Sejarah, Makna & Pedoman Memberikan Angpau yang Identik dengan Imlek
21 January 2023 |
12:30 WIB
Memberikan angpau merupakan salah satu tradisi yang dilestarikan masyarakat Tionghoa saat perayaan Imlek tiba. Ya, saat momen istimewa itu dirayakan, maka anak-anak akan ketiban durian runtuh karena kantong mereka akan penuh dengan amplop-amplop yang di dalamnya terdapat uang dengan berbagai nominal.
Dihimpun dari Indonesia Baik, kata angpau sendiri berasal dari dua suku kata, yaitu hang yang berarti merah dan bao yang bermakna amplop. Dengan demikian angpau bisa diartikan sebagai amplop merah dan menjadi bentuk hadiah atau pemberian uang pada momen tertentu.
Bagi masyarakat Tionghoa, warna merah memang dianggap sebagai simbol keberuntungan, kebahagiaan, dan sumber kehidupan. Oleh karena itu, angpau diberikan sebagai tanda harapan yang baik di hari-hari perayaan tertentu, termasuk Tahun Baru China atau saat acara bahagia lainnya.
Baca juga: 3 Hal Seru yang Tidak Boleh Dilewatkan saat Perayaan Imlek
Meski termasuk tradisi lama yang telah berusia ribuan tahun, kebiasaan memberi angpau hingga saat ini pun masih dilestarikan oleh masyarakat. Lantas, bagaimana sih sebenarnya sejarah pemberian angpao saat Imlek dan maknanya bagi komunitas Tionghoa?
Ada berbagai versi mengenai awal mula sejarah angpau. Tapi salah satu legenda yang populer adalah tradisi angpau sudah dimulai dan berasal dari Dinasti Song pada abad ke-12. Tradisi ini berawal dari sebuah legenda tentang sosok iblis bernama Sui yang mencari anak-anak yang tertidur saat malam tahun baru.
Oleh karena itu, agar anak-anak tidak diganggu Sui , para orang tua akan membakar lilin dan begadang setiap malam di Tahun Baru Imlek bersama anaknya. Hal ini dikarenakan jika sampai sang anak sampai disentuh oleh Sui, maka keesokan harinya anak tersebut akan sakit atau meninggal.
Syahdan, seorang anak kemudian diberi delapan koin yang dibungkus dengan kertas merah oleh orang tuanya agar tidak tertidur, tapi sang anak tetap tertidur di malam tahun baru. Ketika Sui muncul dan hendak menyentuh anak tersebut, delapan koin yang ternyata merupakan jelmaan dewa itu memunculkan cahaya dan menghalau sang iblis.
Cerita itu pun kemudian menyebar ke seluruh penduduk desa. Akhirnya para orang tua selalu memberikan amplop merah berisi koin atau uang kepada anak-anak mereka setiap tahun baru tiba. Tapi, salah satu syaratnya adalah anak-anak harus berdoa terlebih dulu untuk para leluhur dan dewa yang telah menyelamatkan mereka sebelum menerima angpau tersebut.
Adapun, dalam pemaknaannya angpau dapat diartikan sebagai amplop merah yang merupakan simbol kebersamaan, bentuk kepedulian dan berbagi kegembiraan antar-sesama terutama yang belum mampu perayaan Tahun Baru China. Tak hanya itu, membungkus uang keberuntungan dalam amplop merah diharapkan dapat memberikan lebih banyak kebahagiaan bagai penerimanya.
Di China sendiri, amplop merah dengan uang di dalamnya disebut ya sui qian, yang jika diartikan berarti 'menekan uang Sui [setan]'. Mereka yang menerima amplop tersebut maka berharap tahun yang mereka songsong bakal lebih baik dengan keberuntungan yang melimpah.
Dihimpun dari Indonesia Baik, kata angpau sendiri berasal dari dua suku kata, yaitu hang yang berarti merah dan bao yang bermakna amplop. Dengan demikian angpau bisa diartikan sebagai amplop merah dan menjadi bentuk hadiah atau pemberian uang pada momen tertentu.
Bagi masyarakat Tionghoa, warna merah memang dianggap sebagai simbol keberuntungan, kebahagiaan, dan sumber kehidupan. Oleh karena itu, angpau diberikan sebagai tanda harapan yang baik di hari-hari perayaan tertentu, termasuk Tahun Baru China atau saat acara bahagia lainnya.
Baca juga: 3 Hal Seru yang Tidak Boleh Dilewatkan saat Perayaan Imlek
Meski termasuk tradisi lama yang telah berusia ribuan tahun, kebiasaan memberi angpau hingga saat ini pun masih dilestarikan oleh masyarakat. Lantas, bagaimana sih sebenarnya sejarah pemberian angpao saat Imlek dan maknanya bagi komunitas Tionghoa?
Sejarah dan Makna Angpau
Ada berbagai versi mengenai awal mula sejarah angpau. Tapi salah satu legenda yang populer adalah tradisi angpau sudah dimulai dan berasal dari Dinasti Song pada abad ke-12. Tradisi ini berawal dari sebuah legenda tentang sosok iblis bernama Sui yang mencari anak-anak yang tertidur saat malam tahun baru.Oleh karena itu, agar anak-anak tidak diganggu Sui , para orang tua akan membakar lilin dan begadang setiap malam di Tahun Baru Imlek bersama anaknya. Hal ini dikarenakan jika sampai sang anak sampai disentuh oleh Sui, maka keesokan harinya anak tersebut akan sakit atau meninggal.
Syahdan, seorang anak kemudian diberi delapan koin yang dibungkus dengan kertas merah oleh orang tuanya agar tidak tertidur, tapi sang anak tetap tertidur di malam tahun baru. Ketika Sui muncul dan hendak menyentuh anak tersebut, delapan koin yang ternyata merupakan jelmaan dewa itu memunculkan cahaya dan menghalau sang iblis.
Ilustrsasi Angpao (sumber gambar Pexeles/RODNAE Productions)
Cerita itu pun kemudian menyebar ke seluruh penduduk desa. Akhirnya para orang tua selalu memberikan amplop merah berisi koin atau uang kepada anak-anak mereka setiap tahun baru tiba. Tapi, salah satu syaratnya adalah anak-anak harus berdoa terlebih dulu untuk para leluhur dan dewa yang telah menyelamatkan mereka sebelum menerima angpau tersebut.
Adapun, dalam pemaknaannya angpau dapat diartikan sebagai amplop merah yang merupakan simbol kebersamaan, bentuk kepedulian dan berbagi kegembiraan antar-sesama terutama yang belum mampu perayaan Tahun Baru China. Tak hanya itu, membungkus uang keberuntungan dalam amplop merah diharapkan dapat memberikan lebih banyak kebahagiaan bagai penerimanya.
Di China sendiri, amplop merah dengan uang di dalamnya disebut ya sui qian, yang jika diartikan berarti 'menekan uang Sui [setan]'. Mereka yang menerima amplop tersebut maka berharap tahun yang mereka songsong bakal lebih baik dengan keberuntungan yang melimpah.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.