Rumah Sawo Mateng, Tempat Penginapan Rasa Museum di Depok
04 February 2023 |
14:09 WIB
Kehidupan modern yang bergerak cepat acapkali membuat banyak orang--terutama yang di kota-kota besar seperti Jakarta--cepat merasa lelah dan stres. Tak ayal, di tengah kesibukan rutinitas, kini banyak orang sebisa mungkin mencari celah untuk menikmati hidup sejak dengan mencari hiburan atau lebih tepatnya pelarian.
Healing, begitu istilah populernya. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menikmati quality time dan keluar dari hiruk pikuk beban kerjaan sehari-hari. Salah satunya dengan staycation, menginap di satu tempat dalam kota untuk berlibur.
Baca juga: 5 Rekomendasi Kafe Rooftop di Depok yang Instagramable
Di jantung Kota Depok, tepatnya di Jalan Menteng Nomor 14, Beji Timur, ada satu tempat penginapan menarik bernama Rumah Sawo Mateng. Rumah dengan tiga lantai bergaya arsitektur tropis Betawi ini disewakan untuk menginap dengan berbagai kebutuhan.
Dilihat dari depan, rumah ini tampak akrab dan sejuk dengan rerimbunan pohon dan tanaman yang mengelilingi setiap sudutnya. Di teras, terdapat kolam ikan lengkap dengan bunyi gemericik air yang menambah suasana semakin menenangkan dan nyaman. Begitupun di bagian belakang, rumah ini ditanami pepohonan yang terbilang langka seperti pohon kecapi, duku, jamblang, dan bisbol.
Baru-baru ini, Hypeabis.id berkesempatan melakukan room tour atau berkeliling untuk melihat sudut tiap sudut dari Rumah Sawo Mateng. Jika diamati, bangunan ini dominasi oleh material kayu dengan konsep desain yang mengedepankan sirkulasi udara di hampir seluruh ruangan.
Namun, kayu-kayu yang digunakan tampak bukan material baru. Sebaliknya, rumah ini memanfaatkan kayu-kayu bekas yang disusun sedemikian rupa sehingga menjadi kesatuan bangunan.
Kepada Hypeabis.id, sang pemilik, JJ Rizal, sejarawan sekaligus pendiri Komunitas Bambu, mengatakan bahwa seluruh material yang digunakan untuk mendirikan bangunan ini berasal dari bahan-bahan sisa bekas pembangunan rumahnya yang tak jauh dari tempat tersebut, dan sebagian lagi merupakan sisa-sisa bangunan bersejarah pada era 1950-an yang dibelinya di berbagai daerah di Jakarta.
Hal itulah yang membuat Rumah Sawo Mateng layaknya wujud kolase sejarah yang berasal dari sisa-sisa bangunan lawas. Setidaknya itu tampak pada pintu-pintu, jendela, dan susunan keramik yang kental dengan desain lawas.
"Saya beli pintu-pintu itu dari rumah-rumah bersejarah yang dihancurkan atau kena vandalisme pembangunan seperti di daerah-daerah Kebayoran Baru. Saya biarkan bentuk dan warnanya," katanya pria yang akrab di sapa Rizal itu.
Sementara penamaan Sawo Mateng sendiri berasal dari pandangan kolonialisme Barat yang menyebut bahwa salah satu ciri khas masyarakat Melayu adalah memiliki kulit berwarna sawo matang, sementara mereka berkulit putih.
Baca juga: M District, Tempat Kongkow Outdoor Baru di Depok
Berbeda dari tempat-tempat penginapan lainnya, Rumah Sawo Mateng memiliki konsep unik dimana 9 kamarnya dinamai dengan nama tokoh-tokoh pemikir yakni Soekarno, Pramoedya Ananta Toer, Abdul Chaer, Toeti Heraty, Sitor Situmorang, Onghokham, Julia Suryakusuma, Misbach Jusa Biran, dan AB Lapian.
Di setiap kamarnya, terdapat setidaknya satu atau dua poster dari tokoh-tokoh tersebut dilengkapi dengan buku-buku mereka sebagai bacaan bagi para pengunjung. Setiap kamar seolah seperti museum mini, sebab menyimpan benda-benda yang berkaitan dengan peristiwa besar yang dialami 9 tokoh tersebut.
Ruangan kamar dirancang sedemikian rupa untuk menyambungkan pikiran setiap orang yang tinggal dengan tokoh-tokoh pemikir sejarah dan kebudayaan Indonesia. Adapun, selain tempat tidur, ruangan ini juga dilengkapi dengan meja dan kursi, juga kamar mandi.
Rizal mengatakan Rumah Sawo Mateng memiliki konsep tempat penginapan yakni to renew old memories atau menyegarkan kembali memori-memori lawas, khususnya dari para pemikir sejarah dan kebudayaan Indonesia.
Konsep tersebut sengaja dibuat dengan harapan pengunjung akan betah menginap di Rumah Sawo Mateng dan menghabiskan waktu untuk membaca sekaligus menikmati kehidupan yang jauh dari kebisingan. Terlebih, semua itu ditunjang dengan suasana yang sejuk dan menenangkan.
"Jadi kalau biasanya menginap tapi akhirnya akan pergi ke tempat-tempat lain, disini justru dibuat supaya pengunjung betah di kamar lalu membaca," ucapnya.
Selain kamar, tempat ini juga dilengkapi dengan fasilitas ruang pertemuan dan dapur umum yang bisa digunakan untuk keperluan pengunjung. Kedua ruangan ini juga masih kental dengan desain dan perabotan khas zaman dulu.
Adapun, biaya untuk menginap di Rumah Sawo Mateng sebesar Rp300.000 per kamar. Jika ingin tambahan kasur (extra bed) akan dikenakan biaya sebesar Rp75.000, begitupun dengan sarapan dan makan siang yang dikenakan biaya Rp40.000-Rp60.000 per orangnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Healing, begitu istilah populernya. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menikmati quality time dan keluar dari hiruk pikuk beban kerjaan sehari-hari. Salah satunya dengan staycation, menginap di satu tempat dalam kota untuk berlibur.
Baca juga: 5 Rekomendasi Kafe Rooftop di Depok yang Instagramable
Di jantung Kota Depok, tepatnya di Jalan Menteng Nomor 14, Beji Timur, ada satu tempat penginapan menarik bernama Rumah Sawo Mateng. Rumah dengan tiga lantai bergaya arsitektur tropis Betawi ini disewakan untuk menginap dengan berbagai kebutuhan.
Suasana Rumah Sawo Mateng (Sumber gambar: Hypeabis.id/Suselo Jati)
Baru-baru ini, Hypeabis.id berkesempatan melakukan room tour atau berkeliling untuk melihat sudut tiap sudut dari Rumah Sawo Mateng. Jika diamati, bangunan ini dominasi oleh material kayu dengan konsep desain yang mengedepankan sirkulasi udara di hampir seluruh ruangan.
Namun, kayu-kayu yang digunakan tampak bukan material baru. Sebaliknya, rumah ini memanfaatkan kayu-kayu bekas yang disusun sedemikian rupa sehingga menjadi kesatuan bangunan.
Salah satu kamar di Rumah Sawo Mateng (Sumber gambar: Hypeabis.id/Suselo Jati)
Hal itulah yang membuat Rumah Sawo Mateng layaknya wujud kolase sejarah yang berasal dari sisa-sisa bangunan lawas. Setidaknya itu tampak pada pintu-pintu, jendela, dan susunan keramik yang kental dengan desain lawas.
"Saya beli pintu-pintu itu dari rumah-rumah bersejarah yang dihancurkan atau kena vandalisme pembangunan seperti di daerah-daerah Kebayoran Baru. Saya biarkan bentuk dan warnanya," katanya pria yang akrab di sapa Rizal itu.
Sementara penamaan Sawo Mateng sendiri berasal dari pandangan kolonialisme Barat yang menyebut bahwa salah satu ciri khas masyarakat Melayu adalah memiliki kulit berwarna sawo matang, sementara mereka berkulit putih.
Baca juga: M District, Tempat Kongkow Outdoor Baru di Depok
Suasana Rumah Sawo Mateng (Sumber gambar: Hypeabis.id/Suselo Jati)
Konsep Unik
Berbeda dari tempat-tempat penginapan lainnya, Rumah Sawo Mateng memiliki konsep unik dimana 9 kamarnya dinamai dengan nama tokoh-tokoh pemikir yakni Soekarno, Pramoedya Ananta Toer, Abdul Chaer, Toeti Heraty, Sitor Situmorang, Onghokham, Julia Suryakusuma, Misbach Jusa Biran, dan AB Lapian.Di setiap kamarnya, terdapat setidaknya satu atau dua poster dari tokoh-tokoh tersebut dilengkapi dengan buku-buku mereka sebagai bacaan bagi para pengunjung. Setiap kamar seolah seperti museum mini, sebab menyimpan benda-benda yang berkaitan dengan peristiwa besar yang dialami 9 tokoh tersebut.
Ruangan kamar dirancang sedemikian rupa untuk menyambungkan pikiran setiap orang yang tinggal dengan tokoh-tokoh pemikir sejarah dan kebudayaan Indonesia. Adapun, selain tempat tidur, ruangan ini juga dilengkapi dengan meja dan kursi, juga kamar mandi.
Rizal mengatakan Rumah Sawo Mateng memiliki konsep tempat penginapan yakni to renew old memories atau menyegarkan kembali memori-memori lawas, khususnya dari para pemikir sejarah dan kebudayaan Indonesia.
Konsep tersebut sengaja dibuat dengan harapan pengunjung akan betah menginap di Rumah Sawo Mateng dan menghabiskan waktu untuk membaca sekaligus menikmati kehidupan yang jauh dari kebisingan. Terlebih, semua itu ditunjang dengan suasana yang sejuk dan menenangkan.
"Jadi kalau biasanya menginap tapi akhirnya akan pergi ke tempat-tempat lain, disini justru dibuat supaya pengunjung betah di kamar lalu membaca," ucapnya.
Selain kamar, tempat ini juga dilengkapi dengan fasilitas ruang pertemuan dan dapur umum yang bisa digunakan untuk keperluan pengunjung. Kedua ruangan ini juga masih kental dengan desain dan perabotan khas zaman dulu.
Adapun, biaya untuk menginap di Rumah Sawo Mateng sebesar Rp300.000 per kamar. Jika ingin tambahan kasur (extra bed) akan dikenakan biaya sebesar Rp75.000, begitupun dengan sarapan dan makan siang yang dikenakan biaya Rp40.000-Rp60.000 per orangnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.