Sejumlah produk kosmetik milik Revlon. (Sumber gambar : Instagram Revlon)

Intip 5 Penyebab Raksasa Kosmetik Revlon Bangkrut

23 December 2022   |   10:46 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Revlon Inc resmi dinyatakan bangkrut pada Senin (19/12/2022). Perusahaan kosmetik global ini pun melakukan restrukturisasi utang dengan menyerahkan kepemilikan perusahaan kepada pemberi pinjaman dan menghapus pemegang saham.

Sebelumnya, perusahaan milik Ronald Perelman ini pada Juli lalu mengajukan permohonan bangkrut karena mengalami masalah beban utang US$3,5 miliar hingga persaingan dagang. Sempat bersitegang, akhirnya Revlon mencapai kesepakatan dengan kelompok pemberi pinjaman kritis dan komite resmi kreditur tanpa jaminan. 

Baca juga: 6,5 juta Kosmetik yang dijual Daring Ternyata Berbahaya, Ini Efeknya Bagi Tubuh

Seperti dilaporkan, kesepakatan itu menegaskan bahwa saham kepemilikan di Revlon dibagikan kepada pemberi pinjaman yang terjamin, sementara sebagian besar kreditur peringkat terendah perusahaan ditiadakan. Selain itu, pemegang saham tidak akan dapat apa-apa.

Berdasarkan kesepakatan itu, Revlon harus menyerahkan kesempatan tersebut pada hakim kebangkrutan pekan ini dan keluar dari perlindungan kebangkrutan chapter 11 pada 17 April 2023.  

Bangkrutnya Revlon memang cukup mengejutkan mengingat perusahaan ini telah 90 tahun berdiri. Lantas apa yang menyebabkan raksasa kosmetik global ini bangkrut? Simak beberapa faktor yang dirangkum Hypeabis.id dari beberapa sumber.


1.  Akuisisi Agresif

Platform analisis risiko keuangan B2B CreditRiskMonitor menyebut Revlon melakukan langkah agresif dengan mengakuisisi Elizabeth Arden ke koleksi mereknya pada 2016. Langkah tersebut mengharuskan perusahaan untuk menyerap utang Elizabeth Arden sambil membiayai kembali utangnya sendiri.

Menurut CreditRiskMonitor ini lantas meningkatkan leverage dan saldo utang absolut hingga lebih dari 50 persen. Manajemen mengharapkan kesepakatan itu menghasilkan penjualan dan pendapatan yang lebih tinggi. Namun demikian, terkadang kesepakatan tidak berjalan sesuai rencana.


2. Beban Utang Bertambah

Utang jangka panggang Revlon meningkat setiap tahun antara 2017-2021. Sementara itu, terjadi penurunan ekuitas pemegang saham dan leverage perusahaan meningkat selama rentang waktu tersebut

Revlon memperkirakan bahwa kewajiban membayar utangnya mencapai lebih dari US$10 miliar saat mengajukan bangkrut ke pengadilan. Satu-satunya hal yang menyelamatkannya dari kebangkrutan adalah menerima pinjaman yang terus memperpanjang kredit perusahaan.

Mereka pun mendapat pembiayaan dari kreditur US$575 juta agar tetap beroperasi. “Dengan mengatasi kendala utang yang kompleks ini, kami berharap dapat menyederhanakan struktur modal kami dan secara signifikan mengurangi utang kami,” kata Presiden dan CEO Revlon Debra Perelman dalam siaran pers Juni lalu. 

Namun demikian, pinjaman itu menjadi masalah yang jauh lebih besar pada 2022 karena bank sentral mulai menaikkan suku bunga karena 88 persen utang Revlon adalah suku bunga variabel. Terlalu banyak hutang, terlalu sedikit laba operasi dan arus kas, dan biaya bunga yang meningkat, terbukti memaksa Revlon menyatakan kebangkrutan


3. Rantai Pasokan Bermasalah 

Masalah keuangan Revlon datang pada saat gejolak luas di sektor kecantikan menyusul puncak  pandemi. Mereka kekurangan bahan baku termasuk kertas, kaca, dan minyak kunci lainnya. Sementara itu, harga bahan baku terus melonjak. 

Menurut perusahaan konsultan Bain & Company, kenaikan harga bahan baku, energi, dan kemasan telah mendorong biaya produksi kosmetik naik 25-30 persen. Karena permintaan untuk produk tetap relatif stabil, kenaikan biaya ini menimbulkan tantangan besar bagi perusahaan, terutama bagi Revlon dengan masalah keuangan yang sudah ada sebelumnya. Akibat kenaikan biaya ini, perusahaan pun menghadapi kekurangan likuiditas lebih dari US$300 juta. 


4. Persaingan Ketat

Eksistensi Revlon terancam dengan munculnya brand kosmetik baru yang dimiliki para selebriti ternama seperti Kylie Cosmetics milik Kylie Jenner dan Fenty Beauty milik Rihanna. 

Selain itu, mereka kalah saing dan kurang memanfaatkan promosi melalui influencer di platform media sosial seperti TikTok dan Instagram. Untuk perusahaan kecantikan yang lebih generik seperti Revlon, ini adalah kompetisi yang curam.


5. Pusat Perbelanjaan Sekarat

Revlon yang mengutamakan penjualan dengan cara tradisional seperti di mal semakin merugi karena pusat perbelanjaan yang tutup dan sepi selama pandemi Covid-19. Penjualannya pun menurun dari sekitar US$2,7 miliar pada 2017 menjadi US$1,9 miliar pada 2020. 

Pada 2021, penjualan produk kosmetik mereka hanya meningkat sedikit menjadi hampir US$2,1 miliar. Adapuun pendapatan operasional yang dilaporkan pada kuartal ketiga 2022 yakni US$12,9 juta, turun US$21,2 juta dari tahun sebelumnya.

Baca juga: Mau Cuan Bisnis Kosmetik? Yuk Coba Trik Reseller Ini

Editor: Dika Irawan 

SEBELUMNYA

Tertarik Wisata Downhill? Yuk Coba Trek Menantang di Galunggung Bike Park

BERIKUTNYA

4 Kiat Aman Liburan di Tengah Kondisi Cuaca Ekstrem

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: