Cegah Penyebaran Virus Corona dengan Sirkulasi Udara Dalam Ruang yang Sehat
06 July 2021 |
14:39 WIB
GenHype ingat kan, di awal pandemi tahun lalu, para ilmuwan mengingatkan kita untuk menggunakan masker dan menjaga jarak sosial karena Covid-19 menyebar melalui tetesan (droplets) di udara, baik itu karena batuk, bersin, atau ketika berbicara.
Namun, banyak peneliti percaya bahwa pendoman ini tidak cukup untuk menghambat penyebaran virus corona yang lebih luas.
Dilansir melalui Fast Company, untuk benar-benar membantu melindungi manusia dari transmisi Covid-19, kita perlu memperbaiki udara yang kita hirup.
Beberapa ahli telah menyampaikan opini mereka mengenai kualitas dan sirkulasi udara.
Mereka telah menawarkan berbagai praktik terbaik untuk dipertimbangkan, para pemilik restoran, pemilik bisnis hingga keluarga. Inilah yang kami pelajari sejauh ini.
1. Pembatasan jarak sosial saja tidak cukup.
Jarak sosial memang membantu mencegah penularan, tetapi menurut pemodelan baru, angin sepoi-sepoi pun dapat menyebarkan Covid-19 hingga 20 kaki.
Dimitris Drikakis, profesor di Universitas Nicosia, Siprus, yang menciptakan model ini, menegaskan temuan ini tidak berarti bahwa seseorang yang batuk sejauh 20 kaki akan membuat orang lain langsung tertular penyakit.
Jumlah virus yang kita hirup dari waktu ke waktu juga penting. Penelitian Drikakis menegaskan bahwa bahkan di luar ruangan, pertemuan jarak jauh antar manusia membawa risiko.
Dari temuan ini, kita harus memeriksa udara dalam ruangan kita secara seksama.
2. Jika diperlukan, gunakan filter udara untuk memastikan sirkulasi di dalam ruangan tetap sehat
Menurut Qingyan Chen, profesor teknik mesin di Universitas Purdue, pesawat cukup bagus dalam memberikan udara bersih kepada penumpang, di mana ventilasi lantai menyedot udara dari kabin dan disaring melalui filter HEPA sebelum memompanya kembali ke kabin.
Sistem ini tidak sempurna, tetapi filter HEPA dapat menyaring virus 99 persen atau lebih yang berukuran 0,3 mikron atau lebih besar.
Sementara itu, kebanyakan gedung dan kapal pesiar menggunakan sistem HVAC dengan kualitas penyaringan udara yang lebih rendah, hanya mampu menyaring 20 persen - 40 persen virus di udara.
Sekarang, beberapa arsitek dan spesialis penata ruang di AS akan mulai menggunakan sistem HVAC yang lebih canggih, dengan menerapkan filter HEPA atau proses sterilisasi sinar UV.
Opsi teraman untuk menangkap virus di udara adalah dengan ruangan bertekanan negatif, yang bekerja seperti penyedot debu, memastikan tidak ada patogen yang bisa lolos.
Tapi perlu diingat sistem ini dirancang untuk rumah sakit dan tidak layak untuk hotel, kantor, dan bangunan lain karena berbagai alasan.
3. Kelembaban udara harus diperhatikan
Salah satu komponen kualitas udara yang tidak terlalu diperhatikan adalah kelembaban. CDC dan WHO memiliki pedoman seputar tingkat kelembaban yang aman — khususnya bahwa kelembaban di dalam ruangan harus dijaga antara 40 persen hingga 60 persen (rekomendasi saat ini dari Badan Perlindungan Lingkungan AS).
Stephanie Taylor, konsultan pengendalian infeksi di Harvard Medical School, mengidentifikasi tiga cara kelembaban dapat menghentikan penyebaran virus di udara.
Pertama, ketika udara terlalu kering, tetesan yang lebih besar tidak jatuh ke permukaan atau tanah secepat biasanya.
Tetesan tersebut justru mengering dan menjadi tetesan yang lebih kecil dan mengambang di udara dan berisiko terhirup.
Kedua, virus di udara yang tumbuh subur di musim dingin, seperti virus corona, tidak bersifat menular ketika melayang di udara yang lembab.
Ketiga, sistem kekebalan pernafasan manusia dapat bekerja lebih baik dalam kondisi kelembaban yang lebih tinggi.
Pembatasan jarak sosial, penyaringan udara dan menjaga kelembaban tidak dapat bekerja sendiri untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Namun jika diadopsi bersama, kita dapat membuat udara dalam ruangan lebih sehat.
Tidak hanya utuk menghadapi pandemi, tetapi juga ketika udara lebih dingin atau sedang musim flu, serta pandemi apa pun yang menanti kita di masa depan.
Editor: Indyah Sutriningrum
Namun, banyak peneliti percaya bahwa pendoman ini tidak cukup untuk menghambat penyebaran virus corona yang lebih luas.
Dilansir melalui Fast Company, untuk benar-benar membantu melindungi manusia dari transmisi Covid-19, kita perlu memperbaiki udara yang kita hirup.
Beberapa ahli telah menyampaikan opini mereka mengenai kualitas dan sirkulasi udara.
Mereka telah menawarkan berbagai praktik terbaik untuk dipertimbangkan, para pemilik restoran, pemilik bisnis hingga keluarga. Inilah yang kami pelajari sejauh ini.
1. Pembatasan jarak sosial saja tidak cukup.
Jarak sosial memang membantu mencegah penularan, tetapi menurut pemodelan baru, angin sepoi-sepoi pun dapat menyebarkan Covid-19 hingga 20 kaki.
Dimitris Drikakis, profesor di Universitas Nicosia, Siprus, yang menciptakan model ini, menegaskan temuan ini tidak berarti bahwa seseorang yang batuk sejauh 20 kaki akan membuat orang lain langsung tertular penyakit.
Jumlah virus yang kita hirup dari waktu ke waktu juga penting. Penelitian Drikakis menegaskan bahwa bahkan di luar ruangan, pertemuan jarak jauh antar manusia membawa risiko.
Dari temuan ini, kita harus memeriksa udara dalam ruangan kita secara seksama.
2. Jika diperlukan, gunakan filter udara untuk memastikan sirkulasi di dalam ruangan tetap sehat
Menurut Qingyan Chen, profesor teknik mesin di Universitas Purdue, pesawat cukup bagus dalam memberikan udara bersih kepada penumpang, di mana ventilasi lantai menyedot udara dari kabin dan disaring melalui filter HEPA sebelum memompanya kembali ke kabin.
Sistem ini tidak sempurna, tetapi filter HEPA dapat menyaring virus 99 persen atau lebih yang berukuran 0,3 mikron atau lebih besar.
Sementara itu, kebanyakan gedung dan kapal pesiar menggunakan sistem HVAC dengan kualitas penyaringan udara yang lebih rendah, hanya mampu menyaring 20 persen - 40 persen virus di udara.
Sekarang, beberapa arsitek dan spesialis penata ruang di AS akan mulai menggunakan sistem HVAC yang lebih canggih, dengan menerapkan filter HEPA atau proses sterilisasi sinar UV.
Opsi teraman untuk menangkap virus di udara adalah dengan ruangan bertekanan negatif, yang bekerja seperti penyedot debu, memastikan tidak ada patogen yang bisa lolos.
Tapi perlu diingat sistem ini dirancang untuk rumah sakit dan tidak layak untuk hotel, kantor, dan bangunan lain karena berbagai alasan.
3. Kelembaban udara harus diperhatikan
Salah satu komponen kualitas udara yang tidak terlalu diperhatikan adalah kelembaban. CDC dan WHO memiliki pedoman seputar tingkat kelembaban yang aman — khususnya bahwa kelembaban di dalam ruangan harus dijaga antara 40 persen hingga 60 persen (rekomendasi saat ini dari Badan Perlindungan Lingkungan AS).
Stephanie Taylor, konsultan pengendalian infeksi di Harvard Medical School, mengidentifikasi tiga cara kelembaban dapat menghentikan penyebaran virus di udara.
Pertama, ketika udara terlalu kering, tetesan yang lebih besar tidak jatuh ke permukaan atau tanah secepat biasanya.
Tetesan tersebut justru mengering dan menjadi tetesan yang lebih kecil dan mengambang di udara dan berisiko terhirup.
Kedua, virus di udara yang tumbuh subur di musim dingin, seperti virus corona, tidak bersifat menular ketika melayang di udara yang lembab.
Ketiga, sistem kekebalan pernafasan manusia dapat bekerja lebih baik dalam kondisi kelembaban yang lebih tinggi.
Pembatasan jarak sosial, penyaringan udara dan menjaga kelembaban tidak dapat bekerja sendiri untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Namun jika diadopsi bersama, kita dapat membuat udara dalam ruangan lebih sehat.
Tidak hanya utuk menghadapi pandemi, tetapi juga ketika udara lebih dingin atau sedang musim flu, serta pandemi apa pun yang menanti kita di masa depan.
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.