Bulan Cinta, Begini 5 Kiat Mengatasi Pacar yang Punya Gangguan Kecemasan
01 February 2023 |
21:00 WIB
Gangguan kecemasan bisa berpengaruh buruk terhadap sebuah hubungan. Masalah bisa saja timbul ketika pasangan tidak tahu bagaimana menangani kondisi ini. Alhasil, komunikasi tidak terjalin dengan baik yang akhirnya bisa menimbulkan pertikaian.
Bicara gangguan kecemasan atau anxiety disorder, kondisi ini banyak dialami remaja Indonesia. Berdasarkan hasil survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) pada 2022, sebanyak satu dari tiga remaja berusia 10-17 tahun memiliki masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir. Jumlah itu setara dengan 15,5 juta remaja di dalam negeri.
Gangguan cemas paling banyak diderita oleh remaja yakni 3,7 persen dari total 2,45 juta remaja yang mengalami gangguan mental. Adapun anxiety disorder adalah gangguan mental yang menyebabkan rasa cemas dan takut berlebihan.
Gejala awal dari kondisi mental ini yakni perasaan gugup hingga jantung berdegup kencang. Gejala dilanjutkan dengan sulit mengendalikan emosi, ketakutan, kekhawatiran, hingga akhirnya mengalami serangan panik (panic attack).
Nah pada bulan yang penuh cinta ini, penting untuk mengetahui dan paham akan kondisi jika pasangan kamu mengalami gangguan kecemasan ini. Buat kamu yang masih bingung harus berbuat apa, berikut kiat berkencan dengan seseorang yang mengalami gangguan kecemasan.
Baca juga: 3 Manfaat Pasangan Keluarga Sadar Konsep Manajemen dan Resolusi Konflik
Pahami gejala yang dialaminya. Dengan demikian kamu tidak kaget ketika kondisi tersebut muncul tiba-tiba. Gejalanya bisa berupa detak jantung cepat, sesak napas, berkeringat, mual, sakit perut, hingga ketegangan otot. Terkadang penderita gangguan kecemasan ini juga mudah marah lho.
Walaupun masuk dalam kategori kesehatan mental, ingat gangguan kecemasan bukan berarti pasangan kamu mengalami gangguan jiwa ya. Kondisi ini berkembang dari serangkaian faktor risiko yang kompleks termasuk, genetika, kimia otak, kepribadian, dan peristiwa kehidupan.
Mengutip Choosing Theraphy, beberapa pemicu gangguan kecemasan yakni kafein, berada di tempat yang ramai, berpikiran negatif, media sosial, konflik, hingga situasi stres. Selain itu, pasangan kamu mungkin mengalami pemicu sensorik yang mengingatkan mereka pada peristiwa traumatis. Lihat apakah ada lagu, bau, atau situasi yang ingin mereka hindari.
Setelah kamu dan pasangan menyadari apa yang memicu kecemasan, kamu bisa berupaya untuk menghindari situasi tersebut atau membangun keterampilan untuk mengatasi perasaan yang ditimbulkannya.
Mengutip Bolde, ketika seseorang mengalami serangan panik, bantu mereka untuk mengatur kembali pernapasan sampai mereka tenang. Beberapa orang mungkin juga harus minum obat penenang. Namun demikian, terkadang yang mereka butuhkan hanyalah genggaman tangan sampai kecemasan berlalu.
Ini termasuk menoleh ke arah pembicara dengan tangan tidak disilangkan untuk menyampaikan bahwa kamu tertarik dengan apa yang mereka katakan. Jangan sekadar menanggapi ya atau tidak. Tanggapi dengan memberi masukan atau diskusi atas hal yang dia bicarakan.
Dengan meminta bantuan profesional, pasangan kamu bisa mengetahui bagaimana mengatasi gangguan kecemasan yang dialaminya. Selain pasangan, kamu juga perlu terapi, sebab kecemasan bisa menular. Oleh karena itu, untuk tetap menjaga kesehatan mental, pergi ke psikolog untuk sekadar curhat atau meminta saran menjadi sangat penting.
Baca juga: 6 Ciri Etika Baik saat Berkencan, Bisa Jadi Lampu Hijau untuk Cari Pasangan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Bicara gangguan kecemasan atau anxiety disorder, kondisi ini banyak dialami remaja Indonesia. Berdasarkan hasil survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) pada 2022, sebanyak satu dari tiga remaja berusia 10-17 tahun memiliki masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir. Jumlah itu setara dengan 15,5 juta remaja di dalam negeri.
Gangguan cemas paling banyak diderita oleh remaja yakni 3,7 persen dari total 2,45 juta remaja yang mengalami gangguan mental. Adapun anxiety disorder adalah gangguan mental yang menyebabkan rasa cemas dan takut berlebihan.
Gejala awal dari kondisi mental ini yakni perasaan gugup hingga jantung berdegup kencang. Gejala dilanjutkan dengan sulit mengendalikan emosi, ketakutan, kekhawatiran, hingga akhirnya mengalami serangan panik (panic attack).
Nah pada bulan yang penuh cinta ini, penting untuk mengetahui dan paham akan kondisi jika pasangan kamu mengalami gangguan kecemasan ini. Buat kamu yang masih bingung harus berbuat apa, berikut kiat berkencan dengan seseorang yang mengalami gangguan kecemasan.
Baca juga: 3 Manfaat Pasangan Keluarga Sadar Konsep Manajemen dan Resolusi Konflik
1. Pelajari Lebih Dalam
Salah satu hal paling sederhana yang bisa kamu lakukan yakni mempelajari gangguan kecemasan yang sedang dialami pasangan. Luangkan waktu untuk memahami apa itu kecemasan dan bagaimana hal itu memengaruhi tubuh dan pikiran orang tersebut.Pahami gejala yang dialaminya. Dengan demikian kamu tidak kaget ketika kondisi tersebut muncul tiba-tiba. Gejalanya bisa berupa detak jantung cepat, sesak napas, berkeringat, mual, sakit perut, hingga ketegangan otot. Terkadang penderita gangguan kecemasan ini juga mudah marah lho.
Walaupun masuk dalam kategori kesehatan mental, ingat gangguan kecemasan bukan berarti pasangan kamu mengalami gangguan jiwa ya. Kondisi ini berkembang dari serangkaian faktor risiko yang kompleks termasuk, genetika, kimia otak, kepribadian, dan peristiwa kehidupan.
2. Ketahui Pemicunya
Pemicu kecemasan berbeda pada setiap orang, namun jenis pemicunya biasanya serupa. Menyadari pemicu ini adalah cara yang bagus untuk bersikap proaktif guna membantu mengelolanya dengan lebih baik di masa mendatang.Mengutip Choosing Theraphy, beberapa pemicu gangguan kecemasan yakni kafein, berada di tempat yang ramai, berpikiran negatif, media sosial, konflik, hingga situasi stres. Selain itu, pasangan kamu mungkin mengalami pemicu sensorik yang mengingatkan mereka pada peristiwa traumatis. Lihat apakah ada lagu, bau, atau situasi yang ingin mereka hindari.
Setelah kamu dan pasangan menyadari apa yang memicu kecemasan, kamu bisa berupaya untuk menghindari situasi tersebut atau membangun keterampilan untuk mengatasi perasaan yang ditimbulkannya.
3. Redakan Gejalanya
Serangan kecemasan atau serangan panik bisa tiba-tiba muncul. Oleh karena itu, sebaiknya kamu bertanya dengan pasangan seperti apa bersikap ketika kondisi tersebut muncul.Mengutip Bolde, ketika seseorang mengalami serangan panik, bantu mereka untuk mengatur kembali pernapasan sampai mereka tenang. Beberapa orang mungkin juga harus minum obat penenang. Namun demikian, terkadang yang mereka butuhkan hanyalah genggaman tangan sampai kecemasan berlalu.
4. Jadilah Pendengar yang Aktif
Penderita gangguan kecemasan biasanya sangat ingin didengarkan dan dihargai. Oleh karena itu, penting untuk menjadi pendengar yang aktif. Perhatikan dan manfaatkan isyarat non-verbal seperti kontak mata, mengangguk, dan gunakan bahasa tubuh terbuka.Ini termasuk menoleh ke arah pembicara dengan tangan tidak disilangkan untuk menyampaikan bahwa kamu tertarik dengan apa yang mereka katakan. Jangan sekadar menanggapi ya atau tidak. Tanggapi dengan memberi masukan atau diskusi atas hal yang dia bicarakan.
5. Minta Bantuan Profesional
Jika kecemasan tersebut berdampak pada kualitas hidup pasangan kamu, bujuk untuk mencari bantuan profesional. Ingat, kamu adalah pasangan mereka, bukan konselor atau terapis yang bisa menangani seluruh kondisi tersebut.Dengan meminta bantuan profesional, pasangan kamu bisa mengetahui bagaimana mengatasi gangguan kecemasan yang dialaminya. Selain pasangan, kamu juga perlu terapi, sebab kecemasan bisa menular. Oleh karena itu, untuk tetap menjaga kesehatan mental, pergi ke psikolog untuk sekadar curhat atau meminta saran menjadi sangat penting.
Baca juga: 6 Ciri Etika Baik saat Berkencan, Bisa Jadi Lampu Hijau untuk Cari Pasangan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.