Yulia Evina Bhara, produser film Autobiography (Sumber gambar: Instagram.com/yuliaevinabhara)

Cerita Yulia Sang Produser Autobiography, Keliling Festival Film Dunia hingga Bangga Pulang ke Rumah

19 January 2023   |   19:54 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Autobiography baru saja menghiasi layar sinema Indonesia hari ini, 19 Januari 2022. Film yang sudah malang melintang di 29 festival film kelas dunia itu akhirnya menginjakkan kaki di negeri sendiri. Bukan mudah bagi Makbul Mubarak dan Yulia Evina Bhara selaku sutradara dan produser dalam mengarap film ini.

Keduanya bertemu di Yogyakarta pada akhir 2016 sebelum kemudian memutuskan untuk mengembangkan film ini pada awal 2017. Mulai dari sana, Makbul dan  Yulia dibantu dengan tim mulai membentuk sinopsis dan treatment sebelum akhirnya submit film ke Torino Film Lab 2017.

Tak disangka, mereka menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia di proyek besar ini. Selama kurang lebih 7 bulan, Makbul dan tim menemui banyak mentor di sebuah lab yang terbilang prestis bagi insan film, cerita Yulia Evina kepada Hypeabis.id.

Baca juga: 4 Film Marvel Paling Ditunggu di 2023, Spider-Man versi Animasi Bakal Tayang Lagi!

Meski sudah tukar pendapat dengan mentor di Torino Film Lab, mereka merasa proyek ini belum sempurna dan melakukan submit di lab film lainnya di Singapura, Thailand, dan banyak lagi. Setelah merasa cukup dengan proyek ini, akhirnya mereka membuka diri untuk proyek market.

“Kami sentil market sedikit, bahwa ada film berjudul Autobiography yang disutradarai oleh Makbul dan saya sebagai produser, singkatkan kita jelaskan akan syuting dan membutuhkan partner,” jelas Yulia.

Mereka akhirnya mendapat banyak partner yang kini menjadi co-produser Autobiography dari berbagai negara seperti Polandia, Prancis, Jerman, Filipina, dan lainnya. Oleh karena itu, Yulia juga menyebut proyek ini sebagai proyek co-produser 7 negara.

Selanjutnya, Autobiography disiapkan untuk syuting pada 2020 setelah mendapat pendanaan internasional. Namun kala itu kata Yulia, pandemi datang dan menghalangi semua proyek yang sudah direncanakan. Pertemuan dengan para partner pun harus dilakukan secara online untuk menentukan eksplorasi dua tokoh atau karakter utama di film ini yaitu Rakib dan Pak Purna.


Bojonegoro Sebagai Set Lokasi Autobiography

Produksi Autobioghraphy di Bojonegoro (Sumber gambar: Instagram.com/yuliaevinabhara

Produksi Autobioghraphy di Bojonegoro. (Sumber gambar: Instagram.com/yuliaevinabhara


Sepanjang 2020, Makbul dan Yulia juga sudah bulak balik mengecek lokasi pengambilan gambar dengan belasan penghargaan film ini. Bojonegoro, kota yang dipilih keduanya untuk menjadi set syuting Autobiography.

Kala itu, mereka bertemu dengan Komisi Film Bojonegoro yang menawarkan agar proses syuting Autobiography berjalan di Kota Jati tersebut. “Sebetulnya set bisa di mana saja, asal Pulau Jawa. Kita butuh tempat yang secara atmosfer terasa panas, dan pas kita suvei ternyata sangat cocok dengan set yang kita mau,” kata Yulia.

Setelah menentukan set, akhirnya mereka melakukan persiapan tatap muka pada akhir 2020 sebelum memutuskan Mei 2021 jadi waktu yang tempat untuk menggarap proses syuting yang berlangsung dalam 43 hari. “Jadi kita melalui proses panjang dari 2017 itu, sinopsis, developing, dan segala hal sampai syuting juga akhirnya pada Mei 2021,” jelasnya.

Karena proyek ini mendatangkan banyak insan film mancanegara, Yulia menyebut tantangannya adalah menyelaraskan pola kerja. “Tidak ada diskusi yang tidak kelar-kelar atau debat yang tidak efektif. Semuanya harus kerja seusai porsi dan mengingat kalau tujuan kita adalah filmnya sendiri, tidak ada yang lain,” kata Yulia tegas.
 
 

Siratkan Sisi Kemanusiaan

Autobiography sebetulnya mengangkat cerita yang sangat sederhana. Konsepnya adalah hubungan antara majikan dan pembantu. Sangat berhubungan dengan realitas masyarakat tidak hanya di Indonesia, tapi di mana pun. Bagi Yulia, inilah alasan mengapa Autobiography sangat relevan sebagai film drama yang berbeda. “Film ini meresonansi semua orang, ceritanya sangat dekat dan bisa kita kita rasakan terutama dari sisi kemanusiaannya,” jelas Yulia.

Satu kalimat menarik yang Yulia lontarkan saat ditanyai mengenai makna film ini. “Tidak ada orang yang sangat baik tanpa celah atau sangat buruk tanpa celah. Bukankah sebetulnya begitulah kemanusiaan ini?” ungkap Yulia.

Meski sudah memenangkan 18 penghargaan, Yulia menyebut akan lebih senang jika filmnya diterima di negeri sendiri. Dalam pandangannya, cerita film ini sangat penting untuk penonton Indonesia. Sebuah film kecil bergenre suspense thriller yang memiliki segudang makna yang diharapkan bisa memberi warna baru bagi sinema Indonesia.

“Sebahagia-bahagianya kami film ini diputar dan dihargai festival dunia, tentu kami bahagia jika film ini diterima dan ditonton di negeri sendiri,” tutup Yulia.


Editor: Indyah Sutriningrum
 

SEBELUMNYA

The Banshees of Inisherin, Film Datar yang Dipuji Kritikus

BERIKUTNYA

Adopsi Kripto Bakal Pesat di Tengah Rintangan pada 2023  

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: