5 Fakta Menarik Tradisi Berbagi Angpau yang Identik dengan Imlek
21 January 2023 |
16:25 WIB
Perayaan Imlek selalu identik dengan kemeriahan, dan momen yang paling ditunggu-tunggu oleh setiap keluarga yang merayakannya adalah saat pembagian angpau. Ya, salah satu tradisi turun temurun yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa ini memang menjadi keseruan tersendiri saat pergantian Tahun Baru China.
Selain beribadah ritual untuk mendoakan para leluhur, pemberian angpau juga menjadi ritual khas etnis Tionghoa sejak lama saat perayaan Imlek. Secara etimologis kata angpau sendiri berasal dari dua suku kata, yaitu hang yang berarti merah, dan bao yang bermakna amplop.
Baca juga: Ada Bagi-Bagi Angpau, Ini 9 Tradisi Imlek di Indonesia
Pemberian angpau sebenarnya tidak hanya dilakukan saat perayaan imlek saja. Tapi juga pada saat perayaan tertentu, seperti ulang tahun hingga momen pernikahan. Pasalnya tradisi tersebut diyakini dapat membawa keberuntungan baik dari pemberi maupun penerima angpau.
Nah, bagi yang penasaran ada fakta menarik apa saja dalam tradisi pemberian angpau yang identik dengan amplop berwarna merah itu? Yuk simak ulasannya yang dirangkum Hypeabis.id dari berbagai sumber.
Fakta unik mengenai tradisi berbagi angpau adalah selalu menggunakan amplop berwarna merah dengan nominal uang tertentu di dalamnya. Pasalnya, warna dengan nuansa merah bagi masyarakat Tionghoa memiliki simbol kebahagiaan bagi pihak penerima dan pemberi.
Tak hanya untuk angpau, penggunaan warna merah pun selalu identik saat perayaan Imlek. Yaitu saat etnis Tionghoa juga menghias rumah, menggunakan pakaian, serta aksesori berwarna merah. Hal ini karena warna tersebut melambangkan sesuatu yang kuat, sejahtera, dan diyakini dapat membawa hoki saat memasuki tahun baru.
Selain wajib menggunakan amplop merah, tradisi Tionghoa memiliki pantangan memasukan nominal uang berjumlah angka 4 dalam angpau. Sebab angka 4 (shi) memiliki pelafalan yang sama dengan kata 'mati'. Oleh karena itu, angka ini diyakini akan membawa ketidakberuntungan bagi penerima dan pemberi angpau.
Tak hanya itu, angka genap dalam kepercayaan etnis Tionghoa juga merupakan simbol keberuntungan, tapi sebaliknya angka ganjil adalah simbol kedukaan. Dari sinilah biasanya pemberi angpau akan menghindari bilangan ganjil dan menggunakan angka-angka genap terkecuali nominal dengan bilangan 4 di dalamnya, seperti Rp400.000, Rp40.000, dan lain sebagainya.
Menurut tradisi dalam masyarakat Tionghoa, proses pemberian angpau juga harus diberikan langsung kepada penerima dan tidak boleh dititipkan. Pasalnya, hal ini akan mengurangi esensi keberuntungan dan doa yang diharapkan tidak mustajab.
Pemberian angpau tanpa perantara ini juga dilakukan sejak hari pertama Imlek sampai hari ke-15 atau saat perayaan yang dikenal dengan istilah Cap Go Meh. Jadi, momen berbagi angpau biasanya dilakukan saat keluarga berkumpul di rumah sehingga tidak ada yang terlewat.
(4. ... klik tombol berikutnya di bawah ini)
Selain beribadah ritual untuk mendoakan para leluhur, pemberian angpau juga menjadi ritual khas etnis Tionghoa sejak lama saat perayaan Imlek. Secara etimologis kata angpau sendiri berasal dari dua suku kata, yaitu hang yang berarti merah, dan bao yang bermakna amplop.
Baca juga: Ada Bagi-Bagi Angpau, Ini 9 Tradisi Imlek di Indonesia
Pemberian angpau sebenarnya tidak hanya dilakukan saat perayaan imlek saja. Tapi juga pada saat perayaan tertentu, seperti ulang tahun hingga momen pernikahan. Pasalnya tradisi tersebut diyakini dapat membawa keberuntungan baik dari pemberi maupun penerima angpau.
Nah, bagi yang penasaran ada fakta menarik apa saja dalam tradisi pemberian angpau yang identik dengan amplop berwarna merah itu? Yuk simak ulasannya yang dirangkum Hypeabis.id dari berbagai sumber.
1. Amplop harus berwarna merah
ilustrasi angpao (sumber gambar pexels/rodnae productions)
Tak hanya untuk angpau, penggunaan warna merah pun selalu identik saat perayaan Imlek. Yaitu saat etnis Tionghoa juga menghias rumah, menggunakan pakaian, serta aksesori berwarna merah. Hal ini karena warna tersebut melambangkan sesuatu yang kuat, sejahtera, dan diyakini dapat membawa hoki saat memasuki tahun baru.
2. Tidak boleh diisi angka 4 dan ganjil
Selain wajib menggunakan amplop merah, tradisi Tionghoa memiliki pantangan memasukan nominal uang berjumlah angka 4 dalam angpau. Sebab angka 4 (shi) memiliki pelafalan yang sama dengan kata 'mati'. Oleh karena itu, angka ini diyakini akan membawa ketidakberuntungan bagi penerima dan pemberi angpau.Tak hanya itu, angka genap dalam kepercayaan etnis Tionghoa juga merupakan simbol keberuntungan, tapi sebaliknya angka ganjil adalah simbol kedukaan. Dari sinilah biasanya pemberi angpau akan menghindari bilangan ganjil dan menggunakan angka-angka genap terkecuali nominal dengan bilangan 4 di dalamnya, seperti Rp400.000, Rp40.000, dan lain sebagainya.
3. Angpau tidak boleh dititipkan
Ilustrasi pemberian angpao (Sumber gambar: Pexeles/Rodnae Productions)
Menurut tradisi dalam masyarakat Tionghoa, proses pemberian angpau juga harus diberikan langsung kepada penerima dan tidak boleh dititipkan. Pasalnya, hal ini akan mengurangi esensi keberuntungan dan doa yang diharapkan tidak mustajab.
Pemberian angpau tanpa perantara ini juga dilakukan sejak hari pertama Imlek sampai hari ke-15 atau saat perayaan yang dikenal dengan istilah Cap Go Meh. Jadi, momen berbagi angpau biasanya dilakukan saat keluarga berkumpul di rumah sehingga tidak ada yang terlewat.
(4. ... klik tombol berikutnya di bawah ini)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.