Suasana toko buku Komunitas Bambu milik JJ Rizal di Depok, Jawa Barat, Jumat (3/2). (Sumber gambar: Hypeabis.id/ Suselo Jati)

Pendiri & Direktur Komunitas Bambu Menilai Minat Baca Masyarakat Indonesia Tidak Rendah

05 February 2023   |   08:58 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Like
Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa (UNESCO) pernah mengeluarkan tingkat literasi atau minat baca masyarakat Indonesia yang rendah, yakni peringkat 60 dari 61 negara. Namun, tingkat literasi yang dikeluarkan itu dinilai tidak menggambarkan kondisi sesungguhnya di dalam negeri.

Minat baca masyarakat Indonesia terhadap buku sebenarnya justru tinggi. Pendiri dan direktur Komunitas Bambu, JJ Rizal, menilai survei UNESCO yang mengatakan bahwa minat baca orang Indonesia yang kecil, yakni 1 orang per 1.000 yang membaca dalam satu tahun harus diuji.

Bukan tanpa sebab, dirinya menemukan bahwa bukan minat baca yang kecil ketika berbicara sama aktivis perbukuan ketika keliling di Indonesia.

Dia menilai bahwa minat baca masyarakat Indonesia yang tinggi, dan bukti bahwa UNESCO keliru dengan surveinya juga terlihat dari banyak public library yang ada di dalam negeri dalam berbagai bentuk, seperti di perahu, motor, gerobak, dan sebagainya.

Baca juga: Rumah Sawo Mateng, Tempat Penginapan Rasa Museum di Depok

Perpustakaan publik yang muncul di masyarakat menunjukkan banyak minat baca masyarakat di dalam negeri besar. “Tapi bukunya yang sulit diakses,” katanya kepada Hypeabis.id.

Dia menambahkan bahwa minat baca masyarakat di dalam negeri tidak mendapatkan dukungan dari ekosistem perbukuan di dalam negeri. Sebagai contoh, masyarakat di wilayah Indonesia timur harus mengeluarkan ongkos kirim yang besar ketika ingin membaca buku karena harus dikirim dari Pulau Jawa.

Menurutnya, masyarakat di wilayah Indonesia timur harus membayar 15 persen – 20 persen lebih mahal lantaran biaya ongkos kirim yang harus dibayarkan. “Jadi, orang Indonesia timur membaca buku, mengakses, buku lebih mahal dari orang di Pulau Jawa. Masa orang yang dalam statistik ekonominya lebih rendah harus membayar lebih mahal,” katanya.


Komunitas Bambu

Dia menambahkan bahwa Komunitas Bambu pada Mei 2023 akan memasuki usia ke-25 tahun atau telah berdiri selama seperempat abad. “[Komunitas Bambu] Aku bisa hidup karena budaya pendukungnya ada, membaca buku sejarah,” katanya.

Dia menilai bahwa ada minat yang besar terhadap sejarah. Pada saat ini banyak orang ingin mengetahui tentang sejarah apa pun, seperti makanan, kota, pemilihan umum, sepak bola, dan sebagainya.

Pria yang juga seorang sejarawan itu melihat kebangkitan minat masyarakat terhadap sejarah tidak lepas dari peristiwa 1998. Ada kemungkinan minat banyak orang itu berkaitan dengan politik sejarah selama masa kekuasaan orde baru.

Selain itu, kebangkitan minat banyak orang terhadap sejarah juga tidak terlepas dari perpindahan era dari analog ke digital yang membuat keterbukaan informasi. “Orang kemudian berusaha ada minat untuk mengakses informasi yang beda, mau tahu informasi yang berbeda dari yang mereka tahu. Jadi, aku melihat itu,” katanya.

Dia menuturkan ada kecenderungan di masyarakat untuk mendekati masalah dengan memakai pendekatan – salah satunya – adalah sejarah. Kemudian, di kota-kota besar juga tumbuh kelompok dan pencinta sejarah kota. Kelompok itu membuat riset dari amatiran sampai profesional tentang kota.

Faktor lainnya adalah di dunia seni, terutama film, banyak sineas membuat karya dengan genre biopik yang tidak didanai oleh pemerintah. Para sineas pasti sudah memiliki hitung-hitungan ketika memutuskan untuk membuat film ini. “Artinya ada masa yang besar akhirnya bikin film biopik,” katanya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Pilih Lip Balm, Lip Butter, atau Lip Gloss? Cek Manfaatnya Dulu Yuk

BERIKUTNYA

Minat Baca Masyarakat Indonesia Tidak Rendah, Sejarawan JJ Rizal Sarankan Bangkitkan lagi Gagasan Perpustakaan Rakyat

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: