Ilustrasi ibu hamil ( Sumber gambat: Freepik)

Ibu Hamil Boleh Menikmati Libur Nataru, Perhatikan Hal Ini

18 December 2022   |   13:30 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Like
Memasuki musim liburan akhir tahun, banyak orang mulai merencanakan traveling ke berbagai destinasi wisata, tak terkecuali ibu hamil. Ibu hamil dapat melakukan liburan ke tempat-tempat yang menyenangkan karena bisa membuat mood mereka naik dan baik untuk janin.

Namun, ada beberapa aturan dasar yang harus dipahami ibu hamil saat melakukan traveling. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari Bamed Cherysa Rifiranda mengatakan usia kehamilan sangat menentukan keamanan traveling bagi ibu hamil maupun janin yang dikandungnya.

Cherysa mengatakan usia kehamilan 14 minggu sampai 28 minggu adalah waktu yang aman ketika ibu hamil ingin liburan. Sebab, pada usia kehamilan tersebut, ibu hamil sudah dalam kondisi yang stabil.

Baca juga Tips Menyetir untuk Ibu Hamil

Energi ibu hamil juga sudah pulih dan lebih kuat dibanding pada masa awal kehamilan. Berlibur saat usia kehamilan di bawah 14 bulan memiliki risiko yang lebih besar bagi ibu hamil.

Pada usia kandungan tersebut, kondisi ibu hamil belum terlalu stabil serta berisiko mual dan muntah selama traveling.

Tak jauh berbeda, berlibur saat usia kehamilan di atas 28 bulan juga cukup berisiko. Sebab, kondisi perut ibu sudah makin membesar sehingga akan kesulitan mobilisasi diri. Pada usia ini, risiko terjadinya kontraksi juga tinggi.

“Generasi ibu hamil sekarang dan dahulu sudah berbeda. Jika dahulu ibu hamil lebih senang berada di rumah, beberapa tahun belakangan ini ibu hamil sudah banyak yang berlibur,” ujar Cherysa.

Selain usia kehamilan, Cherysa mengatakan ibu hamil juga mesti memperhatikan pilihan moda transportasi saat liburan. Dia mengatakan semua moda transportasi umum sebenarnya aman bagi ibu hamil, baik itu mobil, bus, kapal, maupun kereta.

Moda transportasi pesawat juga sebenarnya aman bagi ibu hamil. Namun, ibu hamil mesti memperhatikan kelembapan saat di pesawat yang berkurang sebanyak 10%-20%. Oleh karena itu, ibu hamil harus terhidrasi dengan baik dengan sering minum air.

Pilihan yang tidak aman sebenarnya ada di kendaraan pribadi, terutama motor. Sebab, posisi ibu hamil saat membonceng motor tidak stabil sehingga berbahaya bagi ibu hamil. Selain itu, risiko kecelakaan juga lebih tinggi.

Cherysa mengatakan sebelum berangkat berlibur, ibu hamil juga sebaiknya memeriksa kondisi kesehatan dan kehamilannya terlebih dahulu. Jika ibu hamil memiliki riwayat kesehatan, seperti jantung, asma, diabetes, dan anemia berat, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum bepergian.

Jika ibu hamil memiliki riwayat obstetri, seperti riwayat keguguran, leher lahir yang tipis, kehamilan di luar rahim, kelainan letak plasenta, kehamilan kembar, kehamilan pertama di atas 35 tahun, sebaiknya menunda berlibur karena potensi risikonya lebih besar.

Cherysa juga menyarankan agar ibu hamil berlibur ke tempat-tempat yang aman. Misalnya, jangan pergi ke tempat yang ada isu endemi suatu penyakit di sana. Kemudian, hindari berada di ketinggian di atas 12 ribu kaki. Sebab, di ketinggian tersebut jumlah oksigen akan menurun dan bisa membuat ibu hamil mudah merasa sesak.


Pahami Red Flag Ibu Hamil

Dokter Kandungan RS Dharmais Muhammad Yusuf mengatakan ibu hamil memang boleh-boleh saja untuk berlibur. Namun, ada beberapa parameter yang perlu diperhatikan saat berlibur.

Dalam memilih jenis wisata, misalnya. Yusuf menyarankan agar ibu hamil memilih wisata yang tidak banyak memicu kelelahan. Misalnya, berlibur ke pantai yang jarak antara lokasi parkir dengan bibir pantainya tidak terlalu jauh.

Ibu hamil juga sebaiknya menghindari lokasi-lokasi wisata yang topografi wilayahnya ekstrem. Misalnya, seperti pegunungan dan daerah terpencil yang aksesnya masih sulit.

Meski boleh traveling, ibu hamil harus ekstra waspada terhadap kondisi kesehatan janinnya. Selama berlibur, ibu hamil mesti memantau pergerakan janin secara berkala.

“Gerakan janin harus dipantau selama traveling. Gerakan janin ini mencerminkan kesehatan bayi yang dikandung. Makin sering bayi bergerak menunjukkan oksigen yang diserap oleh bayi sudah dalam kondisi baik,” kata Yusuf kepada Hypeabis.id.

Sebaliknya, bayi yang jarang bergerak menunjukkan adanya kelainan tertentu yang sedang terjadi. Jika berada di kondisi tersebut, sebaiknya traveling segera dihentikan dan ibu hamil dapat segera kontrol ke dokter.

Ibu hamil juga perlu waspada jika mengalami kontraksi secara terus menerus. Padahal, usia kehamilannya masih prematur. Kondisi lainnya yang juga berbahaya ialah keluarnya cairan ketuban dan adanya perdarahan.

Selain itu, Yusuf mengatakan selama traveling, ibu hamil juga harus memperhatikan makanannya. Momen traveling bukanlah waktu ibu hamil bebas mengonsumsi apa pun. Dokter juga menyarankan agar kenaikan berat badan saat traveling tidak boleh lebih dari 20%.

Oleh karena itu, komposisi makanan bagi ibu hamil mesti benar-benar diperhatikan, misalnya dengan mencukupi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, makronutrisi, dan mikronutrisinya.

“Terakhir, ibu hamil juga jangan lupa tetap membawa vitamin-vitamin yang disarankan oleh dokternya selama traveling,” imbuhnya

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Tips Persiapan Liburan Bareng Anak Saat Momen Nataru

BERIKUTNYA

Hypereport: Geliat Konten Kreator, Bukan Sekadar Cuan Singkat Lalu Tenggelam

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: