua bahwa imunisasi pada anak mungkin saja menghasilkan reaksi tertentu. Hal ini untuk meminimalkan kepanikan dari orang tua.
Jika mengalami demam, sebaiknya anak segera diberi pengobatan kompres. Selain itu, orang tua juga mesti memastikan kebutuhan cairan tubuh anak telah cukup. Berikan air putih secara berkala sehingga tidak terjadi dehidrasi.
Prima menyebut saat imunisasi, orang tua juga biasanya akan dibekali obat demam yang bisa dipakai jika anak mengalami KIPI. Prima mengingatkan bila demam anak lebih dari 2 hari dan panasnya melebihi batas, segera bawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Umumnya, setelah imunisasi orang tua juga diberi kontak darurat yang bisa dihubungi jika anak mengalami KIPI. Harapannya, masyarakat tidak lagi panik dan bingung ketika anak mengalami KIPI.
Ilustrasi imunisasi/Bisnis.com
Realisasi Imunisasi 2022
Data dari Kemenkes (per 10 Oktober 2022) menyebutkan untuk imunisasi dasar lengkap, realisasinya sudah mencapai 56,5 persen dari target awal 60 persen. Kemudian untuk imunisasi dasar lengkap pada baduta, realisasinya sudah mencapai 52,8 persen dari target awal 60 persen.
Prima mengatakan realisasi imunisasi mengalami sejumlah hambatan sejak pandemi merebak. Layanan-layanan rutin imunisasi juga terdampak. Hal itu membuat capaian imunisasi lebih rendah dari target.
Dia mengatakan banyak orang tua yang masih ragu, apalagi waktu awal-awal puncak pandemi. Padahal, pada 2019 capaian imunisasi dasar lengkap mencapai lebih dari 93 persen. Namun, pada 2020 turun cukup drastis menjadi 84,2 persen. Kemudian 2021 mulai naik meski sangat sedikit, yakni sekitar 84,5 persen.
“Artinya, 2 tahun berturut-turut imunisasi tidak bisa mencapai target. Banyak anak-anak yang enggak lengkap imunisasinya atau bahkan sama sekali tidak mendapatkan imunisasi,” imbuhnya.
Setidaknya, ada sekitar 1,7 juta anak Indonesia yang belum mendapatkan imunisasi lengkap. Oleh karena itu, dirinya mengimbau masyarakat melengkapi imunisasi anak demi meningkatkan kekebalan tubuh.
Sebab, bukan tidak mungkin kejadian luar biasa (KLB) dapat terjadi gara-gara jumlah anak yang belum lengkap imunisasi terus bertambah. Sebelum kejadian, kondisi ini harus segera ditanggulangi karena urusannya ialah kesehatan generasi penerus bangsa.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.