Mengenal Jaringan Kota Kreatif Sastra di Asia, Satu di Antaranya Jakarta
26 January 2023 |
22:05 WIB
Genhype, tahukah kalian, sejak 2021, Jakarta tergabung dalam jaringan kota kreatif dunia di bidang literatur bersama 5 kota lainnya di Asia yang tergabung dalam jaringan yang sama. Adapun jaringan kota kreatif dengan nama The UNESCO Creative Cities Network atau UCCN ini sendiri sejatinya sudah dibentuk sejak 2004.
Ada sekitar 300 kota di seluruh dunia tergabung dalam jaringan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations Educational, Scientfic, and Culltural Organizaton (UNESCO) tersebut yang terbagi dalam beberapa jenis sektor kreatif.
Adapun tujuh sektor dalam jaringan kota kreatif ini, yaitu desain, literatur, craft and folk art, film, musik, media arts, dan gastronomi. Berikut ini kota-kota yang masuk dalam jaringan kota kreatif UNESCO di Asia:
Terletak di Provinsi Punjab, Pakistan, Lahore sering direferensikan sebagai city of colleges karena banyak dan bervariasinya pendidikan tinggi di kota itu. Selain itu, ada lebih dari 80 rumah penerbitan, 300 toko buku, dan lebih dari 20 perpustakaan publik, serta klub sosial.
Mendapat pengaruh kuat dari kesultanan Delhi pada abak ke-13, Lahore terkenal dengan puisi-puisinya yang menarik perhatian mahasiswa dari Bagdad dan Iran. Selama abad ke-16, pendidikan dan puisi berkembang, dan tetap bertahan hingga sekarang.
Sepanjang tahun, Lahore menjadi tuan rumah festival sastra termasuk Lahore Literary Festival dan Manto Mela, yang memberikan penghargaan kepada penulis, penyair, dan memfasilitasi peluncuran buku, mushaira (pembacaan puisi), workshop kaligrafi, dan pameran. Kota itu juga menjadi tuan rumah Lahore International Book Fair.
Bucheon mendapat warisan dari Byun Yeongro dan Chong Chi-yong, pelopor dari gerakan puisi baru yang aktif pada pertengahan pertama abad ke-20. Sektor literatur mewakili 529 penerbit dengan menghasilkan pendapatan pertahun US$10,3 juta.
Kota ini menginisiasi serial program dan event untuk medorong kebiasaan membaca dan mempromosikan literatur kepada warganya, khususnya melalui perpustakaan umum, dan juga perpustakaan keliling untuk kelompok yang tidak beruntung, Kuliah tentang sastra juga diberikan di Citizen Learning Centre.
Bucheon juga mengimplementasikan sistem pengiriman dalam kota untuk memastikan orang dengan disabilitas dan warga senior memiiliki akses ke buku. Selan itu, juga didirikan dua perpustakaan untuk imigran dan pekerja asing. Kota itu juga menginisiasi bantuan untuk menhubungkan satra dengan industri komik dan film animasi.
Baca juga: Kemenparekraf Dorong Kabupaten Bantul Jadi Kota Kreatif UNESCO, Ini Alasannya!
Setiap tahun Wonju menjadi tuan rumah aktivitas ekonomi dan budaya, melalui Wonju Cultural Foundation and Wonju Cultural Center. Wonju Cultural Foundation juga menjadi tuan rumah pameran buku cerita 2016.
The Toji Culture Center mengadakan program residensi sejak 2001 bagi 1.000 penulis Korea dan 120 penulis internasional dari 30 negara. Park Kyong-Ni Literary Award, bermula pada 2011, telah memberi penghargaan kepada delapan penulis dari tujuh negara.
Pada 2019, Indonesia menjadi industri penerbitan yang paling produktif di Asia Tenggara, menurut International Publishers Association and Jakarta menjadi pusat literasi di Indonesia.
Pada 2020, 60% penerbit Indonesa berbasis di Jakarta. Sementara itu, Jakarta juga memberi kotribusi 25% kepada koleksi digital Indonesia. Ibu Kota Indonesia ini memiliki Taman Ismail Marzuki, sebagai pusat kebudayaan yang medukung para seniman. Jakarta memiliki Perpustakaan Nasional dan Balai Pustaka, yang melayani dan menjadi pendukung banyak penulis di Indonesia.
Didirikan 2.500 tahun lalu di kawasan Sungai Kuning dan Yangtze, Nanjing menjadi ibu kota bagi enam dinasti selama lebih dari 500 tahun. Ini mendorong tradisi sastra klasik termasuk akademi literasi China pertama dan pekerjaan referensi terbesar di dunia, the Imperial Encyclopedia.
Lebih dari 10.000 pekerjaan sastra telah ditulis di Naning, termasuk kisah China klasik Dream of the Red Chamber dan pemenang Nobel, Pearl Buck melalui “The Good Earth”.
Lokal Nanjing juga dikenal memiliki banyak toko buku yang paling indah di dunia.The Qinhuai Lantern Festival menarik minat pengunjung untuk menikmati pembacaan puisi. Nanjing Book Fair digelar setiap Maret. Program Half-city Book Club, salah satu grup perempuan membaca di China yang paling populer untuk kesetaraan gender dalam mengakses buku.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Ada sekitar 300 kota di seluruh dunia tergabung dalam jaringan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations Educational, Scientfic, and Culltural Organizaton (UNESCO) tersebut yang terbagi dalam beberapa jenis sektor kreatif.
Adapun tujuh sektor dalam jaringan kota kreatif ini, yaitu desain, literatur, craft and folk art, film, musik, media arts, dan gastronomi. Berikut ini kota-kota yang masuk dalam jaringan kota kreatif UNESCO di Asia:
1. Lahore, Pakistan
Sudut kota Lahore. (Sumber foto: Unsplash/Muhammad Muzamil)
Terletak di Provinsi Punjab, Pakistan, Lahore sering direferensikan sebagai city of colleges karena banyak dan bervariasinya pendidikan tinggi di kota itu. Selain itu, ada lebih dari 80 rumah penerbitan, 300 toko buku, dan lebih dari 20 perpustakaan publik, serta klub sosial.
Mendapat pengaruh kuat dari kesultanan Delhi pada abak ke-13, Lahore terkenal dengan puisi-puisinya yang menarik perhatian mahasiswa dari Bagdad dan Iran. Selama abad ke-16, pendidikan dan puisi berkembang, dan tetap bertahan hingga sekarang.
Sepanjang tahun, Lahore menjadi tuan rumah festival sastra termasuk Lahore Literary Festival dan Manto Mela, yang memberikan penghargaan kepada penulis, penyair, dan memfasilitasi peluncuran buku, mushaira (pembacaan puisi), workshop kaligrafi, dan pameran. Kota itu juga menjadi tuan rumah Lahore International Book Fair.
2. Bucheon, Korsel
Kota Bucheon, Korsel. (Sumber foto: Unsplash/Daniel Bernard)
Bucheon mendapat warisan dari Byun Yeongro dan Chong Chi-yong, pelopor dari gerakan puisi baru yang aktif pada pertengahan pertama abad ke-20. Sektor literatur mewakili 529 penerbit dengan menghasilkan pendapatan pertahun US$10,3 juta.
Kota ini menginisiasi serial program dan event untuk medorong kebiasaan membaca dan mempromosikan literatur kepada warganya, khususnya melalui perpustakaan umum, dan juga perpustakaan keliling untuk kelompok yang tidak beruntung, Kuliah tentang sastra juga diberikan di Citizen Learning Centre.
Bucheon juga mengimplementasikan sistem pengiriman dalam kota untuk memastikan orang dengan disabilitas dan warga senior memiiliki akses ke buku. Selan itu, juga didirikan dua perpustakaan untuk imigran dan pekerja asing. Kota itu juga menginisiasi bantuan untuk menhubungkan satra dengan industri komik dan film animasi.
Baca juga: Kemenparekraf Dorong Kabupaten Bantul Jadi Kota Kreatif UNESCO, Ini Alasannya!
3. Wonju, Korea Selatan
Wonju, sebuah kota di Korsel memilik penduduk 350.000 jiwa, memiliki tradisi sastra yang kuat, memiliki penulis terkenal Park Kyong-Ni, yang berkerja untuk Toji, yang sudah dikenal UNESCO. Pada 2016, sebanyak 4,5% GDP regional berasal dari sektor budaya yang mencapai sekitar US$310 juta. Selain itu ada sekitar 100 penulis profesional aktif di Wonju.Setiap tahun Wonju menjadi tuan rumah aktivitas ekonomi dan budaya, melalui Wonju Cultural Foundation and Wonju Cultural Center. Wonju Cultural Foundation juga menjadi tuan rumah pameran buku cerita 2016.
The Toji Culture Center mengadakan program residensi sejak 2001 bagi 1.000 penulis Korea dan 120 penulis internasional dari 30 negara. Park Kyong-Ni Literary Award, bermula pada 2011, telah memberi penghargaan kepada delapan penulis dari tujuh negara.
4. Jakarta, Indonesia
Jakarta menjadi rumah dari idustri kreatif yang kuat. Ekonomi kreatif terus berkembang, sejak keluarnya Peraturan Presiden pada 2015, yang meliputi 16 industri, termasuk sektor penerbitan. Jakarta dikenal sebagai pusat industri penerbitan di Indonesia.Pada 2019, Indonesia menjadi industri penerbitan yang paling produktif di Asia Tenggara, menurut International Publishers Association and Jakarta menjadi pusat literasi di Indonesia.
Pada 2020, 60% penerbit Indonesa berbasis di Jakarta. Sementara itu, Jakarta juga memberi kotribusi 25% kepada koleksi digital Indonesia. Ibu Kota Indonesia ini memiliki Taman Ismail Marzuki, sebagai pusat kebudayaan yang medukung para seniman. Jakarta memiliki Perpustakaan Nasional dan Balai Pustaka, yang melayani dan menjadi pendukung banyak penulis di Indonesia.
5. Nanjing, China
Kota Nanjing. (Sumber gambar: Unsplash/He Lihuo)
Didirikan 2.500 tahun lalu di kawasan Sungai Kuning dan Yangtze, Nanjing menjadi ibu kota bagi enam dinasti selama lebih dari 500 tahun. Ini mendorong tradisi sastra klasik termasuk akademi literasi China pertama dan pekerjaan referensi terbesar di dunia, the Imperial Encyclopedia.
Lebih dari 10.000 pekerjaan sastra telah ditulis di Naning, termasuk kisah China klasik Dream of the Red Chamber dan pemenang Nobel, Pearl Buck melalui “The Good Earth”.
Lokal Nanjing juga dikenal memiliki banyak toko buku yang paling indah di dunia.The Qinhuai Lantern Festival menarik minat pengunjung untuk menikmati pembacaan puisi. Nanjing Book Fair digelar setiap Maret. Program Half-city Book Club, salah satu grup perempuan membaca di China yang paling populer untuk kesetaraan gender dalam mengakses buku.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.