Mengenal Rempah Kayu Manis Kualitas Terbaik Asal Indonesia

Di dunia ini, ada sekitar 250 jenis kayu manis. Empat jenis di antaranya menjadi primadona dan buruan banyak negara. Salah satu di antaranya tumbuh subur di Indonesia dan membuat Nusantara menjadi destinasi perdagangan rempah-rempah.

Peneliti Kayu Manis dari Ghent University Sidi Rana Menggala mengatakan jenis kayu manis yang paling terkenal di Indonesia ialah Cinnamomum Burmannii. Dunia juga mengenal jenis ini sebagai kayu manis Kerinci.

Sidi mengatakan kayu manis telah menjadi incaran pasar global sejak dahulu hingga saat ini. Kayu manis sangat diminati karena menjadi bagian dari ritual keagamaan di banyak kebudayaan dunia. Selain itu, komoditas rempah ini juga telah dianggap eksotis sejak dahulu kala.

Adanya kebutuhan di banyak negara membuat orang melakukan eksplorasi kayu manis ke berbagai daerah, termasuk ke Asia Tenggara. Sejarah kemudian mencatat Belanda datang dan menduduki Indonesia.

“Hingga hari ini, kayu manis terus diminati dan meningkat dari sisi ekspor karena jenis ini termasuk komoditas favorit pada musim dingin. Sebab, kayu manis memberi kehangatan sehingga cocok dijadikan campuran, seperti spekulas, kue jahe, teh, kopi, dan sebagainya,” ungkap Sidi kepada Hypeabis.

Bagi Belanda dan beberapa negara lain, kayu manis tidak dianggap sebagai komoditas musim dingin semata. Kebutuhan yang selalu muncul setiap tahun selama puluhan dekade telah membuat kayu manis adalah bagian dari kebudayaan mereka.

Sidi mengatakan jika Indonesia tidak mengekspor kayu manis ke Belanda, negara Kincir Angin tersebut bisa mengalami gagal kebudayaan. Sebab, winter festival yang mereka adakan setiap tahunnya tak berjalan dengan mulus.

 


Sidi mengatakan Belanda dan banyak negara pernah mencoba jenis Cinnamomum Zeylanicum dari Srilanka. Namun, cita rasa kayu manis dari Srilanka tersebut lebih tawar dan memiliki dampak memabukkan. Oleh karena itu, pangsa pasar mereka kini lebih banyak untuk minuman beralkohol.

Kayu manis Indonesia memiliki karakter rasa manis dan pedas. Cita rasa tersebut membuat banyak negara lebih menyukai kayu manis Indonesia. Dengan citar rasa tersebut, jenis kayu manis Indonesia lebih cocok untuk campuran makanan, misalnya bolu.

Sidi mengatakan kayu manis tidak hanya tumbuh di Kerinci atau Pulau Sumatra saja. Dalam ekspedisi penelitian yang pernah dilakukannya, sejumlah daerah juga kini telah menjadi sentra-sentra produksi kayu manis.

Baca juga: Mengembalikan Kejayaan si Raja Rempah
“Utamanya masih di Sumatra, kemudian Meratus, Kalimantan Selatan, lalu di Jawa Barat di daerah Bandung dan Lembang, Jawa Tengah, dan kawasan Indonesia timur,” imbuhnya.

Namun, kata Sidi, kayu manis produksi Kerinci lebih dipandang memiliki kualitas yang terbaik. Hal itu terjadi karena adanya faktor agroklimatologi. Kondisi lingkungan di daerah Kerinci membuat hasil kayu manis di Kerinci memiliki kualitas terbaik.

Sidi mengatakan kayu manis termasuk ke dalam produk kehutanan kategori produk hutan bukan kayu. Oleh karena itu, selain memiliki manfaat ekonomi, kayu manis juga memiliki manfaat ekologi. Pohon kayu manis kerap menjadi rumah bagi habitat sekitarnya, seperti beruang madu, macan, babi liar, dan lainnya.

Sidi mengatakan hingga hari ini bisnis kayu manis terus bertumbuh sesuai dengan permintaan pasar global terhadap komoditas ini. Kayu manis belakangan bahkan makin diminati karena pasar melirik produk herbal yang dari alam.

Menurut data dari Food and Agriculture (FAO), Indonesia masih memimpin sebagai produsen kayu manis terbesar di dunia. Produksi per tahunnya mencapai 91.242 ton. Jumlah tersebut cukup jauh jika dibandingkan China yang berada di nomor kedua dengan jumlah produksi 72.531 ton.

Di urutan ketiga, Vietnam juga ikut bersaing di industri ini dengan memproduksi 31.429 ton, lalu Sri Lanka 22.910 ton, dan Madagaskar 3.666 ton.

Editor: M R Purboyo