Ayam Geprek Dapur GG (dok. @dapurgg)

Strategi Ayam Geprek Dapur GG Raup Omzet Ratusan Juta Meski Jualan dari Gang Kecil 

03 July 2021   |   16:09 WIB
Image
Dewi Andriani Jurnalis Hypeabis.id

Siapa sih yang ngga suka dengan ayam geprek? Sajian menu kuliner dari ayam goreng yang digeprek dengan toping aneka sambel yang menggoyang lidah ini telah menjadi salah satu pilihan kuliner yang sangat disukai masyarakat secara luas.

Inilah yang kemudian menginspirasi Adhitya bersama sang istri untuk mengembangkan bisnis kuliner ayam geprek pada 2016. Mengusung brand Ayam Geprek Dapur GG, Adhit memulainya hanya dengan memanfaatkan garasi rumahnya. Semua proses memasak dilakukan dari dapur dan garasi rumahnya yang berlokasi di salah satu gang di wilayah Bandung.

Dengan bermodal Rp1 juta, Adhit bersama istrinya berkesperimen dengan beberapa menu bumbu geprek hingga berkembang menjadi berbagai bumbu aneka sambal khas nusantara, mulai dari sambal matah, sambal penyet, sambal goang, sambal angus, sambal membara, dan sambal korek.

Menariknya, Ayam Geprek Dapur GG dijual dengan menggunakan bowl dan ayam tanpa tulang sehingga lebih memudahkan konsumen saat menyantap. Apalagi sebagian besar konsumennya adalah orang kantoran yang ingin menikmati makan siang dengan cara yang simple.


 

Menu ayam geprek Dapur GG (dok: @dapurgg)

Menu ayam geprek Dapur GG (dok: @dapurgg)


 
Meski hanya berjualan dari rumahnya yang berada di gang kecil, ternyata Ayam Geprek Dapur GG sangat diminati konsumen, penjualannya pun meningkat signifikan. Bukan karena Adhit mengeluarkan dana yang jor-joran untuk promosi atau sebagainya tetapi dia mengembangkan soft skill-nya dan memanfaatkan teknologi layanan pesan antar makanan melalui ojek online.

Mulanya, Adhitya memang sangat mengandalkan dirinya sendiri dengan menawarkan produknya melalui pesan whatsapp atau BBM, kemudian jika ada pesanan dia yang mengantarkannya sendiri menggunakan sepeda motor.

“Awalnya memang happy tetapi lama kelamaan badan remuk juga maka saya berpikir bagaimana caranya agar lebih praktis. Lalu saya mengenal layanan ojek online dan saya rasakan betul manfaatnya, menjual lebih simple dan orderan terus berdatangan,” tuturnya.

Diakui olehnya sejak bergabung menjadi mitra layanan ojek online, penjualan Ayam Geprek Dapur GG terus meningkat,terlebih banyak program promo yang dapat dia ikuti. Dari sana saja dia bisa mendapatkan omzet sekitar Rp3 juta hingga Rp5 juta per hari.

Dari situ, Adhitya dapat membuktikan bahwa kios kecil yang berada di dalam gang pun dapat bertumbuh pesat hanya dengan memanfaatkan peluang digital. Bahkan Ayam Geprek Dapur GG dapat menjangkau konsumen lebih luas, tidak hanya di daerah pusat kota, tapi juga ke kawasan pinggiran kota.

Perkembangan ini membawa optimisme baginya dan tim Dapur GG untuk mengembangkan bisnis lebih jauh lagi. Selain rutin mengikuti promo, dia juga aktif menggunakan layanan GrabAds dari GrabFood sehingga membuat lebih banyak konsumen Grab yang melihat Dapur GG di platform tersebut.

Sebagai UMKM, Ayam Geprek Dapur GG tidak terlalu mengandalkan strategi iklan di media sosial karena anggaran yang masih terbatas. Untuk itulah dia fokus pada strateginya dengan membuat konten bernama “Bagi-Bagi Ayam Geprek”.

Dalam program tersebut, Dapur GG bermitra dengan para micro-influencer yang nantinya akan memberikan respon-respon organik setelah menikmati menu dari Dapur GG. Dengan adanya Dapur GG di GrabFood, Adhitya juga mendapatkan pelanggan baru di GrabFood yang berasal dari pengikut media sosialnya yang melihat konten Bagi-Bagi Ayam Geprek.

 Beberapa pilihan konsumennya di GrabFood juga didorong oleh berbagai promosi menarik Dapur GG, mulai dari ongkos kirim dan diskon di platform GrabFood.

Dengan menggabungkan strategi media sosialnya dengan GrabAds, Dapur GG dapat meningkatkan visibilitas brand nya secara digital. Hal ini terlihat dari jumlah transaksi yang meningkat lima kali lipat dan Dapur GG mampu mempekerjakan lebih banyak pekerja.

Kondisi ini telah membuat Dapur GG lebih fokus pada strategi digital dengan meningkatkan variasi menu dan menambahkan menu tambahan seperti makanan ringan dan hidangan penutup yang ternyata mampu meningkatkan ukuran keranjang belanja secara signifikan.


Editor: Indyah Sutriningrum
 

SEBELUMNYA

Museum Macan Tutup Sementara Selama PPKM, Aktifitas Daring Tetap Berjalan

BERIKUTNYA

Wih, Budaya Jawa Ternyata Bisa Jadi Media Pembelajaran Leadership

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: