Melihat Tren Akulturasi Fesyen China dan Indonesia pada Imlek 2023
24 January 2023 |
16:00 WIB
Tahun Baru Imlek selalu dirayakan dengan suka cita sebagai penanda pergantian tahun dalam penanggalan China. Ada banyak tradisi yang terus dilestarikan dalam menyambut pergantian tahun tersebut. Salah satunya ialah tradisi mengenakan baju baru pada Hari Raya Imlek.
Sebelum hari istimewa ini, banyak orang yang berburu pakaian baru untuk dikenakan saat kumpul keluarga. Pakar Fashion Sonny Muchlison mengatakan perayaan Tahun Baru Imlek secara tidak langsung memberikan imbas terhadap bisnis fesyen di Indonesia.
Baca juga: Rayakan Tahun Baru Imlek di Rumah, Ini Sajian Drama China yang Bisa Ditonton
Momen yang spesial bagi warga China ini ikut mendorong perputaran bisnis mode di dalam negeri. Dalam kondisi biasa, fesyen akan cenderung statis karena pergerakan mode sangat bergantung dengan pemahaman masyarakat. Namun, dengan adanya tren dan momen-momen spesial, bisnis fesyen cenderung lebih cepat berputar.
Terlebih, saat ini perayaan Tahun Baru Imlek terasa lebih universal. Sebab, akulturasi budaya China di Indonesia sudah sangat melebur, termasuk dalam dunia fesyen.
“Dalam beberapa tahun terakhir, tren pakaian China yang dipadukan unsur lokal sudah mulai digemari. Pakaian cheongsam dengan bahan batik itu jadi fesyen yang sangat menarik,” ujar Sonny kepada Hypeabis.id.
Sonny menjelaskan euforia mengakulturasikan budaya China dan Indonesia didorong oleh warga China lokal yang ingin menunjukkan bahwa mereka cinta Tanah Air. Jadi, mereka mulai memadupadankan busana China dengan batik, tenun, atau pakaian khas Nusantara lainnya.
Namun, secara umum tren fesyen pada saat Imlek tidak akan jauh dari pakaian-pakaian khas China, seperti hanfu, cheongsam, qipao, tang suit, dan lainnya. Akan tetapi, Sonny melihat masyarakat kini lebih menyukai pakaian yang telah dimodifikasi sehingga menjadi lebih fleksibel dan mudah dipadu padankan lias mix and match.
Jenis pakaian yang fleksibel dan mudah untuk mix and match cenderung lebih diminati sekarang ini. Hal itu dipengaruhi oleh adanya ancaman resesi pada tahun ini sehingga pengeluaran harus lebih dijaga. Alih-alih membeli baju sekali pakai, masyarakat lebih senang membeli pakaian yang versatile.
Selain itu, tren pakaian sustainable juga akan menjadi warna baru yang kian digemari. Lalu, bahan yang berkualitas dan bisa dipakai dalam jangka waktu lama juga akan jadi pertimbangan penting.
Soal warna, Sonny melihat merah dan emas masih mendominasi. Dua warna ini merupakan warna dasar dalam perayaan Imlek. Namun, salah kaprah jika menganggap Imlek harus selalu berwarna merah dan emas.
Sebab, tidak menutup kemungkinan warna dasar itu akan dikombinasikan dengan sejumlah warna lain, seperti burgundy. Kombinasi warna ini akan menghasilkan fesyen yang lebih segar, tetapi tidak melupakan tradisi yang ada.
Sonny mengatakan tambahan warna gradasi biru juga masih diminati banyak orang. Selain membuat tampilan lebih stylish, warna tersebut juga melambangkan keteduhan. Lalu, oranye juga diminati karena masih berhubungan dengan warna khas Imlek, yakni jeruk Mandarin.
“Dari cara berpakaiannya, orang cenderung lebih suka melakukan mix and match dan memainkan kontras warna. Hal itu membuat fesyen tidak monoton,” ujar Sonny.
Baca juga: Selain Cheongsam, Ini Pakaian yang Dikenakan saat Tahun Baru Imlek
Mengingat kebutuhan akan fesyen yang tinggi, Imlek diprediksi jadi momentum pergerakan bisnis mode pada awal 2023. Namun, bukan hal mudah memanfaatkan momentum besar ini. Sonny menyarankan agar desainer maupun toko-toko busana agar berlomba memberikan kebaruan dan aksen fesyen yang berbeda agar menarik masyarakat untuk membelinya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Fajar Sidik.
Sebelum hari istimewa ini, banyak orang yang berburu pakaian baru untuk dikenakan saat kumpul keluarga. Pakar Fashion Sonny Muchlison mengatakan perayaan Tahun Baru Imlek secara tidak langsung memberikan imbas terhadap bisnis fesyen di Indonesia.
Baca juga: Rayakan Tahun Baru Imlek di Rumah, Ini Sajian Drama China yang Bisa Ditonton
Momen yang spesial bagi warga China ini ikut mendorong perputaran bisnis mode di dalam negeri. Dalam kondisi biasa, fesyen akan cenderung statis karena pergerakan mode sangat bergantung dengan pemahaman masyarakat. Namun, dengan adanya tren dan momen-momen spesial, bisnis fesyen cenderung lebih cepat berputar.
Terlebih, saat ini perayaan Tahun Baru Imlek terasa lebih universal. Sebab, akulturasi budaya China di Indonesia sudah sangat melebur, termasuk dalam dunia fesyen.
“Dalam beberapa tahun terakhir, tren pakaian China yang dipadukan unsur lokal sudah mulai digemari. Pakaian cheongsam dengan bahan batik itu jadi fesyen yang sangat menarik,” ujar Sonny kepada Hypeabis.id.
Gaya batik peranakan (Sumber gambar: Sonny Muchlison)
Sonny menjelaskan euforia mengakulturasikan budaya China dan Indonesia didorong oleh warga China lokal yang ingin menunjukkan bahwa mereka cinta Tanah Air. Jadi, mereka mulai memadupadankan busana China dengan batik, tenun, atau pakaian khas Nusantara lainnya.
Namun, secara umum tren fesyen pada saat Imlek tidak akan jauh dari pakaian-pakaian khas China, seperti hanfu, cheongsam, qipao, tang suit, dan lainnya. Akan tetapi, Sonny melihat masyarakat kini lebih menyukai pakaian yang telah dimodifikasi sehingga menjadi lebih fleksibel dan mudah dipadu padankan lias mix and match.
Jenis pakaian yang fleksibel dan mudah untuk mix and match cenderung lebih diminati sekarang ini. Hal itu dipengaruhi oleh adanya ancaman resesi pada tahun ini sehingga pengeluaran harus lebih dijaga. Alih-alih membeli baju sekali pakai, masyarakat lebih senang membeli pakaian yang versatile.
Selain itu, tren pakaian sustainable juga akan menjadi warna baru yang kian digemari. Lalu, bahan yang berkualitas dan bisa dipakai dalam jangka waktu lama juga akan jadi pertimbangan penting.
Perbaduan cheongsam dengan batik khas Cirebonan (Sumber gambar: Sonny Muchlison)
Soal warna, Sonny melihat merah dan emas masih mendominasi. Dua warna ini merupakan warna dasar dalam perayaan Imlek. Namun, salah kaprah jika menganggap Imlek harus selalu berwarna merah dan emas.
Sebab, tidak menutup kemungkinan warna dasar itu akan dikombinasikan dengan sejumlah warna lain, seperti burgundy. Kombinasi warna ini akan menghasilkan fesyen yang lebih segar, tetapi tidak melupakan tradisi yang ada.
Sonny mengatakan tambahan warna gradasi biru juga masih diminati banyak orang. Selain membuat tampilan lebih stylish, warna tersebut juga melambangkan keteduhan. Lalu, oranye juga diminati karena masih berhubungan dengan warna khas Imlek, yakni jeruk Mandarin.
“Dari cara berpakaiannya, orang cenderung lebih suka melakukan mix and match dan memainkan kontras warna. Hal itu membuat fesyen tidak monoton,” ujar Sonny.
Baca juga: Selain Cheongsam, Ini Pakaian yang Dikenakan saat Tahun Baru Imlek
Mengingat kebutuhan akan fesyen yang tinggi, Imlek diprediksi jadi momentum pergerakan bisnis mode pada awal 2023. Namun, bukan hal mudah memanfaatkan momentum besar ini. Sonny menyarankan agar desainer maupun toko-toko busana agar berlomba memberikan kebaruan dan aksen fesyen yang berbeda agar menarik masyarakat untuk membelinya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Fajar Sidik.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.