Ubah Metode Penghitungan Usia, Warga Korsel Bakal Jadi Setahun Lebih Muda
12 December 2022 |
18:31 WIB
2
Likes
Like
Likes
Jika Genhype akrab dengan budaya masyarakat Korea Selatan, kalian pasti pernah merasa bingung menghitung usia mereka. Usia warga Korea Selatan umumnya dihitung satu tahun sejak hari mereka lahir, tetapi aturan ini akan segera diganti dengan undang-undang baru yang mulai berlaku Juni 2023.
Sistem ini menyebabkan adanya dua informasi mengenai usia mereka yakni Korean Age dan International Age. Tak jarang, hal ini menyebabkan kebingungan baik di dalam maupun luar negeri.
Orang Korea Selatan dianggap berumur satu tahun ketika mereka lahir, dan satu tahun ditambahkan setiap 1 Januari. Kebiasaan yang tidak biasa – dan makin tidak populer – berarti bayi yang lahir pada malam tahun baru menjadi berusia dua tahun segera setelah jam menunjukkan tengah malam.
Baca juga: Pemain Sepak Bola Korea Selatan Cho Gue-Sung Jadi Idola Baru
Kerumitan tidak berakhir di situ. Korea Selatan juga memiliki sistem terpisah untuk menghitung usia pria yang masuk wajib militer dan usia legal untuk minum alkohol dan merokok. Dalam kasus tersebut, usia seseorang dihitung dari nol saat lahir dan satu tahun ditambahkan pada hari tahun baru.
Tradisi tersebut menuai kritik dari politisi yang percaya hal itu membuat Korea Selatan, ekonomi besar Asia dan kekuatan teknologi dan budaya global, ketinggalan zaman. Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol turut mengkritik metode penghitungan usia yang rumit menguras lebih banyak sumber daya.
Dilansir melalui situs Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, asal usul sistem penghitungan usia ini tidak jelas. Satu teori mengatakan bahwa usia satu tahun saat lahir memperhitungkan waktu yang dihabiskan di dalam kandungan, dengan sembilan bulan dibulatkan menjadi 12. Yang lain menghubungkannya dengan sistem numerik Asia kuno yang tidak memiliki konsep nol.
Penjelasan untuk tahun ekstra yang ditambahkan pada 1 Januari ternyata juga lebih rumit. Beberapa ahli menunjukkan teori bahwa orang Korea kuno menempatkan tahun kelahiran mereka dalam siklus kalender 60 tahun China.
Namun, pada saat kalender Masehi belum digunakan, mereka cenderung mengabaikan hari kelahiran dan hanya menambahkan satu tahun penuh pada hari pertama kalender lunar. Sekitar era 1960-an, tahun ekstra pada 1 Januari menjadi hal yang biasa karena semakin banyak orang Korea Selatan yang mulai menggunakan kalender Masehi.
Mulai Juni 2023, apa yang disebut sistem Korean Age tidak lagi digunakan dalam dokumen resmi dan banyak orang berharap aturan baru ini akan mengurangi kebingungan di seluruh dunia.
“Revisi ini bertujuan untuk mengurangi beban sosial ekonomi yang tidak perlu karena perselisihan hukum dan sosial, serta kebingungan yang kerap terjadi karena perbedaan cara menghitung usia,” kata Yoo Sang-bum dari partai berkuasa, People Power, kepada parlemen.
Lebih dari 80 persen warga Korea Selatan mendukung penyatuan sistem penghitungan usia, menurut jajak pendapat yang dilakukan September lalu oleh Kementerian Legislasi Pemerintah.
Metode penghitungan usia Korea Selatan pernah digunakan di seluruh Asia Timur, tetapi negara-negara seperti China dan Jepang berubah ke sistem internasional beberapa dekade yang lalu untuk menyederhanakan banyak hal. Para ahli berpendapat metode itu dipertahankan di Korea Selatan karena budaya hierarkinya yang begitu kental.
“Orang-orang yang menemukan usia mereka satu atau dua tahun lebih muda akan menciptakan dampak sosial yang positif juga,” kata Lee Wan-kyu, Menteri Undang-undang Pemerintah Korea Selatan.
Meski demikian, mengubah sistem yang telah digunakan selama berabad-abad mungkin tidak dapat terjadi dalam semalam. Apalagi, menurut Shin Jiyoung, seorang profesor bahasa dan sastra Korea di Korea University, cara menghitung usia tradisional sulit untuk ditinggalkan.
"Hal ini sangat terkait erat dengan bahasa Korea sehingga penting untuk melestarikan sistem yang telah kita gunakan selama ini meskipun membingungkan," ujarnya kepada New York Times.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Sistem ini menyebabkan adanya dua informasi mengenai usia mereka yakni Korean Age dan International Age. Tak jarang, hal ini menyebabkan kebingungan baik di dalam maupun luar negeri.
Orang Korea Selatan dianggap berumur satu tahun ketika mereka lahir, dan satu tahun ditambahkan setiap 1 Januari. Kebiasaan yang tidak biasa – dan makin tidak populer – berarti bayi yang lahir pada malam tahun baru menjadi berusia dua tahun segera setelah jam menunjukkan tengah malam.
Baca juga: Pemain Sepak Bola Korea Selatan Cho Gue-Sung Jadi Idola Baru
Kerumitan tidak berakhir di situ. Korea Selatan juga memiliki sistem terpisah untuk menghitung usia pria yang masuk wajib militer dan usia legal untuk minum alkohol dan merokok. Dalam kasus tersebut, usia seseorang dihitung dari nol saat lahir dan satu tahun ditambahkan pada hari tahun baru.
Tradisi tersebut menuai kritik dari politisi yang percaya hal itu membuat Korea Selatan, ekonomi besar Asia dan kekuatan teknologi dan budaya global, ketinggalan zaman. Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol turut mengkritik metode penghitungan usia yang rumit menguras lebih banyak sumber daya.
Dilansir melalui situs Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, asal usul sistem penghitungan usia ini tidak jelas. Satu teori mengatakan bahwa usia satu tahun saat lahir memperhitungkan waktu yang dihabiskan di dalam kandungan, dengan sembilan bulan dibulatkan menjadi 12. Yang lain menghubungkannya dengan sistem numerik Asia kuno yang tidak memiliki konsep nol.
Penjelasan untuk tahun ekstra yang ditambahkan pada 1 Januari ternyata juga lebih rumit. Beberapa ahli menunjukkan teori bahwa orang Korea kuno menempatkan tahun kelahiran mereka dalam siklus kalender 60 tahun China.
Namun, pada saat kalender Masehi belum digunakan, mereka cenderung mengabaikan hari kelahiran dan hanya menambahkan satu tahun penuh pada hari pertama kalender lunar. Sekitar era 1960-an, tahun ekstra pada 1 Januari menjadi hal yang biasa karena semakin banyak orang Korea Selatan yang mulai menggunakan kalender Masehi.
Mulai Juni 2023, apa yang disebut sistem Korean Age tidak lagi digunakan dalam dokumen resmi dan banyak orang berharap aturan baru ini akan mengurangi kebingungan di seluruh dunia.
“Revisi ini bertujuan untuk mengurangi beban sosial ekonomi yang tidak perlu karena perselisihan hukum dan sosial, serta kebingungan yang kerap terjadi karena perbedaan cara menghitung usia,” kata Yoo Sang-bum dari partai berkuasa, People Power, kepada parlemen.
Lebih dari 80 persen warga Korea Selatan mendukung penyatuan sistem penghitungan usia, menurut jajak pendapat yang dilakukan September lalu oleh Kementerian Legislasi Pemerintah.
Metode penghitungan usia Korea Selatan pernah digunakan di seluruh Asia Timur, tetapi negara-negara seperti China dan Jepang berubah ke sistem internasional beberapa dekade yang lalu untuk menyederhanakan banyak hal. Para ahli berpendapat metode itu dipertahankan di Korea Selatan karena budaya hierarkinya yang begitu kental.
“Orang-orang yang menemukan usia mereka satu atau dua tahun lebih muda akan menciptakan dampak sosial yang positif juga,” kata Lee Wan-kyu, Menteri Undang-undang Pemerintah Korea Selatan.
Meski demikian, mengubah sistem yang telah digunakan selama berabad-abad mungkin tidak dapat terjadi dalam semalam. Apalagi, menurut Shin Jiyoung, seorang profesor bahasa dan sastra Korea di Korea University, cara menghitung usia tradisional sulit untuk ditinggalkan.
"Hal ini sangat terkait erat dengan bahasa Korea sehingga penting untuk melestarikan sistem yang telah kita gunakan selama ini meskipun membingungkan," ujarnya kepada New York Times.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.