Sejumlah Komunitas & Desainer Batik Ikut Dalam Pameran Rupa Karya
15 February 2022 |
08:33 WIB
Kaukus Perempuan Parlemen Indonesia (KPP-RI) menyelenggarakan pameran batik Rupa Karya pada 14-18 Februari 2022 di Selasar Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. Sejumlah komunitas dan desainer batik ikut serta dalam pameran ini.
Ketua Panitia Pameran Rupa Karya KPP-RI (Ruang Pameran Karya Anak Bangsa), Casytha Arriwi Kathmandu, mengatakan batik adalah wastra yang merupakan aset budaya sekaligus identitas bangsa Indonesia sehingga wajib selalu diperkenalkan.
Selain itu, industri batik juga merupakan salah satu sektor yang selama ini memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional. Industri batik didominasi oleh industri kecil dan menengah (IKM) dan termasuk sektor yang banyak membuka lapangan kerja, khususnya kaum perempuan.
“Lewat batik, UMKM bisa menjadi penyumbang devisa yang mendorong pemulihan ekonomi dan meningkatkan partisipasi masyarakat, terutama perempuan di dalam ekonomi,” katanya dalam rilis yang diterima oleh Hypeabis.id.
Dalam pameran ini juga, dia menuturkan sejumlah karya dari komunitas pengrajin batik dan desainer turut serta. Sebagian besar komunitas perajin batik dan desainer yang berpartisipasi dalam pameran Rupa Karya seperti Komunitas Batik Tangerang (KOMBAT), Batik Wolter, Afif Syakur (Pengurus Harian Yayasan Batik Indonesia), Batik Marunda, Batik Gobang, Elemwe.
Kemudian Rumah Batik Wijaya, Firdaus Batik, Batik Suqi, Zarming Batik, House of Hanum, Batik Ismoyo, Nany Batik, Batik Ghaweyan Dewe, dan Oscar Lawalata.
Presidium KPP-RI, Dewi Asmara, turut menuturkan pameran ini juga bertujuan melestarikan rempah-rempah khas Indonesia yang diwujudkan melalui kreativitas dalam motif batik Indonesia.
“KPP-RI mendukung UMKM untuk terus meningkatkan kreativitas khususnya dalam upaya pelestarian budaya yang diselaraskan dengan kekayaan alam negeri berupa rempah-rempah yang juga ikut mewarnai serat rupa batik karya anak negeri ini,” katanya.
Selain memiliki kekayaan aneka rempah, dia menuturkan Indonesia juga berlimpah dengan berbagai macam tanaman yang dapat dijadikan pewarna alami batik, seperti saga, kunyit, kayu nangka, dan manggis.
Dengan demikian, dia melanjutkan produksi batik juga berkontribusi terhadap upaya merawat dan melestarikan alam selain berkontribusi terhadap perekonomian.
Editor: Gita
Ketua Panitia Pameran Rupa Karya KPP-RI (Ruang Pameran Karya Anak Bangsa), Casytha Arriwi Kathmandu, mengatakan batik adalah wastra yang merupakan aset budaya sekaligus identitas bangsa Indonesia sehingga wajib selalu diperkenalkan.
Selain itu, industri batik juga merupakan salah satu sektor yang selama ini memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional. Industri batik didominasi oleh industri kecil dan menengah (IKM) dan termasuk sektor yang banyak membuka lapangan kerja, khususnya kaum perempuan.
“Lewat batik, UMKM bisa menjadi penyumbang devisa yang mendorong pemulihan ekonomi dan meningkatkan partisipasi masyarakat, terutama perempuan di dalam ekonomi,” katanya dalam rilis yang diterima oleh Hypeabis.id.
Dalam pameran ini juga, dia menuturkan sejumlah karya dari komunitas pengrajin batik dan desainer turut serta. Sebagian besar komunitas perajin batik dan desainer yang berpartisipasi dalam pameran Rupa Karya seperti Komunitas Batik Tangerang (KOMBAT), Batik Wolter, Afif Syakur (Pengurus Harian Yayasan Batik Indonesia), Batik Marunda, Batik Gobang, Elemwe.
Kemudian Rumah Batik Wijaya, Firdaus Batik, Batik Suqi, Zarming Batik, House of Hanum, Batik Ismoyo, Nany Batik, Batik Ghaweyan Dewe, dan Oscar Lawalata.
Presidium KPP-RI, Dewi Asmara, turut menuturkan pameran ini juga bertujuan melestarikan rempah-rempah khas Indonesia yang diwujudkan melalui kreativitas dalam motif batik Indonesia.
“KPP-RI mendukung UMKM untuk terus meningkatkan kreativitas khususnya dalam upaya pelestarian budaya yang diselaraskan dengan kekayaan alam negeri berupa rempah-rempah yang juga ikut mewarnai serat rupa batik karya anak negeri ini,” katanya.
Selain memiliki kekayaan aneka rempah, dia menuturkan Indonesia juga berlimpah dengan berbagai macam tanaman yang dapat dijadikan pewarna alami batik, seperti saga, kunyit, kayu nangka, dan manggis.
Dengan demikian, dia melanjutkan produksi batik juga berkontribusi terhadap upaya merawat dan melestarikan alam selain berkontribusi terhadap perekonomian.
Editor: Gita
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.